Anda di halaman 1dari 5

PEMODELAN

MODUL 2
PERANGKAT LUNAK
Model Proses Perangkat Lunak GURU

MATERI: Berbagai Model Proses Perangkat Binar Aris Purwaka, S.Kom


Lunak

B. Model Proses Perangkat Lunak


1. Model Waterfall
Model Waterfall merupakan salah satu model perencanaan dari sebuah
perangkat lunak. Model waterfall adalah salah satu model klasik yang bersifat
sistematis. Mengapa disebut sistematis? Karena model ini dikerjakan secara
berurutan. Penggunaan model ini dalam penerapan di kehidupan sehari-hari sangatlah
memakan waktu dan sangat sedikit dipakai membuat software. Namun model ini cocok
untuk bisnis kecil.
Kelebihan Model Waterfall :
1. Merupakan model pengembangan paling handal dan paling lama digunakan.
2. Cocok untuk sistem software yang bersifat generik.
3. Pengerjaan proyek sistem akan terjadwal dengan baik dan mudah dikontrol.
Kekurangan Model Waterfall :
1. Persyaratan sistem harus digambarkan dengan jelas.
2. Rincian proses harus benar-benar jelas dan tidak boleh berubah-ubah.
3. Sulit untuk mengadaptasi jika terjadi perubahan spesifikasi pada suatu
tahapan pengembangan.

2. Model Spiral
Model Spiral (Spiral Model) adalah model pengembangan software dimana
proses digambarkan sebagai spiral. Setiap loop akan mewakili fase dari proses
pembuatan/perancangan software. Loop paling dalam berfokus pada kelayakan dari
sistem, loop selanjutnya tentang definisi dari kebutuhan, loop berikutnya berkaitan
dengan sistem dan seterusnya, seperti gambar berikut :
Kelebihan Model Spiral :
1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa
yang diharapkan oleh client dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan
untuk client dalam mencari kekurangan kebutuhan.
2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak berskala
besar.
3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat
lunak komputer.
4. Pengembangan dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi
terhadap risiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja
selama proses.
5. Menggunakan prototype sebagai mekanisme pengurangan risiko dan pada
setiap keadaan di dalam evolusi produk.
6. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan
memasukannya ke dalam kerangka kerja iteratif.

1
7. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadap risiko teknis sehingga
mengurangi risiko sebelum menjadi permasalahan yang serius.
Kekurangan Model Spiral :
1. Banyak konsumen (client) tidak percaya bahwa pendekatan secara
evolusioner dapat dikontrol oleh kedua pihak.
2. Model spiral mempunyai risiko yang harus dipertimbangkan ulang oleh
komsumen dan developer.
3. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan risiko, dan harus
mengandalkannya supaya sukses.
4. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif
baru.
5. Memerlukan penaksiran risiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah
yang serius jika risiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
6. Butuh waktu lama untuk menerapkan peradigma ini menuju kepastian yang
absolute.
3. Model Incremental
Dalam Model Incremental ini proses pengerjaan perangkat lunak akan dilakukan
perbagian sehingga bagian selanjutnya akan dikerjakan setelah bagian awal telah
selesai dan selanjutnya sampai menghasilkan perangkat lunak yang lengkap dengan
semua fungsi yang diperlukan dan pengerjaan perangkat lunak berakhir. Sebelum
pengerjaan perangkat lunak akan dilakukan perancangan arsitektur software sebagai
kerangka dalam pengerjaan perbagian.
Kelebihan Model Incremental :
1. Risiko yang rendah pada pengembangan sistem.
2. Mengutamakan fungsi-fungsi pada sistem perangkat lunak sehingga
kemudahan pemakaian sistem yang paling diutamakan.
3. Tahap awal adalah dasar dari pembuatan tahap berikutnya (dikerjakan
secara terurut)
4. Cocok digunakan bila pembuat software tidak banyak/kekurangan pembuat.
5. Mampu mengakomodasi perubahan kebutuhan customer.
6. Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-
lahan menggunakan produknya bagian per bagian.
7. Memaksimalkan pengembalian model investasi konsumen.
Kekurangan Model Incremental :
1. Hanya akan berhasil jika tidak ada staffing untuk penerapan secara
menyeluruh.
2. Penambahan staf dilakukan jika hasil incremental akan dikembangkan lebih
lanjut.
3. Hanya cocok untuk proyek dengan skala kecil.
4. Kemungkinan tiap bagian tidak dapat di integrasikan.
4. Model Evolusi
Model Evolusi adalah sebuah model yang berulang-ulang. Model ini memiliki
karakteristik yang memungkinkan para programmer mengembangkan perangkat
lunaknya menjadi semakin lengkap di tiap versinya. Model ini diterapkan karena
persyaratan (requierement) sering berubah sehingga hasil akhir dari sebuah produk
tidak akan realistis, dimana edisi komplit dari produk tersebut mustahil dikeluarkan
dikarenakan deadline market yang begitu ketat. Oleh karena itu lebih baik
mengeluarkan versi limited untuk memperkenalkannya terlebih dahulu dan

2
programmmer dapat membuat model dari sebuah design untuk mengakomodasikan
produk, yang secara bertahap akan diselesaikan dari waktu ke waktu.
Kelebihan Model Evolusi :
1. Meningkatkan kemampuan memimpin dan mengatur sesuatu dengan
pengembangan diri.
2. Menciptakan suasana yang sadar akan kualitas suatu produk.
3. Fungsi inti dari quality control dalam perusahaan besar pada tingkat
lokakarya.
4. Meningkatkan kebersamaan untuk mencapai suatu hasil dan semangat kerja
karyawan.
5. Meningkatkan kualitas dengan biaya efektif.
6. Embebaskan manajemen.
7. Pekerja shop floor adalah lokasi terbaik untuk mengidentifikasi masalah.
Kekurangan Model Evolusi :
1. Intensitas pekerjaan meningkat karena masalah akan lebih banyak dari pada
yang diperkirakan.
2. Manajemen perlu berkomitmen untuk sistem yang berkualitas, jika sebuah
solusi dari sebuah masalah tidak dapat diterapkan maka itu bisa membuat
frustasi para pekerja.
3. Dapat memiliki efek negatif pada hubungan industrial.
4. Dapat fokus pada masalah duniawi.

5. Model Prototype
Protoype merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang
banyak digunakan. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat
saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Prototyping, dimulai dengan
pengumpulan kebutuhan, mendefinisikan objektif keseluruhan dari software,
mengidentifikasikan segala kebutuhan, kemudahan dilakukan “perancangan kilat”
yang difokuskan pada penyajian aspek yang diperlukan.
Kelebihan Model Prototype :
1. Prototype melibatkan user dalam analisa dan desain.
2. Punya kemampuan menangkap requierement secara konkret daripada
secara abstrak.
3. Untuk digunakan secara standalone.
4. Digunakan untuk memperluas SDLC.
5. Mempersingkat waktu pengembangan sistem informasi.
Kekurangan Model Prototype :
1. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
2. Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.
3. Bisanya kurang fleksible dalam menghadapi perubahan.
4. Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah.
6. Model V / V-Model
Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut
sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model
waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka model V
proses dilakukan bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap
pengembangan software dengan tahap pengujiannya.

3
Kelebihan Model V :
1. V model sangat fleksibel. V model mendukung project tailoring dan
penambahan dan pengurangan method dan tool dinamik. Akibatnya sangat
mudah untuk melakukan tailoring pada V model agar sesuai dengan suatu
proyek tertentu dan sangat mudah untuk menambahkan method dan tool baru
atau menghilangkan method dan tool yang dianggap sudah obsolete.
2. V model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V model
berpartisipasi dalam change control board yang memproses semua change
request terhadap V model.
Kekurangan Model V :
1. V model adalah model yang project oriented sehingga hanya digunakan
sekali dalam suatu proyek.
2. V model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam V model yang
digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa
yang termasuk activity tersebut dan apa yang tidak.
7. Model Rapid Application Development (RAD)
Rapid Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses
perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus
perkembangan yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model RAD ini
merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana
perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis
komponen.
Kelebihan Model RAD :
1. Lebih efektif dari pengembangan model waterfall dalam menghasilkan sistem
yang memenuhi kebutuhan langsung dari pelanggan
2. Cocok untuk proyek yeng memerlukan waktu yang singkat.
3. Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada umumnya.
Tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen
yang ada sehingga pengembangan tidak perlu membuatnya dari awal lagi
sehingga waktu pengembangan menjadi lebih singkat dan efisien.
Kekurangan Model RAD :
1. Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di
dalam aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem,
di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut
tidak ada, proyek RAD akan gagal.
2. Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat dinodulkan
dengan teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi
sangat bermasalah.
3. RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai risiko teknik yang
tinggi.
4. Membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah
proyek dalam skala besar.
5. Jika ada perubahan ditengah-tengah pengerjaan maka harus membuat
kontrak baru antara pengembang dan pelanggan.

4
TUGAS !!!

Pada 7 point materi di atas, carilah gambar penjelasan pada masing-masing point, kemudian
gambarlah pada selembar kertas folio/hvs untuk 1 gambar.

Kemudian foto / scan menggunakan aplikasi android / ios (lebih jelas bila di scan dan
berformat pdf). Kemudian upload pada plafform yang anda gunakan!. (perhatikan tenggat
waktunya!)

Anda mungkin juga menyukai