OLEH:
Nama: T.Zulfazil
Nim: 1690343005
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i
A. Simpulan …………………………………………………… 30
B. Saran ………………………………………………………… 31
BAB 1
Pengertian SLDC dengan konsep SLDC
SDLC atau Systems Life Cycle, dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah
proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk
mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer
atau informasi.
Requirement Analisis
Tahap ini pengembang sistem diperlukan komunikasi yang bertujuan untuk memahami
perangkat lunak yang diharapkan oleh pengguna dan batasan perangkat lunak tersebut. Informasi
ini biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, diskusi atau survei langsung. Informasi
dianalisis untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh pengguna.
System Design
Spesifikasi kebutuhan dari tahap sebelumnya akan dipelajari dalam fase ini dan desain sistem
disiapkan. Desain Sistem membantu dalam menentukan perangkat keras(hardware) dan sistem
persyaratan dan juga membantu dalam mendefinisikan arsitektur sistem secara keseluruhan.
Implementation
Pada tahap ini, sistem pertama kali dikembangkan di program kecil yang disebut unit, yang
terintegrasi dalam tahap selanjutnya. Setiap unitdikembangkan dan diuji untuk fungsionalitas
yang disebut sebagai unit testing.
Integration & Testing
Seluruh unit yang dikembangkan dalam tahap implementasi diintegrasikan ke dalam sistem
setelah pengujian yang dilakukan masing-masing unit. Setelah integrasi seluruh sistem diuji
untuk mengecek setiap kegagalan maupun kesalahan.
Tahap akhir dalam model waterfall. Perangkat lunak yang sudah jadi, dijalankan serta
dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak
ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa
sistem sebagai kebutuhan baru.
Kelebihan menggunakan metode air terjun (waterfall) adalah metode ini memungkinkan untuk
departementalisasi dan kontrol. proses pengembangan model fase one by one, sehingga
meminimalis kesalahan yang mungkin akan terjadi. Pengembangan bergerak dari konsep, yaitu
melalui desain, implementasi, pengujian, instalasi, penyelesaian masalah, dan berakhir di operasi
dan pemeliharaan.
Kekurangan menggunakan metode waterfall adalah metode ini tidak memungkinkan untuk
banyak revisi jika terjadi kesalahan dalam prosesnya. Karena setelah aplikasi ini dalam tahap
pengujian, sulit untuk kembali lagi dan mengubah sesuatu yang tidak terdokumentasi dengan
baik dalam tahap konsep sebelumnya.
BAB III
Model Prototyping
Sebuah prototipe adalah bagian dari produk yang mengekspresikan logika maupun fisik
antarmuka eksternal yang ditampilkan. Konsumen potensial menggunakan prototipe dan
menyediakan masukan untuk tim pengembang sebelum pengembangan skal besar dimulai.
Melihat dan mempercayai menjadi hal yang diharapkan untuk dicapai dalam prototipe. Dengan
menggunakan pendekatan ini, konsumen dan tim pengembang dapat mengklarifikasi kebutuhan
dan interpretasi mereka.
Dengan prototype yang terbuka, model sebuah sistem (atau bagiannya) dikembangkan secara
cepat dan dipoles dalam diskusi yang berkali-kali dengan klien. Model tersebut menunjukkan
kepada klien apa yang akan dilakukan oleh sistem, namun tidak didukung oleh rancangan desain
struktur yang mendetil. Pada saat perancang dan klien melakukan percobaan dengan berbagai ide
pada suatu model dan setuju dengan desain final, rancangan yang sesungguhnya dibuat tepat
seperti model dengan kualitas yang lebih bagus.
1. Pengumpulan kebutuhan
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat
lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada
penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
3. Evaluasi protoptyping
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah
sesuai dengan keinginann pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil.
Jika tidak prototyping direvisi dengan mengulang langkah 1, 2 , dan 3.
4. Mengkodekan sistem
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa
pemrograman yang sesuai.
5. Menguji sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu
sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path,
pengujian arsitektur dan lain-lain.
6. Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Jika ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, ulangi langkah 4 dan 5.
7. Menggunakan sistem
BAB IV
Rapid application development (RAD) atau rapid prototyping adalah model proses
pembangunan Perangkat lunak yang tergolong dalam teknik incremental (bertingkat). RAD
menekankan pada siklus pembangunan pendek, singkat, dan cepat. Waktu yang singkat adalah
batasan yang penting untuk model ini. Rapid application development menggunakan metode
iteratif (berulang) dalam mengembangkan sistem di mana working model (model bekerja) sistem
dikonstruksikan di awal tahap pengembangan dengan tujuan menetapkan kebutuhan
(requirement) user dan selanjutnya disingkirkan
Beberapa hal (kelebihan dan kekurangan) yang perlu diperhatikan dalam implementasi
pengembangan menggunakan model RAD :
1. Model RAD memerlukan sumber daya yang cukup besar, terutama untuk proyek dengan
skala besar.
2. Model ini cocok untuk proyek dengan skala besar.
3. Model RAD memerlukan komitmen yang kuat antara pengembang dan pemesssan,
bahkan keduanya bisa tergabung dalam 1 tim
4. kinerja dari perangkat lunak yang dihasilkan dapat menjadi masalah manakala
kebutuhan-kebutuhan diawal proses tidak dapat dimodulkan, sehingga pendekatan
dengan model ini kurang bagus.
5. sistem yang tidak bisa dimodularisasi tidak cocok untuk model ini.
6. penghalusan dan penggabungan dari beberapa tim di akhir proses sangat diperlukan dan
ini memerlukan kerja keras.
7. proyek bisa gagal karena waktu yang disepakati tidak dipenuhi
8. risiko teknis yang tinggi juga kurang cocok untuk model ini.
BAB V
MODEL ITERATIF
Model ini berbasiskan pada kebutuhan terhadap aplikasi secara keberlanjutan untuk
menyaring kebutuhan-kebutuhan tersebut dan estimasi proyek secara keseluruhan. Model ini
menerapkan perancangan model proses yang lebih dinamis dengan terus beradaptasi terhadap
kebutuhan proses bisnis dimasa yang akan datang sehingga versi aplikasi terus berkembang
dengan fitur-fitur yang mengalami peningkatan dari waktu kewaktu.
Kebutuhan waktu untuk pengembangan aplikasi yang cepat dengan kapasitas proyek yang relatif
kecil sangat relefan dengan model spiral ini. Keterlibatan pelanggan dengan tim pengembang
perangkat lunak akan sangat sering terjadi karena pelanggan akan memberikan feedback dan
persetujuan setiap tahap dalam pengembangan aplikasi perangkat lunak. Dengan
adanya feedback dari pelanggan maka estimasi waktu terhadap penyelesaian proyek perangkat
lunak menjadi semakin jelas.
ü Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap
tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses
ü Model spiral ini merupakan model yang masih baru sehingga belum terbukti apakah model ini
efisien atau tidak.