Anda di halaman 1dari 8

SPIRAL MODEL SDLC

Pengertian SDLC
SDLC adalah kependekan dari siklus hidup pengembangan sistem atau dalam bahasa Indonesia
disebut siklus hidup pengembangan sistem. SDLC digunakan untuk membangun sistem informasi
agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam arti lain, SDLC merupakan tahapan kerja yang bertujuan untuk menghasilkan sistem yang
berkualitas tinggi sesuai dengan keinginan pelanggan atau tujuan sistem.

SDLC merupakan framework yang memuat langkah-langkah yang harus dilakukan untuk proses
pengembangan suatu perangkat lunak. Sistem ini berisi rencana lengkap untuk mengembangkan,
memelihara, dan mengganti perangkat lunak tertentu.

Fungsi SDLC
● Memberikan gambaran yang jelas tentang input dan output dari satu tahap ke tahap
berikutnya.
● Sebagai sarana komunikasi antara tim pengembang dan pemangku kepentingan.
● Membagi peran dan tanggung jawab yang jelas seperti desainer, analis bisnis dan lain-
lain.

Macam-macam Model SDLC


1. Waterfall Models
2. V-Shaped Models
3. Prototype Models
4. RAD Models
5. Incremental Models
6. Spiral Models
7. Agile Models
8. Extreme Programming Models
9. Opportunistic Softwere System Development Model (OSSDM) Models
10. Rational Unified Process (RUP) Models
11. Component-based development Models
12. Evolutionary development Models

Sejarah Spiral Model SDLC


Model spiral pertama kali diperkenalkan oleh Barry Boehm pada tahun 1986, dalam makalahnya
yang berjudul Spiral Model of Software Development and Enhancement. Makalah tersebut
menjelaskan diagram yang membahas tentang model spiral, yang sangat berguna untuk
membangun proyek-proyek besar.
Pada makalah yang dibuat oleh Barry Boehm tentang model spiral, Barry Boehm berkata bahwa
model proses ini adalah penggabungan dari model waterfall dan model prototyping. Karena,
model spiral mencakup penyajian atau presentasi kepada pengguna dengan format input dan
output selanjutnya perangkat lunak akan dievaluasi (prototyping) dan mencakup proses
pengembangan perangkat lunak yang sistematis atau berurutan (waterfall). Model spiral
menekankan analisis risiko pada setiap tahapnya . Fungsi model spiral adalah melakukan
perubahan, penambahan dan pengembangan perangkat lunak dengan cara memaksimalkan aspek
kecepatan dan ketelitian sesuai keinginan dan kebutuhan pengguna.

Pengertian Spiral Model SDLC


Model Spiral adalah salah satu model yang dapat digunakan dalam pengembangan perangkat
lunak. Model spiral merupakan penggabungan dari model prototyping dan model waterfall.
Model prototyping yang fokus pada penyajian atau presentasi kepada user dengan format input
dan output kemudian perangkat lunak akan dievaluasi. Model waterfall yang fokus kepada proses
pengembangan perangkat lunak yang sistematis atau berurutan. Model spiral menekankan pada
Analisa resiko setiap tahapannya.

Fungsi model spiral adalah untuk melakukan perubahan, penambahan dan pengembangan
perangkat lunak dengan memaksimalkan aspek kecepatan dan ketepatan berdasarkan keinginan
dan kebutuhan penggunanya.

Tahap-tahap Spiral Model


Tahap-tahap model ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :
1. Tahap Liason
Tahap ini berhubungan dengan komunikasi antara orang yang akan mengembangkan
software (system analyst) dengan pelanggan. Tujuannya adalah agar dapat memuaskan
pelanggan dengan memperbaiki dan mengembangkan software sesuai dengan kebutuhan,
kepentingan dan keinginannya.
2. Tahap Planning
Tahap perencanaan meliputi estimasi biaya yang digunakan, batas waktu, pengaturan
jadwal, identifikasi lingkungan kerja, sumber-sumber infomasi untuk melakukan iterasi.
Hasilnya adalah dokumen spesifikasi kebutuhan sistem dan bisnis.
3. Tahap Analisis Risiko
Tahap ini berfungsi untuk mengidentifikasi risiko yang berpotensial untuk terjadi dan
menghasilkan suatu solusi alternatif secara teknis dan manajemen saat strategi mitigasi
risiko direncanakan dan diselesaikan.
4. Tahap Rekayasa (engineering)
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah sebagai berikut :
● Menguji, coding dan mengembangkan software
● Menginstal software
● Membuat prototipe
● Mendesain dokumen
● Meringkas suatu pengujian software
● Membuat laporan atas kekurangan dari software agar segera diperbaiki
5. Tahap Evaluasi
Peran pelanggan sangat diperlukan pada tahap ini. Mereka dapat memberikan masukan
dan tanggapan, mengevaluasi produk kerja dan memastikan bahwa produk yang
dibutuhkan sesuai dengan semua ketentuan. Jika terdapat perubahan, semua tahapan akan
diperbaiki sesuai dengan kepuasan pelanggan. Namun, mengidentifkasi dan memantau
risiko yang terjadi juga diperlukan, seperti cost overrun.

Penggunaan Spiral Model


Model Spiral dapat digunakan dalam kasus berikut:
1. Saat memiliki proyek dengan risiko sedang hingga tinggi
2. Komitmen proyek jangka panjang karena potensi perubahan dalam prioritas ekonomi dari
waktu ke waktu
3. Lini produk baru yang harus dirilis secara bertahap untuk mendapatkan umpan balik
pelanggan yang cukup
4. Perubahan signifikan yang diharapkan pada produk selama siklus pengembangan
5. Persyaratannya rumit dan membutuhkan evaluasi

Fase Spiral Model


Spiral model memiliki 4 fase utama yaitu : Identification, Design, Construct or Build,
Evaluation and Risk Analysis
1. Identification
Pada fase ini bertujuan untuk mengumpulkan kebutuhan bisnis di dasar spiral, Dalam
spiral berikutnya disebut sebagai produk dewasa. Identifikasi persyaratan sistem,
persyaratan subsistem, persyaratan unit dilakukan pada fase ini. Fase ini juga mencakup
komunikasi antar sistem analis dengan klien.
2. Design
Pada fase ini dimulai dengan desain konseptual di dasar spiral dan melibatkan desain
arsitektur, desain logis dari modul, desain produk fisik dan desain akhir dalam spiral
berikutnya.
3. Construct or Build
Pada fase ini mengacu produksi produk perangkat lunak yang sebenarnya di setiap spiral.
4. Evaluation and Risk Analysis
Pada fase ini mengidentifikasi, memperkirakan dan memantau kelayakan teknis dan
risiko manajemen, seperti jadwal selip dan biaya lebih. Setelah pengujian sistem, akhir
dari iterasi klien akan mengevaluasi produk yang sudah dibangun dan akan memberikan
feedback.
Wilayah Kerja Model Spiral

1. Komunikasi dengan pelanggan (customer communication), aktifitas ini merupakan hal


pertama yang harus dilakukan untuk membangun hubungan komunikasi yang efektif
antara pengembang dan pelanggan agar sesuai dengan harapan.
2. Perencanaan (planning), setelah komunikasi selanjutnya diperlukan untuk menentukan
sumber daya, waktu dan informasi yang berkaitan dengan proyek.
3. Analisis risiko (risk analysis), kegiatan ini diperlukan untuk mengestimasi risiko yang
mungkin terjadi serta aspek teknis dan manajemennya.
4. Rekayasa (engineering), kegiatan ini diperlukan untuk membangun representasi aplikasi
perangkat lunak tersebut, bisa berupa prototipe.
5. Konstruksi dan peluncuran (construction and release), kegiatan ini diperlukan untuk
menguji, menginstal, dan menyediakan dukungan pengguna (seperti dalam pelatihan dan
dokumentasi)
6. Evaluasi pelanggan (customer evaluation), kegiatan ini diperlukan untuk mendapatkan
feedback atau umpan balik berdasarkan evaluasi representasi perangkat lunak yang
dihasilkan pada tahap instalasi.

Kelebihan Spiral Model


1. Kebutuhan yang berubah dapat diakomodasi.
2. Persyaratan dapat ditemukan dengan lebih akurat.
3. Pengguna dapat melihat sistem awal.
4. Pengembangan dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan bagian-bagian
yang berisiko dapat dikembangkan sebelumnya yang membantu dalam manajemen risiko
yang lebih baik.
5. Apabila ada perubahan dapat diselesaikan dalam sistematis.
6. Mudah untuk melakukan perubahan kebutuhan dan dokumentasi jika terjadi perubahan di
tengah perubahan.

Kekurangan Spiral Model


1. Manajemen lebih kompleks.
2. Tidak cocok untuk proyek kecil atau berisiko rendah dan bisa mahal untuk proyek kecil.
3. Proses yang kompleks.
4. Spiral mungkin terus berlanjut tanpa batas.
5. Apabila dilakukan dalam proyek kecil, maka estimasi biaya akan sangat tinggi.
6. Dapat terjadinya perbedaan jadwal pengembangan atau anggaran dalam planning.

Kapan menggunakan Spiral Model ?


- Ketika proyeknya besar
- Ketika persyaratan tidak jelas dan rumit
- Ketika perubahan mungkin diperlukan kapan saja
- Proyek anggaran besar dan tinggi

Kesimpulan

Model Spiral / Boehm sangat cocok digunakan untuk pengembangan sistem perangkat lunak
dengan skala besar, dan dengan model spiral pengembang dan pengguna lebih mudah memahami
kondisi di setiap tahapan dan siap terhadap adanya kemungkinan kesalahan. Selain itu,
diharapkan waktu dan dana yang tersedia cukup.

Model cukup populer karena kemajuan perkembangannya dapat dipantau baik oleh pengembang
maupun pengguna, sehingga dapat memahami dengan baik tentang perangkat lunak ini, serta
risiko yang mungkin didapat dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Selain dari spiral ini menjadi
kombinasi 2 model yaitu waterfall dan prototyping, kelebihan software ini adalah pada analisa
resiko yang dilakukan, sehingga resiko tersebut dapat dihilangkan atau dikurangi sebelum resiko
tersebut menjadi masalah yang besar. Model ini membutuhkan konsiderasi langsung terhadap
resiko teknis, sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya resiko yang lebih besar.
Sebenarnya dengan menggunakan prototyping sudah cukup menghindar resiko yang akan
muncul, namun keunggulan model spiral adalah proses pembuatan prototipe dilakukan untuk
setiap tahapan evolusi produk yang berkelanjutan. Model ini melakukan langkah-langkah yang
ditentukan dengan baik seperti pada waterfall dan digabungkan dengan iterasi yang membuat
model ini lebih realistis untuk mencerminkan dunia nyata. Hal-hal inilah yang menjadi
keuntungan menggunakan model spiral.

Cantika Lestari Budiarti 20175720018


Isabella Ardani 20175720009
Krista Nadella 20175720012

Anda mungkin juga menyukai