Anda di halaman 1dari 2

Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian Savira

Diktavioni Eriza K3220068 Bab 1 Pendahuluan Tujuan : Memberikan gambaran umum


mengenai peta perkembangan metodologi penelitian kualitatif.
Memberikan posisi pengantar umum dan materi pengembangan untuk pemahaman
komprehensif tentang metodologi penelitian kualitatif.
Pada awal berkembangnya penelitian kualitatif, terdapat konflik yang sangat tajam
dengan penelitian kuantitatif yang selama ini sangat mendominasi kegiatan
penelitian di segala bidang keilmuan.
Awalnya, penelitian kualitatif dianggap sebagai kegiatan yang tidak dapat
diandalkan dan bahkan tidak ilmiah.
Konflik ini menyebabkan penelitian kualitatif berkembang dan memposisikan dirinya
ke arah yang berbeda.
Artinya, sebagai pendekatan yang diakui oleh sebagian besar profesional penelitian
dan akademisi sebagai metodologi penelitian alternatif yang dapat diterapkan dan
tepat.
Fokus dan kekhususan topik yang diteliti selalu mempengaruhi hasil penelitian
kualitatif dan tidak dapat digeneralisasikan seperti halnya penelitian kuantitatif.
Gagasan keseragaman sangat berbeda dengan gagasan keberagaman.
Penelitian kualitatif pada dasarnya cenderung bergantung pada konteks, dan
hasilnya tidak dapat dengan mudah digeneralisasikan dengan kriteria umum yang dapat
diartikan sebagai “pemaksaan” terhadap sesuatu yang spesifik.
Menyadari kenyataan tersebut menyadarkan para peneliti akan perlunya memilih
paradigma-paradigma yang menjadi landasan metodologi penelitian yang sesuai dengan
keyakinannya dan yang selalu membentuk berbagai kegiatan berupa penerapan teknik
penelitian.
Bab II Paradigma Ilmiah dan Metode Penelitian Tujuan : Menyajikan materi pemahaman
paradigma ilmiah sebagai landasan metode penelitian kualitatif.
Jelaskan secara singkat perkembangan zaman paradigma keilmuan.
Secara singkat kami membahas kelebihan dan kekurangan paradigma pra-positivisme,
positivisme, dan pasca-positivisme sebagai landasan pengembangan metodologi
penelitian.
Bergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan manusia, Aguste Comte sebagai wakil
positivisme merumuskan keberadaan tiga zaman: teologis, metafisik, dan empiris.
Teori Kebenaran dan Paradigma Ilmiah Paradigma adalah pandangan dunia,
perspektif umum, atau cara mengurangi kompleksitas dunia nyata.
Paradigma yang berbeda berakar kuat pada sosialisasi para pendukung dan
praktisinya.
Paradigma menggambarkan apa yang valid, penting, dan rasional.
Paradigma juga bersifat preskriptif, yaitu menggambarkan apa yang perlu dilakukan
tanpa memerlukan pertimbangan epistemologis atau eksistensial dalam
implementasinya.
Aspek inilah yang membentuk kekuatan dan kelemahan paradigma tersebut.
Era pra-positivis: Pada era ini, ilmuwan bertindak sebagai pengamat pasif dan
segala sesuatu terjadi secara alami.
Upaya manusia untuk mempelajari alam dipandang intervensionis dan tidak alamiah,
dan objek kajiannya menjadi distorsi terhadap kebenaran yang sebenarnya.
Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuwan mulai melihat ke luar,
mencoba ide-ide, dan melihat apakah kesadaran mereka pada akhirnya akan mencapai
tingkat pengamat aktif.
Pada masa ini ilmu pengetahuan mulai bersentuhan dengan era positivisme.
Positivisme diakui lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan pemahaman hidup yang erat
kaitannya dengan kebutuhan hidup dan pengalaman manusia yang semakin berkembang.
Perubahan pemahaman ini terjadi semakin pesat, dan gerakan baru ini mulai
mempertanyakan pemahaman-pemahaman sebelumnya yang dianggap sangat pasif yaitu pra-
positivisme.
Di era positivisme, kita diberitahu bahwa pengetahuan kita tidak bisa melebihi
fakta.
Sains adalah fakta.
Pemahaman positivisme ini justru mendukung berkembangnya empirisme.
Sebab, walaupun positivisme menekankan pada pengalaman, namun ia terbatas pada
pengalaman obyektif saja.
Selain itu, aliran rasionalisme juga berkembang pada periode ini dan mempengaruhi
pola pikir ilmiah.
Penganut rasionalisme menggunakan kemampuan berpikirnya untuk sampai pada
kebenaran yang harus diketahui sebelum dialami.
Kedua mazhab ini ternyata berat sebelah dan tidak lengkap, sehingga muncullah
mazhab yang menggabungkan keduanya (bersamaan dengan teori fenomenalis Kant) dan
memberikan dampak yang sangat positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Kritik terhadap Positivisme Positivisme membawa kita pada konseptualisasi sains
yang tidak memadai.
Positivisme gagal untuk secara memadai membahas dua aspek penting yang saling
berinteraksi dalam hubungan antara teori dan fakta.
Positivisme sangat bergantung pada operasionalisme, yang semakin dipandang tidak
memadai.
setidaknya positivisme

Anda mungkin juga menyukai