Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENDIDIKAN ANTI

KORUPSI PADA SAAT INI DI INDONESIA

D
I
S
U
N
OLEH:
NIARA USWATUN (2221055)

DOSEN PENGAMPUH :
DR.YUSDI HERLI SH.,MH.,M.H.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DONA PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA REKAM MEDIS

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... 3
TEORI .............................................................................................................. 4
BAB 1 ................................................................................................................ 7
1.1 LataBelakang..............................................................................................8
1.2 Metedologi ............................................................................................. 8
1.3 Rumusan Masalah .................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan ................................................................................................... 9
BAB II ............................................................................................................. 10
PEMBAHASAN.............................................................................................. 10
2.1 Pengertian pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi...... 10
2.2 Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Pendidikan Anti Korupsi
..................................................................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................... 16
PENUTUP ...................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha kuasa karna telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini atas rahmat dan hidayahnya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
mengenai tentang “Bagaimana Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Pendidikan Anti
Korupsi Pada Saat Ini Di Indonesia” dengan tepat waktu makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari
Bapak “DR .Yusdi Herli SH.,MH “ pada mata kuliah “Pendidikan Anti Korupsi” di kampus “Selolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dona Palembang “. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang “Bagaimana Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan
Pendidikan Anti Korupsi Pada Saat Di Indonesia”.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar -besarnya kepada Bapak “DR. Yusdi Herli SH.,MH selaku
dosen mata kuliah “Pendidikan Anti Korupsi”. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga megucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang,24 Juni 2023

Niara Uswatun

3
TEORI

Hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi sangat erat karena
keduanya memiliki tujuan yang serupa, yaitu membentuk masyarakat yang bertanggung jawab, sadar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta menjunjung tinggi integritas dan etika dalam
kehidupan bermasyarakat.Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang sistem pemerintahan, hak-hak dan kewajiban warga negara, serta nilai-nilai demokrasi dan
keadilan. Melalui pendidikan kewarganegaraan, individu akan belajar tentang pentingnya partisipasi
aktif dalam proses demokrasi, menghormati hak asasi manusia, dan memahami pentingnya toleransi,
keberagaman, dan persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu, pendidikan anti-korupsi bertujuan untuk membentuk kesadaran dan pemahaman
tentang bahaya korupsi serta mempromosikan integritas dan etika dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam konteks ini, pendidikan anti-korupsi akan mengajarkan individu tentang konsekuensi negatif dari
korupsi, bagaimana mencegahnya, dan bagaimana melaporkan tindakan korupsi.Keduanya saling
melengkapi dan mendukung satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan memberikan landasan nilai
dan pengetahuan tentang tatanan sosial dan politik yang sehat, sementara pendidikan anti-korupsi
memberikan pemahaman tentang praktik-praktik yang harus dihindari dalam menciptakan tatanan
sosial yang adil dan berintegritas.

Melalui pendidikan kewarganegaraan yang memasukkan elemen pendidikan anti-korupsi, individu


akan menerima pemahaman yang lebih baik tentang korupsi sebagai ancaman terhadap keadilan dan
keberlanjutan sosial. Mereka akan diajarkan bagaimana mencegah korupsi dalam berbagai situasi, mulai
dari lingkungan pribadi hingga lingkungan publik. Pendidikan kewarganegaraan yang inklusif juga akan
menekankan pentingnya partisipasi aktif dalam melawan korupsi, seperti melalui pengawasan
masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas.Dalam rangka mencapai tujuan yang lebih besar dalam
membentuk masyarakat yang bebas korupsi, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi
harus diintegrasikan secara holistik dalam kurikulum pendidikan. Selain itu, penting juga untuk
melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti sekolah, keluarga, pemerintah, dan masyarakat
dalam mendukung upaya ini.Hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-
korupsi di Indonesia saat ini sangat erat dan saling terkait. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
membentuk sikap dan perilaku warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sedangkan pendidikan anti-korupsi bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memerangi korupsi serta mendorong
integritas dan transparansi. Pendidikan kewarganegaraan berperan penting dalam membentuk
kesadaran dan pemahaman tentang nilai-nilai demokrasi, supremasi hukum, dan partisipasi aktif dalam
kehidupan politik dan sosial. Melalui pendidikan kewarganegaraan, siswa dapat belajar tentang
pentingnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta hak-hak mereka sebagai warga negara.

