Anda di halaman 1dari 20

TUGAS IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

OLEH : Debin Pierre Jonathan


NIM : 1317144008
KLS/SEM : : A/V/V
SDLC (SYSTEMS DEVELOPMENT LIFE CYCLE, SIKLUS HIDUP
PENGEMBANGAN SISTEM)
 
Pengertian SDLC
 SDLC adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan
metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem
tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau
informasi. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling
banyak digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional
system life cycle), siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle using
prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented
system life cycle). SDLC (Software Development Life Cycle)
berarti sebuah siklus hidup pemngembangan perangkat lunak yang
terdiri dari beberapa tahapan-tahapan yang sangat penting dalam
keberadaan perangkat lunak yang dilihat dari segi pengembangannya.
TAHAPAN SDLC
Tahapan SDLC
Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem itu
direncanakan sampai sistem tersebut diterapkan.
Di dalam System Development Live Cycle (SDLC) terdapat 6 jenis tahapan pekerjaan yang
dilakukan oleh analis sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi. Yaitu:
1. Perencanaan sistem, yaitu mempelajari konsep sistem dan permasalahan yang hendak
diselesaikan. apakah sistem baru tersebut realistis dalam masalah pembiayaan, waktu,
serta perbedaan dengan sistem yang ada sekarang.
2. Analisis system adalah sebuah proses investigasi terhadap sistem yang sedang
berjalan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban mengenai pengguna sistem, cara
kerja sistem dan waktu penggunaan sistem. Dari proses analisa ini akan didapatkan cara
untuk membangun sistem baru.
3. Desain sistem merupakan proses penentuan cara kerja sistem dalam hal architechture
design, interface design, database dan spesifikasi file, dan program design. Hasil dari
proses perancangan ini akan didapatkan spesifikasi sistem.
4. Seleksi sistem yaitu Tahap untuk memilih perangkat keras & perangkat lunak yang
dibutuhkan.
5. Implementasi sistem adalah proses pembangunan dan pengujian sistem, instalasi
sistem, dan rencana dukungan sistem.
6. Pemeliharaan sistem yaitu sistem yang telah diimplemantasikan serta dapat mengikuti
perkembangan dan perubahan apapun yang terjadi guna meraih tujuan
penggunaannya.
Siklus SDLC dijalankan secara berurutan, mulai dari langkah pertama hingga langkah
terakhir. Setiap langkah yang telah selesai harus dikaji ulang, kadang-kadang bersama
expert user, terutama dalam langkah spesifikasi kebutuhan dan perancangan sistem
untuk memastikan bahwa langkah telah dikerjakan dengan benar dan sesuai harapan.
Jika tidak maka langkah tersebut perlu diulangi lagi atau kembali ke langkah sebelumnya.
MODEL SIKLUS PERANGKAT
LUNAK
1.WATERFALL DEVELOPMENT MODEL ( MODEL SEKUENSIAL
LINIER)
Model Sekuensial Linier atau sering disebut Model Pengembangan Air
Terjun, merupakan paradigma model pengembangan perangkat lunak
paling tua, dan paling banyak dipakai. Model ini mengusulkan sebuah
pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekunsial
yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh tahapan
analisis, desain , kode, pengujian, dan pemeliharaan.
Kelebihan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model

Tahapan proses pengembangannya tetap (pasti), mudah diaplikasikan, dan


prosesnya teratur.

Cocok digunakan untuk produk software/program yang sudah jelas


kebutuhannya di awal, sehingga minim kesalahannya.

Software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan


kualitas yang baik.

Dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase


harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya.
Kekurangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model

Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial seperti diusulkan, sehinggaperubahan
yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapatkan tim pengembang harus diubah
kembali/iterasi sering menyebabkan masalah baru.

Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus
dilakukan pada tahap awal proses.

Sulit untuk mengalami perubahan kebutuhan yang diinginkan oleh customer/pelanggan.

Pelanggan harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap per tahap, dan
proses pengerjaanya akan berlanjut ke setiap tahapan bila tahap sebelumnya sudah benar-benar
selesai.

Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung tim pengembang yang
sedang membuat produk.

Adanya waktu kosong (menganggur) bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim
proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.
2.MODEL PROTOTYPE
Metode Prototype merupakan suatu paradigma baru
dalam metode pengembangan perangkat lunak dimana
metode ini tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia
pengembangan perangkat lunak, tetapi juga merevolusi
metode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu
sistem sekuensial yang biasa dikenal dengan nama SDLC atau
waterfall development model.

