Nim : 200030546
Model Waterfall
Waterfall adalah salah satu jenis show pengembangan aplikasi dan termasuk ke
dalam classic life cycle (siklus hidup klasik), yang mana menekankan pada fase yang
berurutan dan sistematis. Untuk show pengembangannya, dapat dianalogikan seperti Air
terjun, dimana setiap tahap dikerjakan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah.
Penggunaan metode atau Model waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert
D. Benington di Symposium on Progressed Programming Strategy for Computerized
Computers pada tanggal 29 Juni 1956. Presentasi tersebut menjelaskan tentang
pengembangan perangkat lunak untuk SAGE (Semi Programmed Ground Environment).
1. Workflow yang jelas Dengan menggunakan demonstrate jenis ini, mempunyai rangkaian
alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Masing – masing tim, memiliki tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan bidang keahliannya. Serta dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Hasil dokumentasi yang baik Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis,
dimana setiap informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota
tim secara cepat dan akurat. Dengan adanya dokumen, maka pekerjaan dari setiap tim akan
menjadi lebih mudah, serta mengikuti setiap arahan dari dokumen tersebut.
3. Dapat menghemat biaya Kelebihan yang selanjutnya tentu saja dari segi asset dan biaya
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan show ini. Jadi, dalam hal ini
klien tidak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga pengeluaran
biaya menjadi lebih sedikit. Berbeda dengan metode Dexterous, yang mana klien dapat
memberika
4. Digunakan untuk pengembangan program berskala besar Metode ini dinilai sangat cocok
untuk menjalankan pembuatan aplikasi berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya
manusia dan prosedur kerja yang kompleks. Akan tetapi, Show ini juga dapat digunakan
untuk proyek berskala kecil dan menengah. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan proyek yang diambil.
Model V
Kelebihan Model V
Kekurangan Model V
1. V Model hanya difokuskan pada proyeknya saja, bukan pada keseluruhan organisasi. V
Model adalah proses model yang hanya dikerjakan sekali selama project saja, bukan
keseluruhan organisasi
2. V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa aktivitas dalam V Model yang
digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang
termasuk dalam aktivitas tersebut dan yang tidak.
Model Prototyping
Setiap metode tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya begitu juga dengan metode
prototype. Berikut kelebihan metode prototype:
1. Menghemat waktu, biaya menjadi tidak terlalu mahal dan pengembangan sistem jadi
lebih efisiensi.
3. Klien merasa puas karena bisa mengetahui garis besar sistem yang akan dibuat.
5. Memudahkan klien menyiapkan perangkat lunak untuk sistem yang sedang dibuat.
Tidak hanya meiliki beragam kelebihan, metode prototype juga memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut:
1. Metode prototype bisa membuang banyak waktu saat klien merasa tidak puas pada
tahap pertama.
3. Pengerjaan sistem dapat terlambat kalau komunikasi tim developer dan klien tidak baik.
Model Spiral
Model Spiral merupakan penggabungan dari model prototyping dan model
waterfall. Model prototyping yang fokus pada penyajian atau presentasi kepada user dengan
format input dan output kemudian perangkat lunak akan dievaluasi. Metode waterfall yang
fokus kepada proses pengembangan perangkat lunak yang sistematis atau berurutan. Pada
model spiral ini menekankan pada analisa resiko setiap tahapannya.
1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang diharapkan
oleh user dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk user dalam mencari
kekurangan kebutuhan.
2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
komputer.
4. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko
setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
5. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di
dalam evolusi produk.
1. Banyak user yang tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat dikontrol oleh
kedua pihak. Model spiral mempunyai resiko yang harus dipertimbangkan ulang oleh user
dan developer.
2. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya
sukses.
3. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
4. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika
resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
5. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.
