MAKALAH
VMODEL
Depok,30-Januari-2013
Penulis
Agus SAURYANA
Model V
Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan
karena tahap-tahapnya mirip dengan yang yang dalam model waterfall. Jika dalam model
waterfall proses dijalankan secara linier, maka dalam model V proses dalikukan bercabang
dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan
tahap pengujiannya.
Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai
perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika
dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan
bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software
dengan tahap pengujiannya.
Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran
dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna.
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah dokumentasi yang
dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para pengguna atau tidak.
2. System Design & System Testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada dokumentasi
kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahap ini
adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data, dan
yang lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga
dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.
5. Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah dibentuk.
V Model memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut secara garis besar dapat
dijelaskan seperti berikut:
a. V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan penambahan dan
pengurangan method dan tool secara dinamik. Akibatnya sangat mudah untuk
melakukan tailoring pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan sangat
mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau menghilangkan method dan tool
yang dianggap sudah obsolete.
b. V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V Model berpartisipasi
dalam change control board yang memproses semua change request terhadap V Model.
c. V Model juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut yaitu:
d. V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali
dalam suatu proyek.
e. V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam V Model yang
digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang
termasuk dalam activity tersebut dan apa yang tidak.
Prespective model adalah model proses dasar yang dipakai seperti dengan aturan-aturan yang
ditentukan agar dapat menghindari kesalahan dalam jadwal kegiatan kerja. Tetapi pada
kenyataannya bahwa setiap proyek memiliki keadaan, situasi, dan kondisi yang berbeda dan
akan sangat sulit jika hanya memiliki acuan terhadap aturan - aturan yang ditentukan sebelum
proyek mulai dikerjakan.
Waterfall model adalah model yang melakukan pendekatan pada perkembangan perangkat
lunak secara seistematik dan sekuensial. Yang artinya kegiatan pada model ini dilakukan
secara terurut berdasarkan panduan proses mulai dari komunikasi kepada client atau
pelanggan sampai dengan aktifitas sampai pengorderan setelah masalah dipahami secara
lengkap dan berjalan stabil sampai selesai.
Ada 2 fase-fase dalam Waterfall model :
a. Requirements definition
b. System and software design
c. Implementation and unit testing
d. Integration and system testing
e. Operation and maintenance
1. Mudah diaplikasikan.
2. Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan
pemeliharaan.
3. Cocok digunakan untuk produk software yang sudah jelas kebutuhannya di awal,
sehingga minim kesalahannya.
1. Waterfall model bersifat kaku sehingga sulit untuk melakukan perubahan pada sistem
perangkat lunak.
2. Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena
komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses.
3. Customer harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap per
tahap,menyelesaikan tahap awal baru bisa ke tahap selanjutnya.
4. Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung team work
yang sedang membuat produk.
5. Adanya waktu menganggur bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim
proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.
Pemakaian Waterfall model : Waterfall model digunakan untu pembuatan sistem perangkat
lunak yang berukuran besardan pembuatannya secara terpisah.
2. Model V / V-Model.
Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai
perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika
dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan
bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software
dengan tahap pengujiannya.
Kelebihan v model :
1. V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan penambahan dan
pengurangan method dantool secara dinamik. Akibatnya sangat mudah untuk
melakukan tailoring pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan
sangat mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau menghilangkan method
dan tool yang dianggap sudah obsolete.
2. V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. Userdari V Model berpartisipasi
dalam change control boardyang memproses semua change request terhadap V
Model.
Kekurangan v model :
1. V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali
dalam suatu proyek.
2. V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activitydalam V Model yang
digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang
termasuk dalamactivity tersebut dan apa yang tidak.
3. Incremental Model.
Dalam model Incremental ini proses pengerjaan perangkat lunak akan dilakukan perbagian
sehingga bagian selanjutnya akan dikerjakan setelah bagian awal telah selesai dan selanjutnya
sampai menghasilkan perangkat lunak yang lengkap dengan semua fungsi yang diperlukan
dan pengerjaan perangkat lunak berakhir. Sebelum pengerjaan perangkat lunak akan
dilakukan perancangan arsitektur software sebagai kerangka dalam pengerjaan perbagian.
