Anda di halaman 1dari 10

Nama : I Putu Yoga Adi Pratama

Nim : 200030546

Matkul : Rekayasa perangkat Lunak BF203

Kelebihan dan Kekurangan setiap Model Proses:

Model Waterfall

Waterfall adalah salah satu jenis show pengembangan aplikasi dan termasuk ke
dalam classic life cycle (siklus hidup klasik), yang mana menekankan pada fase yang
berurutan dan sistematis. Untuk show pengembangannya, dapat dianalogikan seperti Air
terjun, dimana setiap tahap dikerjakan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah.
Penggunaan metode atau Model waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert
D. Benington di Symposium on Progressed Programming Strategy for Computerized
Computers pada tanggal 29 Juni 1956. Presentasi tersebut menjelaskan tentang
pengembangan perangkat lunak untuk SAGE (Semi Programmed Ground Environment).

Kelebihan Model Waterfall

beberapa kelebihan yang dimiliki oleh model waterfall, antara lain:

1. Workflow yang jelas Dengan menggunakan demonstrate jenis ini, mempunyai rangkaian
alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Masing – masing tim, memiliki tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan bidang keahliannya. Serta dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Hasil dokumentasi yang baik Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis,
dimana setiap informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota
tim secara cepat dan akurat. Dengan adanya dokumen, maka pekerjaan dari setiap tim akan
menjadi lebih mudah, serta mengikuti setiap arahan dari dokumen tersebut.

3. Dapat menghemat biaya Kelebihan yang selanjutnya tentu saja dari segi asset dan biaya
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan show ini. Jadi, dalam hal ini
klien tidak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi. Sehingga pengeluaran
biaya menjadi lebih sedikit. Berbeda dengan metode Dexterous, yang mana klien dapat
memberika

4. Digunakan untuk pengembangan program berskala besar Metode ini dinilai sangat cocok
untuk menjalankan pembuatan aplikasi berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya
manusia dan prosedur kerja yang kompleks. Akan tetapi, Show ini juga dapat digunakan
untuk proyek berskala kecil dan menengah. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan proyek yang diambil.

Kekurangan Model Waterfall

beberapa kelemahan dari model waterfall, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan tim yang solid


Untuk menggunakan show ini, tentu saja membutuhkan dukungan dari setiap partners
yang ada. Setiap tim harus mempunyai kerja sama dan koordinasi yang baik.
Dikarenakan, apabila salah satu tim tidak dapat menjalankan tugas dengan semestinya,
maka akan sangat berpengaruh terhadap alur kerja tim yang lain.
2. Masih kurangnya fleksibilitas
Semua tim dituntut untuk bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk yang telah
ditetapkan di awal. Sehingga, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat dan criticism
kepada tim pengembang. Klien hanya dapat memberikan masukan pada tahap awal
perancangan sistem perangkat lunak saja.
3. Tidak dapat melihat gambaran sistem dengan jelas
Dengan demonstrate waterfall, client tidak dapat melihat gambaran sistem secara jelas.
Berbeda dengan show dexterous yang dapat terlihat dengan baik meskipun masih dalam
proses pengembangan.
4. Membutuhkan waktu yang lebih lama Proses pengerjaan dengan menggunakan
waterfall terbilang cukup lama

Model V

Model V merupakan perluasan dari Model waterfall karena mempunyai tahapan


yang mirip dengan perluasan Model waterfall. Model waterfall itu ialah model yang
melakukan pendekatan pada perkembangan perangkat lunak secara sistematis dan
sekuensial (berurutan) dimulai dari communication sampai dengan tahap arrangement.
Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara straight, maka dalam model V
proses dilakukan bercabang. Dalam model V digambarkan hubungan antara tahap
pengembangan program dengan tahap pengujiannya.

Kelebihan Model V

1. Bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan konsep V model menggunakan bahasa


formal
2. Meminimalisir kesalahan pada hasil akhir karena ada test pada setiap prosesnya
3. Penyesuaian yang cepat pada proyek yang baru
4. Memudahkan daam pembuatan dokumen proyek
5. Biaya yang murah dalam perawatan dan modifikasinya
6. V Model sangat fleksibel

Kekurangan Model V

1. V Model hanya difokuskan pada proyeknya saja, bukan pada keseluruhan organisasi. V
Model adalah proses model yang hanya dikerjakan sekali selama project saja, bukan
keseluruhan organisasi
2. V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa aktivitas dalam V Model yang
digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang
termasuk dalam aktivitas tersebut dan yang tidak.

Model Prototyping

Model Prototype merupakan sebuah metode pengembangan software yang


cukup banyak digunakan. Dengan metode ini, pengembang dan pelanggan bisa
saling berinteraksi selama proses pengembangan software. Hal ini tentu sangat
menguntungkan dan semakin memudahkan dalam pembuatan perangkat lunak.
Model Prototype adalah teknik pengembangan sistem yang menggunakan
prototype untuk menggambarkan sistem sehingga klien atau pemilik sistem
mempunyai gambaran jelas pada sistem yang akan dibangun oleh tim pengembang.

Prototype dalam bahasa Indonesia disebut purwarupa (rupa awal).


Prototype adalah rupa awal dari sistem yang menggambarkan rupa akhir dari
sebuah sistem.

Kelebihan Model Prototype

Setiap metode tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya begitu juga dengan metode
prototype. Berikut kelebihan metode prototype:

1. Menghemat waktu, biaya menjadi tidak terlalu mahal dan pengembangan sistem jadi
lebih efisiensi.

2. Tim developer bisa memahami kebutuhan klien sehingga memudahkan pengembangan


sistem.

3. Klien merasa puas karena bisa mengetahui garis besar sistem yang akan dibuat.

4. memaparkan kebutuhannya sehingga pembuatan sistem jadi lebih mudah.

5. Memudahkan klien menyiapkan perangkat lunak untuk sistem yang sedang dibuat.

Kekurangan Model Prototype

Tidak hanya meiliki beragam kelebihan, metode prototype juga memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut:

1. Metode prototype bisa membuang banyak waktu saat klien merasa tidak puas pada
tahap pertama.

2. Klien bisa menambah requirement pada sistem, yang membuat kompleksitas


pengembangan sistem bertambah.

3. Pengerjaan sistem dapat terlambat kalau komunikasi tim developer dan klien tidak baik.

Model Spiral
Model Spiral merupakan penggabungan dari model prototyping dan model
waterfall. Model prototyping yang fokus pada penyajian atau presentasi kepada user dengan
format input dan output kemudian perangkat lunak akan dievaluasi. Metode waterfall yang
fokus kepada proses pengembangan perangkat lunak yang sistematis atau berurutan. Pada
model spiral ini menekankan pada analisa resiko setiap tahapannya.

Kelebihan Model Spiral

1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang diharapkan
oleh user dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk user dalam mencari
kekurangan kebutuhan.

2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.

3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak
komputer.

4. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko
setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.

5. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di
dalam evolusi produk.

6. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke


dalam kerangka kerja iteratif.

7. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko


sebelum menjadi permaslahan yang serius.

Kekurangan Model Spiral

1. Banyak user yang tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat dikontrol oleh
kedua pihak. Model spiral mempunyai resiko yang harus dipertimbangkan ulang oleh user
dan developer.

2. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya
sukses.

3. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
4. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika
resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.

5. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.

Model Incremental

Incremental Model adalah model pengembangan sistem pada software engineering berdasarkan
requirement software yang dipecah menjadi beberapa fungsi atau bagian sehingga model
pengembangannya secara bertahap. Model incremental menggabungkan model sekuensial linier
(diimplementasikan secara berulang) dengan filosofi prototype interatif. Model ini memakai urutan-
urutan linier seiring dengan laju waktu kalender. Setiap urutan linier menghasilkan pertambahan
perangkat lunak yang kemudian dapat disampaikan kepada pengguna.

Pada saat model incremental digunakan, pertambahan pertama sering merupakan produk inti
(core product), yaitu sebuah model pertambahan yang dipergunakan, tetapi beberapa muka
tambahan (beberapa diketahui dan beberapa tidak) tetap tidak disampaikan. Produk inti
dipergunakan oleh pelanggan (atau mengalami pengkajian detail). Sebagai hasil dari pemakaian dan
evaluasi maka dikembangkan rencana bagi pertambahan selanjutnya. Rencana tersebut
menekankan modifikasi produk inti untuk secara lebih baik memenuhi kebutuhan para pelanggan
dan penyampaian fitur serta fungsional tambahan. Proses ini mengikuti penyampaian setiap
pertambahan sampai bisa menghasilkan produk yang lengkap. Model proses incremental tersebut,
seperti model prototype dan pendekatan-pendekatan evolusioner yang lain, bersifat iterative. Tetapi
tidak seperti model prototype, model pertambahan berfokus pada penyampaian produk operasional
dalam setiap pertambahannya.
Kelebihan Model Incremental

1. Manajemen yang sederhana

2. User tidak perlu menunggu sampai seluruh sistem dikirim untuk mengambil keuntungan dari
sistem tersebut karena increment yang pertama sudah memenuhi persyaratan yang paling
kritis, sehingga perangkat lunak dapat segera digunakan

3. User dapat memakai increment yang pertama sebagai bentuk prototype dan mendapatkan
pengalaman yang dapat menginformasikan persyaratan untuk increment sistem berikutnya

4. Resiko untuk kegagalan proyek secara keseluruhan lebih rendah

5. Layanan dengan prioritas tertinggi diserahkan pertama dan increment berikutnya


diintegrasikan dengannya, sangatlah penting bahwa layanan sistem yang paling penting
mengalami pengujian yang paling ketat

Kekurangan Model Incremental

1. Increment harus relatif lebih kecil (tidak lebih dari 20.000 baris kode) dan setiap increment
harus menyediakan sebagian dari fungsional system

2. Adanya kesulitan untuk memetakan persyaratan user pada increment dengan ukuran yang
benar

3. Penambahan staff dilakukan apabila hasil increment akan dikembangkan lebih lanjut

Model Rapid Application Development

Rapid Application Development atau RAD adalah salah satu metode pengembangan aplikasi
yang umum digunakan saat ini. Pendekatan ini menekankan pada proses pembuatan aplikasi
berdasarkan prototyping, iterative, dan iterative feedback. Dengan cara ini, aplikasi yang dibuat
dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan cepat. Sangat adaptif dengan kebutuhan dan
pertumbuhan dunia digital yang super cepat.

Kelebihan Rapid Application Development atau RAD

1. Persyaratan aplikasi dapat berubah sewaktu-waktu

2. Aplikasi dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan keinginan pengguna.

3. Meminimalkan kemungkinan kesalahan dan hal buruk lainnya.

4. Waktu pengembangan aplikasi bisa lebih cepat dan efisien.

5. Mempermudah proses integrasi

Kekurangan Rapid Application Development atau RAD

1. Membutuhkan tim dengan keterampilan teknis yang baik.

2. Membutuhkan kerjasama tim yang kuat.

3. Hanya cocok untuk proyek jangka pendek.

4. Hanya cocok untuk mengembangkan aplikasi secara modular (fokus pada fitur untuk
menjadikannya modul terpisah).

5. Sulit diimplementasikan untuk mengembangkan aplikasi besar.

Model Component Based Software Engineering

Component-based development sangat berkaitan dengan teknologi berorientasi objek. Pada


pemrograman berorientasi objek, banyak class yang dibangun dan menjadi komponen dalam suatu
software. Class-class tersebut bersifat reusable artinya bisa digunakan kembali. Model ini bersifat
iteratif atau berulang-ulang prosesnya.

Kelebihan Model Component Based Software Engineering:

1. Mampu mengurangi siklus waktu pengembangan software, 70%.


2. biaya produksi berkurang sampai 84% karena pembangunan komponen berkurang.
3. Pembangunan software dengan menggunakan komponen yang sudah tersedia dapat
menggunakan komponen COTS (Commercial off-the-shelf) – yang bisa didapatkan dengan
membeli atau komponen yang sudah dibangun sebelumnya secara internal
4. Menggunakan model reuse, pada komponen yang sudah mewakili kebutuhan umum

Kekurangan Model Component Based Software Engineering:

1. Model ini bersifat iteratif atau berulang-ulang prosesnya.


2. Sistem yang tidak bisa dimodularisasi tidak cocok untuk model in

Model Rational Unified Process

RUP yang dikembangkan oleh Rational software adalah hasil kerjasama antara Grady Booch,
James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson dalam menyusun suatu metodologi yang digunakan untuk
membangun software. RUP sendiri merupakan suatu metodologi pembangunan software.

RUP menyediakan suatu pendekatan untuk menangani pekerjaan dan tanggung jawab dalam
pengembanganan. RUP bertujuan untuk menghasilkan suatu software yang sesuai dengan
kebutuhan dari end-user nya, pada jangka waktu dan biaya yang terukur.

kelebihan dengan mengunakan RUP di antaranya :

1. Menyediakan akses yang mudah terhadap pengetahuan dasar bagi anggota tim.
2. Menyediakan petunjuk bagaimana menggunakan UML secara efektif.
3. Mendukung proses pengulangan dalam pengembangan software.
4. Memungkinkan adanya penambahan-penambahan pada proses.
5. Memungkinkan untuk secara sistematis mengontrol perubahan - perubahan yang
terjadi pada software selama proses pengembangannya.
6. Memungkinkan untuk menjalankan test case dengan menggunakan Rational Test Manager
Tool

Kekurangan Pengembangan Perangkat Lunak RUP:

1. Metodologi ini hanya dapat digunakan pada pengembangan perangkat lunak yang
berorientasi objek dengan berfokus pada UML (Unified Modeling Language)

Anda mungkin juga menyukai