Model Incremental
Incremental Model adalah model pengembangan sistem pada software engineering berdasarkan
requirement software yang dipecah menjadi beberapa fungsi atau bagian sehingga model
pengembangannya secara bertahap. Model incremental menggabungkan model sekuensial linier
(diimplementasikan secara berulang) dengan filosofi prototype interatif. Model ini memakai urutan-
urutan linier seiring dengan laju waktu kalender. Setiap urutan linier menghasilkan pertambahan
perangkat lunak yang kemudian dapat disampaikan kepada pengguna.
Pada saat model incremental digunakan, pertambahan pertama sering merupakan produk inti
(core product), yaitu sebuah model pertambahan yang dipergunakan, tetapi beberapa muka
tambahan (beberapa diketahui dan beberapa tidak) tetap tidak disampaikan. Produk inti
dipergunakan oleh pelanggan (atau mengalami pengkajian detail). Sebagai hasil dari pemakaian dan
evaluasi maka dikembangkan rencana bagi pertambahan selanjutnya. Rencana tersebut
menekankan modifikasi produk inti untuk secara lebih baik memenuhi kebutuhan para pelanggan
dan penyampaian fitur serta fungsional tambahan. Proses ini mengikuti penyampaian setiap
pertambahan sampai bisa menghasilkan produk yang lengkap. Model proses incremental tersebut,
seperti model prototype dan pendekatan-pendekatan evolusioner yang lain, bersifat iterative. Tetapi
tidak seperti model prototype, model pertambahan berfokus pada penyampaian produk operasional
dalam setiap pertambahannya.
Kelebihan Model Incremental
2. User tidak perlu menunggu sampai seluruh sistem dikirim untuk mengambil keuntungan dari
sistem tersebut karena increment yang pertama sudah memenuhi persyaratan yang paling
kritis, sehingga perangkat lunak dapat segera digunakan
3. User dapat memakai increment yang pertama sebagai bentuk prototype dan mendapatkan
pengalaman yang dapat menginformasikan persyaratan untuk increment sistem berikutnya
1. Increment harus relatif lebih kecil (tidak lebih dari 20.000 baris kode) dan setiap increment
harus menyediakan sebagian dari fungsional system
2. Adanya kesulitan untuk memetakan persyaratan user pada increment dengan ukuran yang
benar
3. Penambahan staff dilakukan apabila hasil increment akan dikembangkan lebih lanjut
Rapid Application Development atau RAD adalah salah satu metode pengembangan aplikasi
yang umum digunakan saat ini. Pendekatan ini menekankan pada proses pembuatan aplikasi
berdasarkan prototyping, iterative, dan iterative feedback. Dengan cara ini, aplikasi yang dibuat
dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan cepat. Sangat adaptif dengan kebutuhan dan
pertumbuhan dunia digital yang super cepat.
4. Hanya cocok untuk mengembangkan aplikasi secara modular (fokus pada fitur untuk
menjadikannya modul terpisah).
RUP yang dikembangkan oleh Rational software adalah hasil kerjasama antara Grady Booch,
James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson dalam menyusun suatu metodologi yang digunakan untuk
membangun software. RUP sendiri merupakan suatu metodologi pembangunan software.
RUP menyediakan suatu pendekatan untuk menangani pekerjaan dan tanggung jawab dalam
pengembanganan. RUP bertujuan untuk menghasilkan suatu software yang sesuai dengan
kebutuhan dari end-user nya, pada jangka waktu dan biaya yang terukur.
1. Menyediakan akses yang mudah terhadap pengetahuan dasar bagi anggota tim.
2. Menyediakan petunjuk bagaimana menggunakan UML secara efektif.
3. Mendukung proses pengulangan dalam pengembangan software.
4. Memungkinkan adanya penambahan-penambahan pada proses.
5. Memungkinkan untuk secara sistematis mengontrol perubahan - perubahan yang
terjadi pada software selama proses pengembangannya.
6. Memungkinkan untuk menjalankan test case dengan menggunakan Rational Test Manager
Tool
1. Metodologi ini hanya dapat digunakan pada pengembangan perangkat lunak yang
berorientasi objek dengan berfokus pada UML (Unified Modeling Language)