Anda di halaman 1dari 13

HUKUM DAN ETIKA

UNTUK ASPEK LEGAL


PERANGKAT LUNAK
Kelompok 3 – XII MIPA 4
Anggota Kelompok :
1. Achmad Rayssal Ramzi (02)
2. Donny Indra Kusuma (10)
3. Gloria Enggelina Gusti P. (15)
4. Marvello Adipertama (19)
5. Nadia Maharani (23)
6.Noval Erfendi (25)
MATERI PEMBAHASAN :
01. Etika Penggunaan
Teknologi Informasi
04. Kerangka Hukum Bidang
Teknologi Informasi

02. Hak-Hak atas Informasi /


Komputer
05. Prinsip dan
Pendekatan Hukum

03. Etika IT di Perusahaan 06. UU ITE di Indonesia

07. Pembuktian Cybercrime


1. ETIKA PENGGUNAAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Etika secara umum didefinisikan sebagai suatu kepercayaan
atau pemikiran yang mengisi suatu individu yang keberadaannya
bisa dipertanggungjawabkan terhadap masyarakat atas perilaku
yang diperbuat. Pengertian etika akan berkaitan dengan masalah
moral.
Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai perilaku benar
dan salah yang diakui oleh manusia secara universal. Perbedaannya,
etika akan menjadi berbeda dari masyarakat satu dengan
masyarakat yang lain.
2. HAK-HAK ATAS INFORMASI / KOMPUTER
a. Hak Sosial dan Komputer b. Hak atas Informasi
Deborah Johnson, profesor Richard O. Masson,
dari Rensselaer Polytechnic seorang profesor di
Institute, mengemukakan Southern Methodist
bahwa masyarakat memiliki Universit, telah
hak-hak berikut. mengklasifikasikan hak
1. Hak atas akses kompute atas informasi seperti
2. Hak atas keahlian komputer berikut.
3. Hak atas spesialis kompute 1) Hak atas privasi
4. Hak atas pengambilan 2) Hak atas akurasi
keputusan komputer 3) Hak atas kepemilika
4) Hak atas akses
3. ETIKA IT DI PERUSAHAAN
Sangat penting penerapan etika dalam
penggunaan teknologi informasi (information technology/IT)
di perusahaan. Etika tersebut akan mengantarkan
keberhasilan perusahaan dalam pengambilan keputusan
manajemen. Kegagalan pada penyajian informasi akan
berakibat kegagalan pada perusahaan.
Penerapan etika teknologi informasi dalam
perusahaan harus dimulai dari dukungan pihak top
management terutama pada Chief Information Officer (CIO).
Kekuatan yang dimiliki CIO dalam menerapkan etika IT di
perusahaannya sangat dipengaruhi akan kesadaran hukum,
budaya etika, dan kode etik profesional oleh CIO.
4. KERANGKA HUKUM BIDANG
TEKNOLOGI INFORMASI
 Dampak negatif yang serius karena berkembangnya teknologi
informasi terutama teknologi internet harus segera ditangani dan
ditanggulangi dengan segala perangkat yang mungkin termasuk
perangkat perundangan yang bisa mengendalikan kejahatan di
bidang teknologi informasi.
 Sudah saatnya hukum yang berlaku harus bisa meng atasi
penyimpangan penggunaan perangkat teknologi informasi
sebagai alat bantunya, terutama kejahatan di internet (cyber
crime) dengan menerapkan hukum siber (cyber law).
5. PRINSIP DAN PENDEKATAN HUKUM
Dengan adanya kejahata dan kendalA Dalam ruang siber, pelaju
hukum di bidang teknologi informasi, saat pelanggaran sering kali
ini telah lahir suatu rezim hukum baru menjadi sulit dijerat
yang dikenal dengan hukum siber. Istilah karena hukum dan
pengadilan Indonesia
ini diartikan sebagai padanan kata dari
belum memiliki yurisdiksi
cyber law, yang saat ini secara terhadap pelaku dan
internasional digunakan untuk istilah perbuatan hukum yang
hukum terkait pemanfaatan teknologi terjadi. Mengingat
informasi. Istilah lain yang juga digunakan pelanggaran hukum
adalah Hukum Teknologi Informasi (Law bersifat transnasional,
Of Information Technology), Hukum tetapi akibatnya justru
memiliki implikasi hukum
Dunia Maya (Virtual World Law), dan
di Indonesia.
Hukum Mayantara.
5. PRINSIP DAN PENDEKATAN HUKUM

The Theory of the Uploader The Law of The Theory of


and the Downloader the Service International Spaces.
Berdasarkan teori ini, suatu negara Pendekatan ini Ruang Siber
dapat melarang dalam memperlakukan server dianggap sebagai
wilayahnya, kegiatan Uploading dimana webpages secara the fourth space.
dan Downloading yang fisik berlokasi, yaitu
diperkirakan dapat bertentangan dimana mereka dicatat
dengan kepentingannya. sebagai data elektronik
6. UU ITE DI INDONESIA
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE)
mengatur berbagai per lindungan hukum atas kegiatan
yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik
transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Awalnya
bernama RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU PTI)
dan RUU Transaksi Elektronik, disahkan pada 25 Maret 2008,
dari RUU ITE menjadi UU ITE. Tidak hanya membahas situs
porno atau masalah asusila. Total ada 13 Bab dan 54 Pasal
yang mengupas secara mendetail aturan hidup di dunia
maya dan transaksi yang terjadi di dalamnya.
7. PEMBUKTIAN CYBERCRIME
Alat bukti yang bisa digunakan dalam penyidikan selain alat bukti
yang sudah diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana, catatan
elektronik yang tersimpan dalam sistem komputer merupakan alat bukti
yang sah. Catatan elektronik tersebut yang akan dijadikan alat bukti sah
di pengadilan, wajib dikumpulkan oleh penyidik dengan mengikuti
prosedur sesuai ketentuan yang berlaku.

Selain catatan elektronik, yang dapat digunakan sebagai alat bukti


meliputi berikut. :
a. Informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara
elektronik atau yang serupa dengan itu.
7. PEMBUKTIAN CYBERCRIME
b. Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau
didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu
sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain
kertas, atau terekam secara elektronik, termasuk tidak terbatas pada:

1) tulisan, suara, atau gambar,


2) peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
3) huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau
memahaminya; dan
4) alat bukti elektronik, khususnya yang berwujud perangkat lunak
diperoleh dengan penggandaan dari lokasi asalnya dengan cara
tertentu tanpa merusak struktur logika program.
THANKYOU,
ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai