D
I
S
U
N
OLEH:
NIARA USWATUN (2221055)
DOSEN PENGAMPUH :
DR.YUSDI HERLI SH.,MH.,M.H.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha kuasa karna telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini atas rahmat dan hidayahnya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
mengenai tentang “Bagaimana Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Pendidikan Anti
Korupsi Pada Saat Ini Di Indonesia” dengan tepat waktu makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari
Bapak “DR .Yusdi Herli SH.,MH “ pada mata kuliah “Pendidikan Anti Korupsi” di kampus “Selolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dona Palembang “. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang “Bagaimana Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan
Pendidikan Anti Korupsi Pada Saat Di Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar -besarnya kepada Bapak “DR. Yusdi Herli SH.,MH selaku
dosen mata kuliah “Pendidikan Anti Korupsi”. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga megucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Niara Uswatun
3
TEORI
Hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi sangat erat karena
keduanya memiliki tujuan yang serupa, yaitu membentuk masyarakat yang bertanggung jawab, sadar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta menjunjung tinggi integritas dan etika dalam
kehidupan bermasyarakat.Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang sistem pemerintahan, hak-hak dan kewajiban warga negara, serta nilai-nilai demokrasi dan
keadilan. Melalui pendidikan kewarganegaraan, individu akan belajar tentang pentingnya partisipasi
aktif dalam proses demokrasi, menghormati hak asasi manusia, dan memahami pentingnya toleransi,
keberagaman, dan persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, pendidikan anti-korupsi bertujuan untuk membentuk kesadaran dan pemahaman
tentang bahaya korupsi serta mempromosikan integritas dan etika dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam konteks ini, pendidikan anti-korupsi akan mengajarkan individu tentang konsekuensi negatif dari
korupsi, bagaimana mencegahnya, dan bagaimana melaporkan tindakan korupsi.Keduanya saling
melengkapi dan mendukung satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan memberikan landasan nilai
dan pengetahuan tentang tatanan sosial dan politik yang sehat, sementara pendidikan anti-korupsi
memberikan pemahaman tentang praktik-praktik yang harus dihindari dalam menciptakan tatanan
sosial yang adil dan berintegritas.
Di sisi lain, pendidikan anti-korupsi bertujuan untuk melawan korupsi dengan mengedukasi
masyarakat mengenai dampak negatif korupsi terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan anti-korupsi membantu mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar menjadi lebih
intoleran terhadap tindakan korupsi dan lebih mendorong partisipasi aktif dalam pencegahan korupsi.
dengan Indonesia telah mengakui pentingnya pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi
dalam sistem pendidikan nasional. Banyak program dan kebijakan telah diluncurkan untuk memperkuat
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti-korupsi di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan
lainnya
4
. Contohnya, pemerintah telah memasukkan mata pelajaran Pendidikan Anti-Korupsi ke dalam
kurikulum sekolah dan melakukan pelatihan guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-
isu korupsi. Dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman tentang pendidikan kewarganegaraan
dan pendidikan anti-korupsi, diharapkan generasi muda Indonesia akan menjadi agen perubahan yang
berkontribusi dalam membangun masyarakat yang berintegritas, transparan, dan bebas dari korupsi.
1. Teori Perkembangan Moral: Teori ini berfokus pada perkembangan moral dan etika individu.
Pendidikan kewarganegaraan menggunakan pendekatan ini untuk membantu siswa memahami
dan mengembangkan nilai-nilai moral serta etika yang berhubungan dengan kewarganegaraan.
2. Teori Kritis: Teori ini menekankan pada pengembangan pemikiran kritis dan kemampuan analisis
siswa terhadap isu-isu sosial dan politik. Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk
memahami, menganalisis, dan mengkritisi berbagai permasalahan sosial, termasuk masalah
politik dan ketidakadilan dalam masyarakat.
Selain teori-teori di atas, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia juga mencakup penerapan metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa, partisipasi dalam kegiatan sosial, dan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang isu-isu
kewarganegaraan.Penting untuk dicatat bahwa kebijakan dan pendekatan pendidikan kewarganegaraan
dapat berubah seiring waktu. Oleh karena itu, disarankan untuk merujuk kepada sumber-sumber
terpercaya, seperti kebijakan pemerintah dan kurikulum yang terbaru, untuk memperoleh informasi
yang lebih akurat tentang teori dan praktik pendidikan kewarganegaraan di Indonesia saat ini.
Pendidikan anti-korupsi di Indonesia pada saat ini merupakan suatu upaya untuk membentuk
kesadaran dan pemahaman yang lebih baik mengenai korupsi serta mendorong sikap dan perilaku yang
anti-korupsi di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Berikut adalah beberapa teori pendidikan
anti-korupsi yang relevan di Indonesia saat ini:
1. Teori Pendekatan Nilai dan Etika: Pendekatan ini menekankan pentingnya menginternalisasi
nilai-nilai dan etika yang mencegah korupsi dalam diri setiap individu. Pendidikan anti-korupsi
harus memperkuat nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan, serta
mengajarkan etika yang benar dalam berbagai konteks kehidupan.
2. Teori Pendidikan Kritis: Pendekatan ini mengajarkan peserta didik untuk memiliki pemahaman
yang kritis terhadap fenomena korupsi. Pendidikan anti-korupsi perlu mendorong kemampuan
berpikir analitis, menggali informasi secara kritis, dan mengenali tanda-tanda korupsi. Peserta
didik juga perlu belajar mempertanyakan dan mengevaluasi tindakan-tindakan korupsi yang ada
di sekitar mereka.
5
3. Teori Pendidikan Partisipatif: Pendekatan ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
pendidikan anti-korupsi. Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi
pelaku perubahan yang berperan dalam mencegah korupsi di lingkungan sekitar mereka.
Pendidikan anti-korupsi harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berpartisipasi
dalam diskusi, permainan peran, simulasi, dan proyek yang mendorong mereka untuk
mengembangkan keterampilan anti-korupsi.
4. Teori Pendidikan Hukum: Pendekatan ini menekankan pentingnya pemahaman hukum terkait
korupsi. Pendidikan anti-korupsi harus melibatkan pemahaman tentang peraturan hukum,
proses penegakan hukum, dan konsekuensi hukum terkait korupsi. Peserta didik perlu
memahami pentingnya penegakan hukum yang adil dan efektif dalam menangani korupsi.
5. Teori Pendidikan Transformatif: Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah sikap, nilai, dan
perilaku peserta didik dalam hal korupsi. Pendidikan anti-korupsi harus mendorong refleksi diri,
pemahaman mendalam tentang dampak negatif korupsi, dan kemauan untuk mengubah diri
menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki integritas tinggi.
Pentingnya pendidikan anti-korupsi di Indonesia saat ini adalah untuk membentuk generasi muda yang
memiliki kesadaran yang kuat tentang pentingnya mencegah dan melawan korupsi. Dengan mengadopsi
berbagai teori pendidikan anti-korupsi yang relevan, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih
transparan, akuntabel, dan bersih dari korupsi.
6
BAB 1
PENDAHULUAN
Korupsi merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi suatu bangsa, dan saat ini
korupsi sudah menjadi budaya buruk bangsa ini. Disisi lain, korupsi juga telah merambah ke
wilayah lembaga pendidikan. Saat ini, kementerian pendidikan dan kebudayaan bersama
dengan komisi pemberantasan korupsi telah memulai untuk memberantas korupsi melalui
dunia pendidikan dengan mengintegrasikan kurikulum pendidikan antikorupsi kedalam
kurikulum pelajaran baik dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi.
Pendidikan antikorupsi sangat penting untuk diajarkan kepada para peserta didik maupun
mahasiswa di sekolah atau pun di perguruan tinggi karena mengingat korupsi sudah sulit untuk
diberantas secara tuntas maka lembaga sekolah diharapkan untuk dapat menumbuhkan jiwa
anti korupsi pada peserta didik dan juga membangun mentalitas para generasi muda, sehingga
nantinya mereka bisa menggantikan para pejabat dan akan bekerja secara jujur, tanggung
jawab, dan adil. Untuk mengetahui proses pelaksanaan penerapan nilai pendidikan antikorupsi
yang telah dicanangkan oleh kemendikbud peneliti melakukan penelitian bagaimana
pelaksanaan penerapan nilai-nilai pendidikan antikorupsi disekolah.
Oleh karna itu hendaknya guru lebih sering mempelajari pendidikan antikorupsi agar
mengalami kemudahan dalam pengintegrasian pendidikan antikorupsi kedalam materi
pembelajaran. Kepada mahasiswa sebaiknya bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar
pendidikan anti korupsi dan bisa menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Kepada Pemerintah, pemerintah sebaiknya mensosialisasikan pendidikan antikorupsi kepada
seluruh elemen masyarakat agar tujuan pendidikan antikorupsi bisa terlaksana secara
maksimal dan tidak hanya siswa yang bersikap dan berperilaku antikorupsi tetapi seluruh
masyarakat Indonesia.
7
1.2 Metedologi
Di Indonesia saat ini, penting untuk mengintegrasikan pendidikan kewarganegaraan
dengan pendidikan anti korupsi sebagai upaya pencegahan korupsi di masa depan. Berikut
adalah beberapa metodologi yang dapat digunakan dalam hubungan pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi
3. Pendidikan partisipatif
Metodologi ini bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam memahami isu isu
kebijakan publik. Caranya dengan memberikan kesempatan kepada siswa melakukan
diskusi baru sebatas masalah yang mencerminkan potensi tindakan korupsi, dengan
mendiskusikan kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dan menganalisis isu tersebut
dari perspektif etika dan kewarganegaraan.
8
pendidikan anti-korupsi di Indonesia saat ini dapat berjalan dengan efektif. Hal tersebut akan
berperan penting membentuk karakter generasi muda yang akan menjadi penerus masa depan
bangsa, memperkokoh rasa cinta tanah air, serta melestarikan integritas dan rasa tanggung
jawab terhadap masyarakat dan negara.
1.4 Tujuan
Tujuan dari hubungan pendidikan kewarganegaraan dan anti korupsi di Indonesia adalah
untuk menciptakan warga negara yang memiiliki wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta
tanah air, dapat menciptakan ekosistem budaya anti korupsi dalam membangun karakter
generasi muda serta membentuk dan mempersiapkan generasi penerus bangsa yang bebas dari
perilaku koruptif.
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
b) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Menurut peraturan mentri Pendidikan Kewarganegaraan ialah terkait Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar & Menengah adalah mata pelajaran yang
fokus pada pembentukan warga negara yang memahami & mampu
melaksanakan hak adan kewajiban warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, serta berkarakter yang di amanatkan oleh Pancasila & UUD 1945.
d) Soedijarto
Pendidikan kewarganegaraan menurut Soedijarto merupakan pendidikan
politik yang bertujuan untuk bisa membantu peserta didik agar bisa menjadi
warga negara yang secara politik dewasa, serta ikut serta membangun sistem
politik yang demokratis.
e) Merphin Panjaitan
Pendidikan kewarganegaraan menurut Panjaitan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mendidik generasi muda yang menjadi warga negara
demokratis, serta berpartisipasi aktif melalui suatu pendidikan yang dialogial.
f) Samsuri
Menurut Samsuri Pendidikan kewarganegaraan memiliki arti sebagai usaha
mempersiapkan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang
memiliki pengetahuan, kecakapan, & nilai-nilai yang di perlukan agar dapat
berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya.
11
d) Kebusukan atau tengik.
e) Suatu yang korup, seperti kata yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam
satu kalimat.
f) Pengaruh-pengaruh yang korup.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak.
yang mana korupsi sungguh menggambarkan keadaan yang menyeramkan,
menyedihkan rakyat, memberikan efek sangat buruk bagi kehidupan, membuat
kondisi menjadi labil, menciptakan kegaduhan hidup dan sebagainya .Berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral,
sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan. Oleh karena itu, korupsi sebuah
penyakit yang sangat mematikan bagi kehidupan di republik ini yang ingin
menghancurkan perjalanan bangsa ke depan. Pendidikan anti korupsi” terdiri dari
kata “Pendidikan” dan “korupsi”. Dalam Undang-undang No. 20Tahun 2003 tentang
Sis dik nas:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian ,kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
12
tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas anti korupsi ini akan terwujud
jika secara kita membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu
mengidentifikasi berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan
memperbaharui sistem nilai warisan dengan sistem-sistem yang baru. Dalam
konteks Pendidikan “memberantas korupsi sampai ke akar -akarnya” berarti melakukan
rangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak bersedia menerima dan
memanfaatkan suatu perbuatan yang terjadi. Dengan demikian suasana proses
Pendidikan bagi generasi bangsa Indonesia tidak boleh dipisahkan dengan internalisasi
dan aplikasi Pendidikan anti korupsi. Apalagi, sebelum maklumat untuk menerapkan
pendidikan anti korupsi dilembaga Pendidikan, Pendidikan karakter sudah dilaksanakan
terlebih dahulu di lembaga Pendidikan. Pendidikan karakter dilembaga Pendidikan di
upayakan selalu memperkuat karakter generasi bangsa Indonesia sebelum dia benar-
benar terjun untuk mengabdi kepada masyarakat.
Keterlibatan siswa dalam gerakan antikorupsi menurut dirjen dikti pada dasarnya
dibedakan menjadi empat :
Internalisasi karakter di dalam diri pelajar/siswa harus dimulai dari pembentukan karakter
dilingkungan keluarga. Lingkungan keluarga sebagai sebuah institusi sosial berperan
menginternalisasikan sejak dini budaya anti korupsi. Metode yang digunakan dapat berupa
pengawasan dan mendidik perilaku anggota keluarga melalui norma-norma yang berlaku. Salah
satu hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga adalah dengan selalu memberikan
pendapat dan pengawasan terhadap hal-hal yang terjadi dalam keluarga. Sebagai seorang siswa
barangkali dapat menanyakan keabsahan orang tua jika menggunakan fasilitas kantor berupa
mobil dinas, alat-alat dinas seperti laptop yang digunakan bukan untuk kepentingan kedinasan.
Selain itu, siswa sebagai anak juga dapat mengingatkan orang tuanya atau anggota keluarga lain
jika menerima suap/gratifikasi yang tidak dibenarkan oleh Undang-undang yang belaku. Dengan
demikian, siswa turut berperan aktif untuk mencegah timbulnya budaya korupsi di kalangan
anggota keluarga yang lain.
b. Dilingkungan Pendidikan
Formal Keterlibatan siswa dalam gerakan antikorupsi dilingkungan Pendidikan formal menurut
Suryono dapat dibagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah individu siswa dan untuk komunitas
kolektif siswa. Untuk konten individu, seorang siswa diharapkan dapat mencegah dirinya sendiri
untuk berperilaku tidak koruptif. Hal itu berarti bahwa secara individu, seorang siswa dituntut
memiliki kepribadian antikorupsi dalam segala hal. untuk konteks komunitas Pendidikan formal,
seorang siswa diharapkan ikut serta melakukan kontrol untuk mencegah rekan-rekan sama
pelajar untuk tidak melakukan korupsi. Dengan kata lain, ada sistem kontrol yang berlaku di
antara sesama pelajar sehingga fungsi pengawasan dapat berjalan baik.
c. Dilingkungan Masyarakat
Sosial siswa juga mampu menjadi pengawas yang efektif dalam melakukan kontrol dalam
mengawasi tindak pidana korupsi di wilayah masyarakat dan sosial. Sikap kritis dan kesadaran
untuk mewujudkan masyarakat antikorupsi merupakan hal yang patut dijunjung tinggi karena
tanpa hal itu fungsi pengawasan sama sekali tidak akan mampu dijalankan. Sebagai anggota
masyarakat, siswa dapat berperan aktif untuk memasyarakatkan nilai-nilai gerakan antikorupsi
melalui pengawasan terhadap beberapa hal berikut :
13
• Apakah kantor pelayanan masyarakat menjalankan fungsinya dengan baik dan wajar.
Pembuatan KTP, SIM, Akta dan lain sebagainya patut diawasi apakah masih ada
pungutan liar atau tidak sehingga dapat dipastikan bahwa masyarakat tidak diperas oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab.