1. Hanya akan berhasil jika tidak ada staffing untuk penerapan secara menyeluruh.
2. Penambahan staf dilakukan jika hasil incremental akan dikembangkan lebih lanjut.
3. Hanya cocok untuk proyek dengan skala kecil.
4. kemungkinan tiap bagian tidak dapat diintegrasikan.
4. Prototyping Model.
Protoyping Model adalah model yang dapat diterapkan pada model apapun. Model ini tidak
memerlukan data yang lengkap dari sisi client dan banyaknya keraguan dari pembuat
software karena kondisi yang belum diketahui (seberapa besar software, bagaimana sistem
penerapannya). Model ini tepat digunakan jika pihak client menginginkan prototype dari
software dalam waktu yang singkat. Dan prototype inilah yang akan menjadi acuan dari client
untuk memberikan data kebutuhan yang lebih lengkap pada pembuat software (developer).
1. Pada prototype tentu saja banyak kebutuhan yang tidak di tampilkan seluruhnya
karena data yang dikumpulkan hanya sebagian.
2. Prototype yang di setujui oleh client harus dikembangkan oleh developer tanpa ada
data tambahan dari client dan software dari prototype harus memiliki fungsi yang
lengkap.
3. Banyak ketidak sesuaian pada bentuk prototype.
4. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
5. Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi
pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan
kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
6. Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan
sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.
7. Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.
8. Bisanya kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan.
9. Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah
10. Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari bahwa perangkat lunak yang ada
belum mencantumkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan juga belum
memikirkan kemampuan pemeliharaan untuk jangja waktu lama.
11. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek. Sehingga menggunakan
algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk membuat prototyping lebih
cepat selesai tanpa memikirkan lebih lanjut bahwa program tersebut hanya merupakan
cetak biru sistem.
12. Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak
mencerminkan teknik perancangan yang baik.
5. Spiral Model.
Spiral model adalah model proses yang pendekatannya bersifat realistis pada software besar
karena proses dari awal sampai proses pengiriman dan perbaikan dapat dipahami dnegan baik
oleh clieent dan developer. Model ini mempunyai rangkaian kerja yang iterasi (peningkatan
pada model) awal yang berbentuk prototype dan kemudian iterasi selanjutnya akan menjadi
perkembangan dari model sebelumnya. Model ini dapat terus digunakan meskipun software
sudah dikirimkan karena proses (siklus)dapat berputar lagi jika ada perubahan pada software
sampai tidak ada permintaan perupbahan pada software oleh client.
1. Komunikasi Pelanggan.
2. Perencanaan.
3. Analisis resiko.
4. Perekayasaan.
5. Konstruksi dan Peluncuran.
6. Evaluasi Client
1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang
diharapkan oleh client dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk client
dalam mencari kekurangan kebutuhan.
2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
komputer.
4. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko
setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
5. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap
keadaan di dalam evolusi produk.
6. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya
ke dalam kerangka kerja iteratif.
7. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi
resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.
1. Banyak konsumen (Client) tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat
dikontrol oleh kedua pihak. Model spiral mempunyai resiko yang harus
dipertimbangkan ulang oleh konsumen dan developer.
2. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya
supaya sukses.
3. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
4. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang
serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
5. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.
Kesimpulan :
Dari beberapa Prespective model yang telah di jabarkan, saya beranggapan spiral modellah
yang paling bagus, spiral model saya pilih mengingat banyaknya kelebihan pada model ini
terutama karena Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat
lunak komputer dan cocok untuk perangkat lunak sekala besar, meskipun model ini memiliki
beberapa kekurangan tapi semua kekurangan tersebut dapat tertutupi dengan besarnya
kelebihan yang dimilikinya, yang antara lain :
1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang
diharapkan oleh client dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk client
dalam mencari kekurangan kebutuhan.
2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
komputer.
4. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko
setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
5. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap
keadaan di dalam evolusi produk.
6. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya
ke dalam kerangka kerja iteratif.
7. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi
resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.