Di sisi lain, pendidikan anti-korupsi bertujuan untuk melawan korupsi dengan mengedukasi
masyarakat mengenai dampak negatif korupsi terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan anti-korupsi membantu mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar menjadi lebih
intoleran terhadap tindakan korupsi dan lebih mendorong partisipasi aktif dalam pencegahan korupsi.
dengan Indonesia telah mengakui pentingnya pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi
dalam sistem pendidikan nasional. Banyak program dan kebijakan telah diluncurkan untuk memperkuat
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan
lainnya

4
. Contohnya, pemerintah telah memasukkan mata pelajaran Pendidikan Anti-Korupsi ke dalam
kurikulum sekolah dan melakukan pelatihan guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-
isu korupsi. Dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman tentang pendidikan kewarganegaraan
dan pendidikan anti-korupsi, diharapkan generasi muda Indonesia akan menjadi agen perubahan yang
berkontribusi dalam membangun masyarakat yang berintegritas, transparan, dan bebas dari korupsi.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di Indonesia merupakan bagian integral dari kurikulum di


tingkat pendidikan dasar dan menengah. Tujuan PKN adalah untuk membentuk warga negara yang sadar
akan hak dan kewajiban mereka serta memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang demokrasi, HAM,
keberagaman budaya, dan nilai-nilai nasional.

Beberapa teori yang mendasari pendidikan kewarganegaraan di Indonesia meliputi:

1. Teori Perkembangan Moral: Teori ini berfokus pada perkembangan moral dan etika individu.
Pendidikan kewarganegaraan menggunakan pendekatan ini untuk membantu siswa memahami
dan mengembangkan nilai-nilai moral serta etika yang berhubungan dengan kewarganegaraan.

2. Teori Kritis: Teori ini menekankan pada pengembangan pemikiran kritis dan kemampuan analisis
siswa terhadap isu-isu sosial dan politik. Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk
memahami, menganalisis, dan mengkritisi berbagai permasalahan sosial, termasuk masalah
politik dan ketidakadilan dalam masyarakat.

3. Teori Kepemimpinan dan Kewirausahaan: Teori ini menekankan pada pengembangan


kepemimpinan dan kewirausahaan dalam konteks kewarganegaraan. Pendidikan
kewarganegaraan berupaya mengembangkan keterampilan kepemimpinan, kerja sama, dan
inisiatif siswa untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Selain teori-teori di atas, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia juga mencakup penerapan metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa, partisipasi dalam kegiatan sosial, dan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang isu-isu
kewarganegaraan.Penting untuk dicatat bahwa kebijakan dan pendekatan pendidikan kewarganegaraan
dapat berubah seiring waktu. Oleh karena itu, disarankan untuk merujuk kepada sumber-sumber
terpercaya, seperti kebijakan pemerintah dan kurikulum yang terbaru, untuk memperoleh informasi
yang lebih akurat tentang teori dan praktik pendidikan kewarganegaraan di Indonesia saat ini.

Pendidikan anti-korupsi di Indonesia pada saat ini merupakan suatu upaya untuk membentuk
kesadaran dan pemahaman yang lebih baik mengenai korupsi serta mendorong sikap dan perilaku yang
anti-korupsi di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Berikut adalah beberapa teori pendidikan
anti-korupsi yang relevan di Indonesia saat ini:

1. Teori Pendekatan Nilai dan Etika: Pendekatan ini menekankan pentingnya menginternalisasi
nilai-nilai dan etika yang mencegah korupsi dalam diri setiap individu. Pendidikan anti-korupsi
harus memperkuat nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan, serta
mengajarkan etika yang benar dalam berbagai konteks kehidupan.

2. Teori Pendidikan Kritis: Pendekatan ini mengajarkan peserta didik untuk memiliki pemahaman
yang kritis terhadap fenomena korupsi. Pendidikan anti-korupsi perlu mendorong kemampuan
berpikir analitis, menggali informasi secara kritis, dan mengenali tanda-tanda korupsi. Peserta
didik juga perlu belajar mempertanyakan dan mengevaluasi tindakan-tindakan korupsi yang ada
di sekitar mereka.

5
3. Teori Pendidikan Partisipatif: Pendekatan ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
pendidikan anti-korupsi. Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi
pelaku perubahan yang berperan dalam mencegah korupsi di lingkungan sekitar mereka.
Pendidikan anti-korupsi harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berpartisipasi
dalam diskusi, permainan peran, simulasi, dan proyek yang mendorong mereka untuk
mengembangkan keterampilan anti-korupsi.

4. Teori Pendidikan Hukum: Pendekatan ini menekankan pentingnya pemahaman hukum terkait
korupsi. Pendidikan anti-korupsi harus melibatkan pemahaman tentang peraturan hukum,
proses penegakan hukum, dan konsekuensi hukum terkait korupsi. Peserta didik perlu
memahami pentingnya penegakan hukum yang adil dan efektif dalam menangani korupsi.

5. Teori Pendidikan Transformatif: Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah sikap, nilai, dan
perilaku peserta didik dalam hal korupsi. Pendidikan anti-korupsi harus mendorong refleksi diri,
pemahaman mendalam tentang dampak negatif korupsi, dan kemauan untuk mengubah diri
menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki integritas tinggi.

Pentingnya pendidikan anti-korupsi di Indonesia saat ini adalah untuk membentuk generasi muda yang
memiliki kesadaran yang kuat tentang pentingnya mencegah dan melawan korupsi. Dengan mengadopsi
berbagai teori pendidikan anti-korupsi yang relevan, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih
transparan, akuntabel, dan bersih dari korupsi.

6
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi suatu bangsa, dan saat ini
korupsi sudah menjadi budaya buruk bangsa ini. Disisi lain, korupsi juga telah merambah ke
wilayah lembaga pendidikan. Saat ini, kementerian pendidikan dan kebudayaan bersama
dengan komisi pemberantasan korupsi telah memulai untuk memberantas korupsi melalui
dunia pendidikan dengan mengintegrasikan kurikulum pendidikan antikorupsi kedalam
kurikulum pelajaran baik dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

Pendidikan antikorupsi sangat penting untuk diajarkan kepada para peserta didik maupun
mahasiswa di sekolah atau pun di perguruan tinggi karena mengingat korupsi sudah sulit untuk
diberantas secara tuntas maka lembaga sekolah diharapkan untuk dapat menumbuhkan jiwa
anti korupsi pada peserta didik dan juga membangun mentalitas para generasi muda, sehingga
nantinya mereka bisa menggantikan para pejabat dan akan bekerja secara jujur, tanggung
jawab, dan adil. Untuk mengetahui proses pelaksanaan penerapan nilai pendidikan antikorupsi
yang telah dicanangkan oleh kemendikbud peneliti melakukan penelitian bagaimana
pelaksanaan penerapan nilai-nilai pendidikan antikorupsi disekolah.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan,


dimana mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
menfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Oleh karna itu hendaknya guru lebih sering mempelajari pendidikan antikorupsi agar
mengalami kemudahan dalam pengintegrasian pendidikan antikorupsi kedalam materi
pembelajaran. Kepada mahasiswa sebaiknya bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar
pendidikan anti korupsi dan bisa menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Kepada Pemerintah, pemerintah sebaiknya mensosialisasikan pendidikan antikorupsi kepada
seluruh elemen masyarakat agar tujuan pendidikan antikorupsi bisa terlaksana secara
maksimal dan tidak hanya siswa yang bersikap dan berperilaku antikorupsi tetapi seluruh
masyarakat Indonesia.

7
1.2 Metedologi
Di Indonesia saat ini, penting untuk mengintegrasikan pendidikan kewarganegaraan
dengan pendidikan anti korupsi sebagai upaya pencegahan korupsi di masa depan. Berikut
adalah beberapa metodologi yang dapat digunakan dalam hubungan pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi

1. Pendidikan tentang tata kelola pemerintahan dan hukum


Metodologi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang tata kelola
pemerintahan dan hukum kepada siswa. Caranya dengan mengajar siswa tentang
sistem pemerintahan dan kebijakan publik, dan juga membuat mereka memahami
mekanisme hukum dan regulasi yang berlaku. Hal ini akan membantu siswa untuk
memahami bagaimana setiap individu atau kelompok dapat terlibat dalam korupsi dan
memberikan kesadaran akan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan integritas
dalam pemerintahan.

2. Pendidikan karakter dan perilaku etis


Metodologi ini bertujuan untuk memperkuat karakter siswa dalam menyadari tindakan-
tindakan yang dapat menyebabkan korupsi dan perilaku etis yang harus dihargai dalam
kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan pelajaran tentang etika dalam
berperilaku dan mengembangkan sikap jujur, mandiri, dan bertanggung jawab. Selain
itu, siswa juga harus belajar tentang tindakan-tindakan yang dapat menumbuhkan
integritas dan bagaimana melaporkan tindakan-tindakan korupsi.

3. Pendidikan partisipatif
Metodologi ini bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam memahami isu isu
kebijakan publik. Caranya dengan memberikan kesempatan kepada siswa melakukan
diskusi baru sebatas masalah yang mencerminkan potensi tindakan korupsi, dengan
mendiskusikan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dan menganalisis isu tersebut
dari perspektif etika dan kewarganegaraan.

4. Pendidikan berbasis nilai


Metodologi ini bertujuan untuk memperkuat karakter siswa dalam menginternalisasi
nilai-nilai kewarganegaraan dan anti korupsi. Caranya dengan melibatkan siswa dalam
diskusi terbuka mengenai beberapa isu sosial dan politik yang terkait dengan
kewarganegaraan dan anti korupsi. Siswa diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan kritis mereka dalam mengidentifikasi situasi-situasi yang memiliki potensi
untuk terjadinya korupsi dan kecurangan yang dapat membahayakan negara.

5.Pendidikan berbasis simulasi


Metodologi ini bertujuan untuk memahamkan siswa mengenai mekanisme dari politik
dan pemerintahan yang berlaku di negara kita ini. Caranya dengan menyediakan ruang
untuk siswa mengambil peran dalam simulasi politik dan pemerintahan, misalnya
dengan menjalankan pemilihan umum di sekolah atau mendirikan kebijakan-
kebijakan populis.

semua metodologi tersebut harus dikembangkan secara terus-menerus dan


konsisten di dalam dunia pendidikan agar arus pendidikan kewarganegaraan dan

8
pendidikan anti-korupsi di Indonesia saat ini dapat berjalan dengan efektif. Hal tersebut akan
berperan penting membentuk karakter generasi muda yang akan menjadi penerus masa depan
bangsa, memperkokoh rasa cinta tanah air, serta melestarikan integritas dan rasa tanggung
jawab terhadap masyarakat dan negara.

1.3 Rumusan Masalah

• Pengertian pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi

• Bagaimana Hubungan pendidikan kewarganegaraan dengan pendidikan anti korupsi di


Indonesia pada saat ini?

1.4 Tujuan

Tujuan dari hubungan pendidikan kewarganegaraan dan anti korupsi di Indonesia adalah
untuk menciptakan warga negara yang memiiliki wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta
tanah air, dapat menciptakan ekosistem budaya anti korupsi dalam membangun karakter
generasi muda serta membentuk dan mempersiapkan generasi penerus bangsa yang bebas dari
perilaku koruptif.

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi

• Pengertian pendidikan kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu hal yang sering di dengar oleh
masyarakat, terutama dalam lingkup sekolah maupun perguruan tinggi. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di setiap
jenjang pendidikan tak terkecuali perguruan tinggi. Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan membahas tentang negara, sistem pemerintahan, pancasila dan lain-
lain. Pendidikan kewarganegaraan atau sering disebut Civic Education ini merupakan
salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah maupun perguruan tinggi. Secara umum
pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berkaitan dengan hal ikhwal
warga negara. Itulah mengapa pendidikan kewarganegaraan memiliki kaitan dengan
warga negara.
Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan tentangan politik, demikrasi dan nilai-
nilailuhur bangsa indonesia yang telah ada sejak kemerdekaan. Pendidikan
kewarganegaraan diberikan agar warga negara mampu membangun dirinya memnajdi
warga negara yang baik atau good citizen. Dengan pendidikan kewarganegaraan
diharapkan mampu membangun keampuan berpikir kritis, memperkaya wawasan
nusantara, dan meningkatkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme.
Pendidikan kewarganegaraan adalah prosesisasi mempersiapkan generasi muda
untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warga negara, dan secara khusus,
peran pendidikan termasuk di dalamnya sekolah, pengajaran dan belajar, dalam proses
mempersiapkan warga negara tersebut.Instilah pendidikan kewarganegaraan berasal
dari istilah “Civic Education” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
Pendidikan Kewargaan dan berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan
kewarganegraan erat kaitannya dengan perihal ketatanegaraan dan juga mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan yangharus ada pada semua jenjang pendidikan.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut para ahli


Dari sejarah munculnya istilah pendidikan kewarganegaraan, banyak ahli yang
mengemukakan pendapat tentang pengertian pendidiakan kewarganegaraan, berikut
penjelasannya:
a) Cholisin
Menurutnya Cholisin, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan suatu
media pembelajaran yang mengIndonesiakan siswa-siswa secara sadar,
cerdas, serta penuh tanggung jawab. Maka dari itu, program PKn memuat
bermacam-macam konsep umum ketatanegaraan, politik & hukum negara,
serta teori umum lainnya yang cocok dengan target tersebut.