Dalam Model Prototype, prototype dari perangkat lunak


yang dihasilkan kemudian dipresentasikan kepada pelanggan,
dan pelanggan tersebut diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang
dihasilkan nantinya betul-betul sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan pelanggan.
Kelebihan Model Prototype
Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil
produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhan pelanggan.
Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang
diharapkannya.
Kekurangan Model Prototype
Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi
pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa
memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan
menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.
3. MODEL SYNCHRONIZE AND STABILIZE (SDLC)
Model ini adalah model yang digunakan oleh Microsoft.  Secara garis besar, Model
Synchronize and Stabilize ini sama dengan model incremental, tetapi oleh
CUsamano dan Selby tahun 1997 menyebutnya sebagai model Syncronize and
Stabilized Model karena ada beberapa proses manajemen yang ditekannya oleh
microsoft. Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara dengan sejumlah
konsumen yang potensial.  Kemudian kebutuhan-kebutuhan tersebut dibuat paket
dan disusun daftar secara prioritas.  Kemudian spesifikasi ditulis.  Selanjutnya
pekerjaan dibagi dalam tiga atau empat bagian pembangunan software.  Bagian
pertama menangani hal-hal yang paling kritis, bagian selanjutnya menangani hal-
hal yang krisis selanjutnya, dan seterusnya.
Kelebihan . Model Synchronize And Stabilize (Sdlc)

- Membagi produk yang besar ke dalam bagian-bagian


yang lebih kecil (prioritas dari fitur produk yang memiliki
tim fitur kecil dapat dibuat dalam beberapa bulan)
- Membuat project bekerja secara sistematis meskipun
mereka tidak dapat menggambarkan dan menyelesaikan
suatu produk di awal project.
- Mengijinkan tim besar bekerja menjadi tim yang lebih
kecil dengan membagi sebuah tim menjadi beberapa
bagian, bekerja secara paralel tetapi tetap dapat
berkesinambungan dalam men synchronizing setiap
perubahan, stabilizing produk dan menemukan serta
memperbaiki kesalahan.
- Memfasilitasi masukkan dari customer, fitur produk
dan waktu pengembangan yang pendek, yang didukung
oleh mekanisme masukkan customer, prioritas,
menyelesaikan dahulu bagian yang sangat penting dan
melakukan perubahan tanpa harus mengurangi fitur
yang diperlukan.
4. Model Spiral ( Model Boehm)
Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping dengan
pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya. Model ini dikenal dengan
sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan beberapa model umum tersebut
untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu selama proses
pengerjaan proyek.

Kelebihan Model Spiral


Kelebihan model ini adalah sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya kesalahan sehingga
sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak skala besar. Pendekatan model ini dilakukan
melalui tahapan-tahapan yang sangat baik dengan menggabungkan model waterfall ditambah dengan
pengulangan-pengulangan sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Baik
pengembang maupun pemakai dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem karena
proses-prosesnya dapat diamati dengan baik.
Kekurangan Model Spiral
Kekurangan model iniadalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak
cukup panjang demikian juga biaya yang besar. Selain itu, sangat tergantung kepada tenaga ahli
yang dapat memperkirakan resiko. Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat
ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan.
C. SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE( SWDLC )
 
Siklus pengembangan perangkat lunak ( SWDLC )
Pengembangan sistem (sistem development) dapat berarti menyusun sistem yang
baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki
sistem yang sudah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan
karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem
yang lama.
Permasalahan yang timbul dapat berupa :
Ketidakberesan dalam sistem yang lama yang menyebabkan sistem yang lama tidak
dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
Pertumbuhan organisasi, yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru.
Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah kebutuhan informasi yang semakin luas,
volume pengolahan data yang semakin meningkat, perubahan prinsip
akuntansi/pengolahan data yang baru.
Siklus Hidup Pengembangan Perangkat Lunak (SWDLC)
Pengembangan perangkat lunak berjangkauan antara dua sisi ekstrim, dari sindrom “spreadsheet
untuk setiap aplikasi” sampai sindrom “reinventing the wheel”. Sindrom pertama terjadi karena untuk
setiap aplikasi terdapat spreadsheet yang siap pakai (ready-made) atau terdapat beberapa paket
perangkat lunak komersial yang akan menjalankan aplikasi tersebut. Di sisi lain sistem mengembangkan
program komputer baru dari pembuatan dari awal (scratch) untuk setiap aplikasi sistem tanpa
mempedulikan apa yang telah dikembangkan secara in-house atau apa yang tersedia dari penjual
(vendor) perangkat lunak.
Pembangunan program mengikuti tiga tahap Siklus Hidup Pengembangan Perangkat Lunak (Software
Development Life Cycle-SWDLC), yaitu :
Rancangan (Design)
Kode (Code)
Uji (Test)

