Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PRESENTASI

MODEL SPIRAL DAN


MODEL PROTOTYPE
Nama Kelompok :
1. Anggi
2. Muclas
3. Nisrina
4. Rahmat Amri F
SDLC Model Spiral

■ Model Spiral (spiral model) adalah salah satu bentuk dari


Metode Pengembangan Perangkat Lunak atau yang disebut
SDLC (Software Development Life Cycle), yang sangat
populer digunakan dalam bidang teknologi informasi. Model
Spiral adalah gabungan dari Model Prototyping dan Model
Waterfall dengan penekanan yang tinggi pada analisis risiko
tiap tahapannya.
■ Bentuk ini bersifat iteratif atau berulang dengan mengontrol
aspek yang teratur dari sekuensial linier. Fungsi Model Spiral
ini adalah untuk melakukan perubahan, penambahan dan
pengembangan suatu software dengan deretan pertambahan
menjadi lebih baik secara cepat dan tepat berdasarkan
keinginan dan kebutuhan penggunanya.
SEJARAH SPIRAL MODEL

Tahun 1986, model ini dikenalkan pertama kali oleh Barry Boehm pada makalahnya yang
berjudul “A Spiral Model of Software Development and Enhancement”. [6] 38 Makalah
tersebut menjelaskan tentang sebuah diagram yang dihasilkan dari berbagai publikasi yang
mendiskusikan tentang Model Spiral ini. Model ini merupakan model yang sudah lama, tetapi
sangat berguna untuk melakukan pembangunan proyek-proyek besar. Pada makalah awal yang
dibuatnya, Barry Boehm menganggap bahwa Model Spiral adalah suatu model proses yang
berhubungan dengan inkrementasi,
Model Waterfall dan Model Prototyping.Namun dalam publikasi selanjutnya, Boehm
menjelaskan bahwa Model Spiral sebagai model proses generator yang mana pilihan
berdasarkan risiko proyek untuk menghasilkan suatu model proses yang tepat untuk proyek
tersebut. Dengan demikian, inkrementasi, Model Waterfall dan Model Prototyping adalah
kasus khusus dengan pola risiko proyek tertentu dari Model Spiral.
Tahap-tahap Spiral Model

Dalam Model Spiral terdapat lima tahap untuk merealisasikan penggunaannya sebagai
berikut :
1. Tahap Liason
2. Tahap Planning
3. Tahap Analisis Risiko
4. Tahap Rekayasa (Engineering)
5. Tahap Evaluasi
TAHAP LIASON

Tahap ini berhubungan dengan komunikasi antara orang yang akan mengembangkan
software (system analyst) dengan pelanggan. Tujuannya adalah agar dapat memuaskan
pelanggan dengan memperbaiki dan mengembangkan software sesuai dengan kebutuhan,
kepentingan dan keinginannya.
TAHAP PLANNING

Tahap perencanaan meliputi estimasi biaya yang digunakan, batas waktu, pengaturan
jadwal, identifikasi lingkungan kerja, sumber-sumber infomasi untuk melakukan iterasi.
Hasilnya adalah dokumen spesifikasi kebutuhan sistem dan bisnis.
TAHAP ANALISIS RISIKO

Tahap ini berfungsi untuk mengidentifikasi risiko yang berpotensial untuk terjadi dan
menghasilkan suatu solusi alternatif secara teknis dan manajemen saat strategi mitigasi
risiko direncanakan dan diselesaikan.
TAHAP REKAYASA (ENGINEERING)

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah sebagai berikut :


■ Menguji, coding dan mengembangkan software
■ Menginstal software
■ Membuat prototipe
■ Mendesain dokumen
■ Meringkas suatu pengujian software
■ Membuat laporan atas kekurangan dari software agar segera diperbaiki
TAHAP EVALUASI

Peran pelanggan sangat diperlukan pada tahap ini. Mereka dapat memberikan masukan dan
tanggapan, mengevaluasi produk kerja dan memastikan bahwa produk yang dibutuhkan
sesuai dengan semua ketentuan. Jika terdapat perubahan, semua tahapan akan diperbaiki
sesuai dengan kepuasan pelanggan. Namun, mengidentifkasi dan memantau risiko yang
terjadi juga diperlukan, seperti cost overrun
KELEBIHAN DARI MODEL SPIRAL

■ Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang diharapkan oleh user dapat
diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk user dalam mencari kekurangan kebutuhan.
■ Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
■ Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
■ Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap tingkat evolusi
karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
■ Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di dalam evolusi
produk.
■ Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke dalam kerangka kerja
iteratif.
■ Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko sebelum menjadi
permaslahan yang serius.
KEKURANGAN DARI MODEL
SPIRAL
■ Banyak user yang tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat dikontrol
oleh kedua pihak. Model spiral mempunyai resiko yang harus dipertimbangkan ulang
oleh user dan developer.
■ Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya
supaya sukses.
■ Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
■ Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius
jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
■ Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.
MODEL PROTOTYPE

■ Pengertian Model Prototype :


Prototyping perangkat lunak (software prototyping) atau siklus hidup menggunakan
protoyping (life cycle using prototyping) adalah salah satu metode siklus hidup sistem yang
didasarkan pada konsep model bekerja (working model). Tujuannya adalah
mengembangkan model menjadi sistem final. Artinya sistem akan dikembangkan lebih
cepat daripada metode tradisional dan biayanya menjadi lebih rendah. Ada banyak cara
untuk memprotoyping, begitu pula dengan penggunaannya. Ciri khas dari metodologi
adalah pengembang sistem (system developer), klien, dan pengguna dapat melihat dan
melakukan eksperimen dengan bagian dari sistem komputer dari sejak awal proses
pengembangan.
■ Dengan prototype yang terbuka, model
sebuah sistem (atau bagiannya)
dikembangkan secara cepat dan dipoles
dalam diskusi yang berkali-kali dengan
klien. Model tersebut menunjukkan kepada
klien apa yang akan dilakukan oleh sistem,
namun tidak didukung oleh rancangan
desain struktur yang mendetil. Pada saat
perancang dan klien melakukan percobaan
dengan berbagai ide pada suatu model dan
setuju dengan desain final, rancangan yang
sesungguhnya dibuat tepat seperti model
dengan kualitas yang lebih bagus.
Tahapan Prototype
1. Pengumpulan kebutuhan
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak,
mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.2
2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada
pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
3. Evaluasi protoptyping
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan, apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan
keinginan pelanggan atau belum. Jika sudah sesuai, maka langkah selanjutnya akan diambil. Namun jika
tidak, prototyping direvisi dengan mengulang langkah-langkah sebelumnya.
4. Mengkodekan sistem
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang
sesuai.
5. Menguji sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, kemudian dilakukan proses Pengujian.
Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur, dll.
6. Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah perangkat lunak yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan .
Jika ya, maka proses akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, namun jika perangkat lunak yang sudah jadi
tidak/belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka tahapan sebelumnya akan diulang.
7. Menggunakan sistem
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.
Model Prototyping ini sangat sesuai diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-
masalah tidak terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu ke
waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi syarat mutlak dan waktu yang
tersedia sangat terbatas sehingga butuh penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan
maksimal pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan mutakhir sementara tahap
penggunaan sistemnya relatif singkat.
GAMBARAN DARI TAHAPAN
PROTOTYPE
Kelebihan Model Prototype :

■ Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk


pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan
pelanggan.
■ Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
■ Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
■ Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
■ Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
■ Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
■ Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkannya.
Kekurangan Model Prototype :

■ Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.


■ Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
■ Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi
pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan
kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
■ Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan
sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

Anda mungkin juga menyukai