10
b) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Menurut peraturan mentri Pendidikan Kewarganegaraan ialah terkait Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar & Menengah adalah mata pelajaran yang
fokus pada pembentukan warga negara yang memahami & mampu
melaksanakan hak adan kewajiban warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, serta berkarakter yang di amanatkan oleh Pancasila & UUD 1945.

c) Zamroni (Tim ICCE, 2005:7)


Pengertian pendidikan kewarganegaraaan menurut Zamroni ialah “Pendidikan
demokrasi yang memiliki tujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat yang
mampu berpikir kritis & bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan
kesadaran pada generasi baru, bahwa demokrasi merupakan bentuk
kehidupan dalam masyarakat yang paling menjamin hak-hak dari warga
masyarakat”.

d) Soedijarto
Pendidikan kewarganegaraan menurut Soedijarto merupakan pendidikan
politik yang bertujuan untuk bisa membantu peserta didik agar bisa menjadi
warga negara yang secara politik dewasa, serta ikut serta membangun sistem
politik yang demokratis.

e) Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan menurut Panjaitan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mendidik generasi muda yang menjadi warga negara
demokratis, serta berpartisipasi aktif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

f) Samsuri
Menurut Samsuri Pendidikan kewarganegaraan memiliki arti sebagai usaha
mempersiapkan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang
memiliki pengetahuan, kecakapan, & nilai-nilai yang di perlukan agar dapat
berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya.

• Pengertian Pendidikan Anti Korupsi


Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin“corruptio”(Fockema Andrea : 1951)
atau“corruptus”(Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dikatakan
bahwa“corruptio” berasal dari kata“corrumpere”,suatu bahasa Latin yang lebih tua.
Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah“corruption,
corrupt”(Inggris),“corruption”(Perancis)dan“corruptie/korruptie”(Belanda). Arti kata
korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran,dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. aMengacu kepada New World
Dictionary of The American Language (1976), sejak abad pertengahan inggris dan
Prancis suda menggunakan kata Corruption yang mengandung arti sebagai berikut.

a) Perbuatan atau kenyataan yang menimbulkan keadaan yang bersifat buruk.


Perbuatan ini kemudian melahirkan sebuah anomaly bagi kehidupan sekitar.
b) Perbuatan jahat dan tercela
c) penyuapan dan bentuk-bentuk ke tidak jujuran.

11
d) Kebusukan atau tengik.
e) Suatu yang korup, seperti kata yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam
satu kalimat.
f) Pengaruh-pengaruh yang korup.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak.
yang mana korupsi sungguh menggambarkan keadaan yang menyeramkan,
menyedihkan rakyat, memberikan efek sangat buruk bagi kehidupan, membuat
kondisi menjadi labil, menciptakan kegaduhan hidup dan sebagainya .Berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral,
sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Oleh karena itu, korupsi sebuah
penyakit yang sangat mematikan bagi kehidupan di republik ini yang ingin
menghancurkan perjalanan bangsa ke depan. Pendidikan anti korupsi” terdiri dari
kata “Pendidikan” dan “korupsi”. Dalam Undang-undang No. 20Tahun 2003 tentang
Sis dik nas:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian ,kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Selain itu secara individual, Pendidikan merupakan sarana bentuk mengembangkan


potensi manusia, baik potensi jasmani, rohani, maupun akal. Pendidikan yang baik pasti
bisa mengembangkan semua potensi manusia tersebut secara bertahap menuju
kebaikan dan kesempurnaan. The perfect men insal kamil merupakan manusia yang
memiliki performance jasmani yang sehat dan kuat, otak yang cerdas dan pandai, serta
kualitas spiritual yang baik .Secara sosial, Pendidikan merupakan proses pewarisan
kebudayaan. Kebudayaan yang berupa nilai-nilai, perilaku dan teknologi yang telah
dimiliki generasi tua, diharapkan dapat diwariskan kepada generasi muda agar
kebudayaan masyarakat senantiasa terpelihara dan berkembang .Di Indonesia istilah
Pendidikan anti korupsi relatif baru karena banyak yang belum mengenalnya. Dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya
pada bagian kurikulum nasional sekolah asar hingga perguruan tinggi, secara eksplisit
istilah Pendidikan anti korupsi dapat dipandang sebagai bagian dari rekonstruksi
pendidikan yang berupaya untuk menjawab berbagai persoalan korupsi di masyarakat.
Di Indonesia korupsi sudah menjadi “kultur hitman´ karna korupsi tidak hanya di
lakukan ditingkat atas tetapi juga sudah merambah ke tingkat bawah. Jadi dengan
adanya Pendidikan anti korupsi, masyarakat di Indonesia diharapkan bebas dari
berbagai bentuk tindakan korupsi dan menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi
integritas, transparansi, amanah, dan bertanggung jawab.

Menurut Sumiarti, Pendidikan anti korupsi merupakan tindakan untuk


mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk
mendorong generasi mendatang agar mengembangkan sikap menolak secara

12
tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas anti korupsi ini akan terwujud
jika secara kita membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu
mengidentifikasi berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan
memperbaharui sistem nilai warisan dengan sistem-sistem yang baru. Dalam
konteks Pendidikan “memberantas korupsi sampai ke akar -akarnya” berarti melakukan
rangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak bersedia menerima dan
memanfaatkan suatu perbuatan yang terjadi. Dengan demikian suasana proses
Pendidikan bagi generasi bangsa Indonesia tidak boleh dipisahkan dengan internalisasi
dan aplikasi Pendidikan anti korupsi. Apalagi, sebelum maklumat untuk menerapkan
pendidikan anti korupsi dilembaga Pendidikan, Pendidikan karakter sudah dilaksanakan
terlebih dahulu di lembaga Pendidikan. Pendidikan karakter dilembaga Pendidikan di
upayakan selalu memperkuat karakter generasi bangsa Indonesia sebelum dia benar-
benar terjun untuk mengabdi kepada masyarakat.

Keterlibatan siswa dalam gerakan antikorupsi menurut dirjen dikti pada dasarnya
dibedakan menjadi empat :

a. Dilingkungan internal Keluarga

Internalisasi karakter di dalam diri pelajar/siswa harus dimulai dari pembentukan karakter
dilingkungan keluarga. Lingkungan keluarga sebagai sebuah institusi sosial berperan
menginternalisasikan sejak dini budaya anti korupsi. Metode yang digunakan dapat berupa
pengawasan dan mendidik perilaku anggota keluarga melalui norma-norma yang berlaku. Salah
satu hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga adalah dengan selalu memberikan
pendapat dan pengawasan terhadap hal-hal yang terjadi dalam keluarga. Sebagai seorang siswa
barangkali dapat menanyakan keabsahan orang tua jika menggunakan fasilitas kantor berupa
mobil dinas, alat-alat dinas seperti laptop yang digunakan bukan untuk kepentingan kedinasan.
Selain itu, siswa sebagai anak juga dapat mengingatkan orang tuanya atau anggota keluarga lain
jika menerima suap/gratifikasi yang tidak dibenarkan oleh Undang-undang yang belaku. Dengan
demikian, siswa turut berperan aktif untuk mencegah timbulnya budaya korupsi di kalangan
anggota keluarga yang lain.

b. Dilingkungan Pendidikan
Formal Keterlibatan siswa dalam gerakan antikorupsi dilingkungan Pendidikan formal menurut
Suryono dapat dibagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah individu siswa dan untuk komunitas
kolektif siswa. Untuk konten individu, seorang siswa diharapkan dapat mencegah dirinya sendiri
untuk berperilaku tidak koruptif. Hal itu berarti bahwa secara individu, seorang siswa dituntut
memiliki kepribadian antikorupsi dalam segala hal. untuk konteks komunitas Pendidikan formal,
seorang siswa diharapkan ikut serta melakukan kontrol untuk mencegah rekan-rekan sama
pelajar untuk tidak melakukan korupsi. Dengan kata lain, ada sistem kontrol yang berlaku di
antara sesama pelajar sehingga fungsi pengawasan dapat berjalan baik.

c. Dilingkungan Masyarakat
Sosial siswa juga mampu menjadi pengawas yang efektif dalam melakukan kontrol dalam
mengawasi tindak pidana korupsi di wilayah masyarakat dan sosial. Sikap kritis dan kesadaran
untuk mewujudkan masyarakat antikorupsi merupakan hal yang patut dijunjung tinggi karena
tanpa hal itu fungsi pengawasan sama sekali tidak akan mampu dijalankan. Sebagai anggota
masyarakat, siswa dapat berperan aktif untuk memasyarakatkan nilai-nilai gerakan antikorupsi
melalui pengawasan terhadap beberapa hal berikut :

13
• Apakah kantor pelayanan masyarakat menjalankan fungsinya dengan baik dan wajar.
Pembuatan KTP, SIM, Akta dan lain sebagainya patut diawasi apakah masih ada
pungutan liar atau tidak sehingga dapat dipastikan bahwa masyarakat tidak diperas oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab.
• Siswa dapat mengawasi apakah infrastruktur sudah memadai, termasuk pula
perawatannya apakah sesuai dengan program pemerintah.
• Menjadi pengawas aktif terhadap program pemerintah yang bersifat bantuan sosial
seperti sembako gratis, dana hibah desa dsb.

d. Dilingkungan Nasional

Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang siswa dalam gerakan antikorupsi bertujuan agar
dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak korupsi yang masih dan. Siswa dengan
kompetensi yang dimiliki dapat menjadi contoh bagi orang lain, atau pula teman sejawat dan
ikut pula dalam kampanye gerakan antikorupsi yang digerakkan oleh pemerintah

2.2 Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Pendidikan Anti Korupsi


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib bagi perguruan tinggi di
Indonesia. Dasar hukumnya merujuk pada Pasal 37 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan
kewarganegaraan wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan memberdayakan warga negara untuk dapat membuat pilihan
yang bijak dan penuh dengan kesadaran dari berbagai alternative yang ditawarkan, memberikan
pengalamanpengalaman dan pemahaman yang dapat memupuk perkembangan komitmen
yang benar terhadap nilai-nilai positif yang memberdayakan sebuah masyarakat bebas untuk
tetap bertahan.

Seperti dalam pembukaan UUD 1945: Melalui pendidikan Kewarganegaraan, warga Negara
Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan
konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional. Pendidikan Kewarganegaraan di manapun pada
dasarnya bertujuan membentuk warga negara yang baik. Maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk membentuk warga negara yang
demokratis, bertanggung jawab, memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Pendidikan Kewarganegaraan memberdayakan warga negara untuk dapat membuat pilihan


yang bijak dan penuh dengan kesadaran dari berbagai alternative yang ditawarkan, memberikan
pengalamanpengalaman dan pemahaman yang dapat memupuk perkembangan komitmen
yang benar terhadap nilai-nilai positif yang memberdayakan sebuah masyarakat bebas untuk
tetap bertahan. Seperti dalam pembukaan UUD 1945: Melalui pendidikan Kewarganegaraan,
warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional. Pendidikan Anti Korupsi
adalah sebuah program pendidikan pengajaran tentang tindakan korupsi yang mana bertujuan

14
agar dapat membangun dan dapat membentuk kepedulian warga negara khususnya yang masih
atau duduk di perguruan tinggi atau tingkat universitas untuk mengetahui sangat bahayanya
akibat tindakan-tindakan dari sebuah korupsi. Pada dasarnya yang menjadi suatu target utama
dalam implementasi pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi yaitu salah satu cara untuk
dapat mengenalkan sebuah fenomena korupsi yang menjadi permasalahan bersama tidak
hanya permasalahan pemerintah masyarakat tapi juga oleh mahasiswa itu sendiri, maka banyak
aspek yang dapat dilihat dalam mencakup kriteriakriteria, akibat dan penyebab dari korupsi itu
sendiri, juga dapat meningkatkan sikap app tidak toleran atau sikap anti korupsi yang dapat
menunjukkan kemungkinan sebuah usaha untuk melawan korupsi yang sedang berkecamuk di
negeri kita ini.

Berdasarkan UU No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Pasal 1 ayat (3) menyebutkan bahwa Pemberantasan Tindak Pidana, strategi pemberantasan
korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta
masyarakat. Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
perilaku koruptif. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan Antikorupsi yang sifatnya
preventif. Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi kemasyarakatan,
atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.