 Software Development Life Cycle-SWDLC menjadi komponen siklus hidup dari System Development Life
Cylce - SDLC untuk beberapa alasan (D.Suryadi H.S & Bunawan,1995) :
SDLC mencakup pengembangan sistem keseluruhan, yang memerlukan komponen-komponen lain
disamping perangkat lunak.
Dalam sistem yang memerlukan pengembangan perangkat lunak yang didasarkan pada rancangan sistem
yang diciptakan oleh SDLC, SWDLC akan diinisiai.
Apabila SWDLC menjadi berperan, maka SWDLC seperti halnya SDLC yang berbasis lebih luas, akan
memberikan kumpulan acuan tahap-tahap yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat lunak
tersebut. SWDLC menjabarkan tugas-tugas dan prosedur-prosedur yang harus dijalankan dalam setiap
tahap; hasil yang diciptakan oleh setiap tahap; dan metriks untuk menyusun jadwal, mengestimasi
biaya, dan mengukur produktifitas.
WHITE BOX
Pengertian White Box Testing
White box testing adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap detail perancangan,
menggunakan struktur kontrol dari desain program secara procedural untuk membagi pengujian ke dalam
beberapa kasus pengujian. Secara sekilas dapat diambil kesimpulan white box testing merupakan petunjuk
untuk mendapatkan program yang benar secara 100%.
Kelebihan White Box Testing
Kesalahan logika. Digunakan pada sintaks ‘if’ dan pengulangan. Dimana White Box Testing akan mendeteksi
kondisi-kondisi yang tidak sesuai dan mendeteksi kapan proses pengulangan akan berhenti.
Ketidaksesuaian asumsi. Menampilkan asumsi yang tidak sesuai dengan kenyataan, untuk di analisa dan
diperbaiki.
Kesalahan Ketik. Mendeteksi bahasa pemrograman yang bersifat case sensitive.

Kelemahan White Box Testing


Untuk perangkat lunak yang tergolong besar, White Box Testing dianggap sebagai strategi yang tergolong
boros, karena akan melibatkan sumber daya yang besar untuk melakukannya
Karena dibutuhkan Software engineer yang berpengalaman dalam White-box testing sehingga mengeluarkan
biaya tambahan.
Terkadang sangat sulit melihat setiap baris kode untuk mencari bugs pada program yang akan diuji.
Tujuan penggunaan white box untuk menguji semua statement program
memberikan jaminan bahwa semua jalur independen suatu modul digunakan minimal satu kali
menggunakan semua keputusan logis untuk semua kondisi true atau false
mengeksekusi semua perulangan pada batasan nilai dan operasional pada setiap kondisi.
Metode Pengujian White Box
Uji Coba Basis Path
Merupakan teknik uji coba white box yang diusulkan Tom
McCabe. Metode ini memungkinkan perancang test case
mendapatkan ukuran kekompleksan logical dari perancangan
prosedural dan menggunakan ukuran ini sebagai petunjuk untuk
mendefinisikan basis set dari jalur pengerjaan. Test case yang
didapat digunakan untuk mengerjakan basis set yang menjamin
pengerjaan setiap perintah minimal satu kali selama uji coba.

Notasi Diagram Alir


BLACK BOX
1.Pengertian pengujian black box
Black box testing adalah pengujian yang dilakukan hanya
mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa
fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti kita
melihat suatu koatak hitam, kit hanya bisa melihat penampilan
luarnya saja, tanpa tau ada apa dibalik bungkus hitam nya.
Sama seperti pengujian black box, mengevaluasi hanya dari
tampilan luarnya(interface nya) , fungsionalitasnya.tanpa
mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi dalam proses
detilnya (hanya mengetahui input dan output).
Tujuan metode ini mencari kesalaman pada:
 Fungsi yg salah atau hilang
 Kesalahan pada interface
 Kesalahan pada struktur data atau akses database
 Kesalahan performansi
Kesalahan inisialisasi dan tujuan akhir
Metode ini tidak terfokus pada struktur kontrol seperti
pengujian whitebox tetapi pada domain informasi.
Metode Pengujian Black Box
a. Equivalence Partitioning
Equivalence partitioning adalah metode pengujian black-box yg memecah atau membagi domain
input dari program ke dalam kelas-kelas data sehingga test case dapat diperoleh.
Perancangan test case equivalence partitioning berdasarkan evaluasi kelas equivalence untuk kondisi
input yg menggambarkan kumpulan keadaan yg valid atau tidak. Kondisi input dapat berupa
nilai numeric, range nilai, kumpulan nilai yg berhubungan dengan kondisi.
b. Boundary value Analysis
Untuk permasalahan yg tidak diketahui dg jelas cenderung menimbulkan kesalahan pada domain
outputnya. BVA merupakan pilihan test case yg mengerjakan nilai yg telah ditentukan, dgn teknik
perancangan test case melengkapi test case equivalence partitioning yg fokusnya pada domain
input. BVA fokusnya pada domain output.Petunjuk pengujian Boundry Value Analysis:
Jika kondisi input berupa range yg dibatasi nilai a dan b, test case harus dirancang dgn nilai a dan b.
Jika kondisi input ditentukan dgn sejumlah nilai, test case harus dikembangkan dgn
mengerjakan sampai batas maksimal nilai tsb.
Sesuai petunjuk 1 dan 2 untuk kondisi output dirancang test case sampai jumlah maksimal.
Untuk struktur data pada program harus dirancang sampai batas kemampuan
Referensi:
 
https://kharputra.files.wordpress.com/.../makalah-sdlc1..
https://www.academia.edu/8309937/SDLC_Systems_Development_Life_
Cycle_
https://kharputra.files.wordpress.com/.../makalah-sdlc1.
http://www.aivosto.com/project/help/pm-complexity.html
https://rpl07.wordpress.com/.../strategi-pengujian-soft.
Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu), (Roger S.
Pressman, Ph.D. 2002 : 536)
. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB, Ir. Pranto Busono, M.Kom –
Testing & Implementasi
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai