Anda di halaman 1dari 7

After-Story

Senin, 25 Agustus 2014


Contoh Studi Kasus Model Pengembangan Perangkat Lunak

Pengertian

Dalam rekayasa perangkat lunak, metodologi pengembangan perangkat lunak atau


metodologi pengembangan sistem adalah suatu kerangka kerja yang digunakan untuk
menstrukturkan, merencanakan, dan mengendalikan proses pengembangan suatu
sistem informasi. Banyak ragam kerangka kerja yang telah dikembangkan selama ini,
yang masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri.

Model dalam Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Ada beberapa model dalam metode pengembangan perangkat lunak, yaitu:

1. Model Prototype
Contoh Model Prototype

Pendekatan prototyping model digunakan jika pemakai hanya mendefinisikan


objektif umum dari perangkat lunak tanpa merinci kebutuhan input, pemrosesan dan
outputnya, sementara pengembang tidak begitu yakin akan efisiensi algoritma, adaptasi
sistem operasi, atau bentuk interaksi manusia-mesin yang harus diambil.

Kelebihan model prototype:

1. Menghemat waktu pengembangan


2. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan
3. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan
4. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang
diharapkannya
5. User dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem

Kekurangan model prototype:

1. Biaya untuk membuat prototyping cukup tinggi


2. Biasanya kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan
3. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat

Contoh studi kasus:


Seorang pelanggan mendefinisikan serangkaian sasaran umum bagi perangkat
lunak, tetapi tidak melakukan mengidentifikasi kebutuhan output, pemrosesan, atupun
input detail. Pada kasus yang lain, pengembang mungkin tidak memiliki kepastian
terhadap efisiensi algoritme, kemampuan penyesuaian dari sebuah sistem operasi,atau
bentuk-bentuk yang harus dilakukan oleh interaksi manusia dengan mesin. Dalam hal
ini, serta pada banyak situasi yang lain, prototyping paradigma mungkin menawarkan
pendekatan yang terbaik.
Prototyping paradigma dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan
pelanggan bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari software,
mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar diman definisi
lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan “perancangan kilat”. Perancangan
kilat berfokus pada penyajian dari aspek-aspek software tersebut yang akan nampak
bagi pelanggan atau pemakai (contohnya pendekatan input dan format output).
Perancangan kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototipe. Prototipe tersebut
dievaluasi oleh pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan
pengembangan software. Iterasi terjadi pada saat prototipe disetel untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan, dan pada saat yang sama memungkinkan pengembang untuk
secara lebih baik memahami apa yang harus dilakukannya.

2. Model Waterfall

Waterfall model adalah model yang melakukan pendekatan pada perkembangan


perangkat lunak secara seistematik dan sekuensial. Yang artinya kegiatan pada model
ini dilakukan secara terurut berdasarkan panduan proses mulai dari komunikasi kepada
client atau pelanggan sampai dengan aktifitas sampai pengorderan setelah masalah
dipahami secara lengkap dan berjalan stabil sampai selesai.

Contoh model waterfall

Kelebihan model waterfall:

1. Mudah diaplikasikan.
2. Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian,
dan pemeliharaan.
3. Cocok digunakan untuk produk software yang sudah jelas kebutuhannya di awal,
sehingga minim kesalahannya.

Kekurangan model waterfall:

1. Waterfall model bersifat kaku sehingga sulit untuk melakukan perubahan pada
sistem perangkat lunak.
2. Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena
komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses.
3. Customer harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap
per tahap,menyelesaikan tahap awal baru bisa ke tahap selanjutnya.
4. Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung team
work yang sedang membuat produk.
5. Adanya waktu menganggur bagi pengembang, karena harus menunggu anggota
tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.

Contoh studi kasus:


Sulitnya petugas bagian administrasi dalam mengolah data perpustakaan yang
mengakomodasi peminjaman, buku, pengembalian dan membuat laporan yang
membutuhkan banyak waktu. Adapun tujuan dari model sistem ini adalah
memodelkan sebuah sistem informasi Perpustakaan yang berbasis komputer dengan
menggunakan metode waterfall dan sistem informasi perpustakaan ini, untuk
membantu petugas dalam menghadapi kendala yang dihadapi dalam melakukan
transaksi, sehingga dengan adanya sistem informasi tersebut diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan Perpustakaan.

3. Model Spiral

Contoh Model Spiral


Spiral model adalah model proses yang pendekatannya bersifat realistis pada
software besar karena proses dari awal sampai proses pengiriman dan perbaikan dapat
dipahami dnegan baik oleh clieent dan developer. Model ini mempunyai rangkaian kerja
yang iterasi (peningkatan pada model) awal yang berbentuk prototype dan kemudian
iterasi selanjutnya akan menjadi perkembangan dari model sebelumnya. Model ini
dapat terus digunakan meskipun software sudah dikirimkan karena proses (siklus)dapat
berputar lagi jika ada perubahan pada software sampai tidak ada permintaan
perupbahan pada software oleh client.

Kelebihan model spiral:

1. Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang
diharapkan oleh client dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk
client dalam mencari kekurangan kebutuhan.
2. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
3. Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat
lunak komputer.
4. Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap
resiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama
proses.
5. Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada
setiap keadaan di dalam evolusi produk.
6. Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan
memasukkannya ke dalam kerangka kerja iteratif.
7. Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga
mengurangi resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.

Kekurangan model spiral:

1. Banyak konsumen (Client) tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner


dapat dikontrol oleh kedua pihak. Model spiral mempunyai resiko yang harus
dipertimbangkan ulang oleh konsumen dan developer.
2. Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus
mengandalkannya supaya sukses.
3. Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
4. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah
yang serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
5. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang
absolute.

Contoh studi kasus:

Tuan X adalah General Manager A Company, sebuah perusahaan perkapalan yang


berbasis di Singapura. Sebagai
perusahaan UKM muda yang terus berkembang, Tuan X menginvestasikan sebagian
modal perusahaan untuk promosi di media cetak dan elektronik, serta melatih
kemampuan karyawan melalui berbagai kursus. Untuk mendukung kerja karyawan, A
Company menggunakan komputer dasar (Basic PC) yang dilengkapi dengan office
software. Seperti kebanyakan UKM lainnya, A Company juga memiliki akses internet
yang hanya dapat digunakan
secara terbatas di beberapa PC. A Company memiliki satu buah email resmi yang
masih menggunakan domain dari
ISP (Internet Service Provider). Untuk komunikasi dilingkungan karyawan, mereka
menggunakan fasilitas
email gratis yang banyak tersedia di internet. Email gratis ini kadang juga digunakan
untuk berkomunikasi dengan
supplier dan pelanggan. Sebagai perusahaan UKM yang terus berkembang cepat,
Tuan X mulai berfikir untuk mengembangkan A Company lebih professional. Harapan
Tuan X, calon pelanggan
potensial, pelanggan, supplier dan karyawan lebih mengenal A Company. Disisi lain, ia
juga berharap agar cara yang
digunakan lebih efisien, hemat biaya, tetapi menampilkan sosok perusahaan yang
meyakinkan atau bonafit. Tuan X
meyakini, bahwa berkomunikasi menggunakan alamat email atau domain sendiri;
promosi melalui website sendiri; data
yang terintegrasi dan dapat diakses disemua komputer perusahaan akan dapat
membawa perusahaan menjadi lebih
profesional. A Company tidak memiliki departemen khusus untuk menangani TI. Untuk
mewujudkan keinginannya, Tuan X
meminta bantuan perusahaan khusus TI. Implementasi TI dikerjakan oleh perusahaan
TI (sebagai pemenang tender)
dalam jangka waktu kontrak 1 tahun, Dalam proses implementasi, Tuan X
menyerahkan tugas dan tanggungjawab
kepada bawahannya. Semua karyawan dilibatkan dalam pertemuan dan diskusi dengan
perusahaan
pembangun TI. Dari waktu kontrak 1 tahun yang disepakati, TI yang bisa
diimplementasikan adalah pembangunan
jaringan komputer, akses internet, email, dan pembangunan data.

4. Model Increment

Dalam model Incremental ini proses pengerjaan perangkat lunak akan dilakukan
perbagian sehingga bagian selanjutnya akan dikerjakan setelah bagian awal telah
selesai dan selanjutnya sampai menghasilkan perangkat lunak yang lengkap dengan
semua fungsi yang diperlukan dan pengerjaan perangkat lunak berakhir. Sebelum
pengerjaan perangkat lunak akan dilakukan perancangan arsitektur software sebagai
kerangka dalam pengerjaan perbagian.

Contoh model increment

Kelebihan model increment:

1. Resiko yang rendah pada pengembangan sistem.


2. Mengutamakan fungsi-fungsi pada sistem perangkat lunak sehingga kemudahan
pemakaian sistem yang paling di utamakan.
3. Tahap awal adalan dasar dari pembuatan tahap berikutnya (dikerjakan secara
terurut).
4. Cocok digunakan bila pembuat software tidak banyak/kekurangan pembuat
5. Mampu mengakomodasi perubahan kebutuhan customer.
6. Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan
menggunakan produknya bagian per bagian.
7. Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.
Kekurangan model increment:

1. Hanya akan berhasil jika tidak ada staffing untuk penerapan secara menyeluruh.
2. Penambahan staf dilakukan jika hasil incremental akan dikembangkan lebih
lanjut.
3. Hanya cocok untuk proyek dengan skala kecil.
4. kemungkinan tiap bagian tidak dapat diintegrasikan.

Contoh studi kasus:


Puskesmas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dituntut untuk
memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Diantaranya adalah rekam medis
pasien di Puskesmas Mranggen I masih menggunakan sistem manual, sehingga
menyebabkan beberapa kendala diantaranya pengolahan data pasien yang masih
lambat yang mengakibatkan tingginya tingkat kesalahan dalam pengolahan data
pasien. Sistem rekam medis ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis
studi kasus pada Puskesmas Mranggen I, teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, dan studi literature. Teknik analisis data menggunakan
model incremental yang dikembangkan dari model waterfall, sedangkan model analisis
menggunakan analisis terstruktur yaitu ERD (Entity Relationship Diagram) dalam
menggambarkan model data dan DFD (Data Flow Diagram) untuk mengembangkan
model fungsional.Perangkat pembangun adalah Borland Delphi 7 dengan database
MySQL. Data yang diproses yaitu pendaftaran, rekam medis, rujukan, laboratorium
sedangkan keluaran dari system berupa laporan-laporan.

Anda mungkin juga menyukai