Beberapa strategi pemberantasan korupsi :

1. Pembentukan lembaga antikorupsi, Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan


publik, memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah.

2. Pencegahan korupsi di sektor publik, dengan pelaporan dan pengumuman kekayaan


pribadinya, lelang, dan penawaran secara terbuka, sistem perekrutan pegawai secara
terbuka, transparan, dan akuntabel.

3. Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat, dengan pemberian hak akses


kepada masyarakat, sosialisasi dan deseminasi tentang korupsi, tersedianya sarana
masyarakat melaporkan kasus korupsi, perlindungan kepada pelapor tindak korupsi,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.71 Tahun 2000 vtentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

4. Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung pencegahan dan


pemberantasan Korupsi.

5. Kerjasama Internasional. Bentuk kerjasama internasional antar negara yang dapat


dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan pertukaran informasi

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi di Indonesia saat ini
sangatlah penting dan saling terkait. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga
negara yang memiliki pemahaman yang baik tentang hak, kewajiban, serta tanggung jawab mereka
sebagai anggota masyarakat dan negara.Pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi wadah untuk
menyampaikan nilai-nilai moral, etika, dan prinsip-prinsip integritas kepada siswa, sehingga mereka
memahami pentingnya berperan sebagai warga yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap
kepentingan umum.

Pendidikan anti korupsi dapat memanfaatkan pendidikan kewarganegaraan sebagai platform


untuk mengintegrasikan isu-isu korupsi dalam kurikulum dan kegiatan pembelajaran. Dalam pendidikan
kewarganegaraan, siswa dapat diajarkan tentang nilai-nilai integritas, transparansi, akuntabilitas, dan
keadilan, serta dampak negatif dari korupsi terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
Selain itu, pendidikan kewarganegaraan juga dapat melibatkan siswa dalam kegiatan praktis untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengorganisir kampanye anti
korupsi, mengikuti program pengawasan publik, atau menjadi agen perubahan yang mempromosikan
integritas dan akuntabilitas di lingkungan sekitar mereka.

Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi saling melengkapi
dan mendukung satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan memberikan landasan nilai dan
pemahaman tentang peran aktif dalam masyarakat, sementara pendidikan anti korupsi mendorong
siswa untuk menerapkan nilai-nilai tersebut secara konkret dalam upaya pencegahan korupsi. Melalui
pendidikan yang holistik dan terintegrasi, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menjadi agen
perubahan yang berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil, transparan, dan bebas
korupsi

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam makalah ini yaitu mahasiswa dapat
mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi
dalam kehidupan sehari hari serta dapat menciptakan ekosistem budaya antikorupsi dalam membangun
karakter generasi muda

16
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Selamat. "PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN: pendidikan anti korupsi." Al-Ishlah Jurnal Pendidikan 2.1 (2022): 36-46.

Riyadi, S. (2022). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN: pendidikan anti korupsi. Al-Ishlah Jurnal Pendidikan, 2(1), 36-46

RIYADI, Selamat. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN: pendidikan anti korupsi. Al-Ishlah Jurnal Pendidikan, 2022, 2.1: 36-46.

Kementrian Agama, (2013). Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di


Madrasah,Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Madrasah.
Jakarta :Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Lexy J. moeleong, (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Yamin,


Moh.. (2016). Pendidikan Anti Korupsi. Bandung : PT. Remaja Rosda karya Bandung.Sekertaris
Negara Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
TentangSistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bandung: Citra Umbara

Suyatno. (2005). Korupsi Kolusi Dan Nepotisme. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Cet.
Pertama.Syahroni, dkk. 2017. Korupsi Bukan Budaya Tetapi Penyakit. Yogyakarta :
Deepublish.Cet 1

Jaya, Herdi Wisman. "Insersi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Di Perguruan Tinggi." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 8.1 (2021).

Jaya, H. W. (2021). Insersi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Di
Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 8(1).

JAYA, Herdi Wisman. Insersi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 2021, 8.1.

H Satrijo Budiwibowo, M. M. Pendidikan Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi. Penerbit Andi.

H Satrijo Budiwibowo, M. M. Pendidikan Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi. Penerbit Andi.

H SATRIJO BUDIWIBOWO, M. M. Pendidikan Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi. Penerbit


Andi.

17

Anda mungkin juga menyukai