• Siswa dapat mengawasi apakah infrastruktur sudah memadai, termasuk pula
perawatannya apakah sesuai dengan program pemerintah.
• Menjadi pengawas aktif terhadap program pemerintah yang bersifat bantuan sosial
seperti sembako gratis, dana hibah desa dsb.
d. Dilingkungan Nasional
Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang siswa dalam gerakan antikorupsi bertujuan agar
dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan tindak korupsi yang masih dan. Siswa dengan
kompetensi yang dimiliki dapat menjadi contoh bagi orang lain, atau pula teman sejawat dan
ikut pula dalam kampanye gerakan antikorupsi yang digerakkan oleh pemerintah
Seperti dalam pembukaan UUD 1945: Melalui pendidikan Kewarganegaraan, warga Negara
Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan
konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional. Pendidikan Kewarganegaraan di manapun pada
dasarnya bertujuan membentuk warga negara yang baik. Maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk membentuk warga negara yang
demokratis, bertanggung jawab, memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
14
agar dapat membangun dan dapat membentuk kepedulian warga negara khususnya yang masih
atau duduk di perguruan tinggi atau tingkat universitas untuk mengetahui sangat bahayanya
akibat tindakan-tindakan dari sebuah korupsi. Pada dasarnya yang menjadi suatu target utama
dalam implementasi pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi yaitu salah satu cara untuk
dapat mengenalkan sebuah fenomena korupsi yang menjadi permasalahan bersama tidak
hanya permasalahan pemerintah masyarakat tapi juga oleh mahasiswa itu sendiri, maka banyak
aspek yang dapat dilihat dalam mencakup kriteriakriteria, akibat dan penyebab dari korupsi itu
sendiri, juga dapat meningkatkan sikap app tidak toleran atau sikap anti korupsi yang dapat
menunjukkan kemungkinan sebuah usaha untuk melawan korupsi yang sedang berkecamuk di
negeri kita ini.
Berdasarkan UU No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Pasal 1 ayat (3) menyebutkan bahwa Pemberantasan Tindak Pidana, strategi pemberantasan
korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta
masyarakat. Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
perilaku koruptif. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan Antikorupsi yang sifatnya
preventif. Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, organisasi kemasyarakatan,
atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan antara pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi di Indonesia saat ini
sangatlah penting dan saling terkait. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga
negara yang memiliki pemahaman yang baik tentang hak, kewajiban, serta tanggung jawab mereka
sebagai anggota masyarakat dan negara.Pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi wadah untuk
menyampaikan nilai-nilai moral, etika, dan prinsip-prinsip integritas kepada siswa, sehingga mereka
memahami pentingnya berperan sebagai warga yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap
kepentingan umum.
Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi saling melengkapi
dan mendukung satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan memberikan landasan nilai dan
pemahaman tentang peran aktif dalam masyarakat, sementara pendidikan anti korupsi mendorong
siswa untuk menerapkan nilai-nilai tersebut secara konkret dalam upaya pencegahan korupsi. Melalui
pendidikan yang holistik dan terintegrasi, diharapkan generasi muda Indonesia dapat menjadi agen
perubahan yang berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil, transparan, dan bebas
korupsi
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam makalah ini yaitu mahasiswa dapat
mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan anti korupsi
dalam kehidupan sehari hari serta dapat menciptakan ekosistem budaya antikorupsi dalam membangun
karakter generasi muda
16
DAFTAR PUSTAKA
Suyatno. (2005). Korupsi Kolusi Dan Nepotisme. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Cet.
Pertama.Syahroni, dkk. 2017. Korupsi Bukan Budaya Tetapi Penyakit. Yogyakarta :
Deepublish.Cet 1
Jaya, Herdi Wisman. "Insersi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Di Perguruan Tinggi." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 8.1 (2021).
Jaya, H. W. (2021). Insersi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Di
Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 8(1).
JAYA, Herdi Wisman. Insersi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 2021, 8.1.
H Satrijo Budiwibowo, M. M. Pendidikan Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi. Penerbit Andi.
H Satrijo Budiwibowo, M. M. Pendidikan Kewarganegaraan & Pendidikan Anti Korupsi. Penerbit Andi.
17