Anda di halaman 1dari 14

PENDEKATAN KUALITATIF

Oleh : Budi Puspo Priyadi

ABSTRACT

Qualitative method is a post-positivism based research paradigm. Therefore


it has a strong difference with positivism-based paradigm of quantitative method.
Qualitative methods is holistic in characteristic, seeing the relations inside the
system, focused on understanding the background of a phenomenon, and
demands the researcher as a research instrument. It has three methods of data
collection, covering indepth interview, open questionairres and documentation.

Keywords: post-positivism, qualitative design, data collection

A. PENDAHULUAN antropologi, pada periode tahun


Metode penelitian sosial yang sama, banyak antropolog
selama ini telah mengalami seperti Boas, Mead, Benedict,
kemajuan yang pesat baik dalam hal Bateson, Evans-Pritchard, Radcliffe-
teknik maupun teori. Pada umumnya, Brown, dan Malinowski, telah
orang mengenal metode penelitian menggunakan metode kualitatif
sosial adalah suatu cara bagaimana (Denzin & Lincoln, 1994 : 1).
meneliti fenomena sosial. Dalam Dari pendapat-pendapat di
kajian akademis, metode penelitian atas sebenarnya susah untuk
sosial dibedakan dalam dua metode disimpulkan mana yang terlebih
yakni kuantitatif dan kualitatif. Secara dahulu muncul, meskipun banyak
historis, metode kuantitatif muncul orang awam yang mengira bahwa
lebih awal daripada metode kuan- pemunculan metode kualitatif adalah
titatif Metode kualitatif berkembang didahului oleh metode kuantitatif.
sekitar tahun 1960-an, sedangkan Persoalan lain yang sering kali terjadi
metode kuantitaif telah ada sejak adalah orang sulit untuk memahami
tahun 1940-an dan 1950-an metode kualitatif, terutama menyang-
(Hammersley dalam Tashakkori & kut persoalan Epistemologi, yakni
Teddlie, 1998: 6). Namun demikian masalah paradigma. Kesulitan orang
metode kualitatif sebenarnya telah dalam memahami paradigma
mempunyai sejarah yang panjang, metode kualitatif sebenarnya terjadi
seperti dalam sosiologi ada mashab karena kebanyakan orang telah
Chigaco school di mana pada tahun memahami terlebih dahulu metode
1920-an dan 1930-an telah memakai kuantitatif, dengan berbagai aturan-
riset kualitatif untuk studi kehidupan aturannya. Dalam banyak hal, para-
kelompok manusia. Dibidang digma metode kualitatif memang

854
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

berbeda, bahkan bertolak belakang memahami tentang realitas itu


dengan paradigma metode kuan- (metodologi) (dalam Crabtree &
titatif sehingga terjadi kesalahan Miller, 1992: 8). Berkenaan dengan
dalam melakukan rujukan. Oleh penelitian, pemahaman tentang
karena itu perlu dijernihkan kesalahan paradigma menjadi penting karena
tersebut, tentu saja dengan cara merupakan pijakan dalam
memahami masing-masing para- melakukan riset. Tokoh yang
digma dengan benar dan propor- menekankan pentingnya paradigma
sional. dalam melakukan kerja ilmiah adalah
Metode atau teknik penelitian Thomas S Kuhn, pikirannya tertuang
kualitatif tidaklah berkenaan dengan dalam bukunya yang terkenal The
pengukuran sesuatu seperti halnya Structure of Scientific Revolutions
penelitian kuantitatif, tetapi berupaya (Tashakkori & Teddlie, 1998; 3).
mencari konteks dari sebuah Kesalahan memahami paradigma
informasi semaksimal mungkin, agar suatu metode penelitian akan
informasi yang diperoleh menjadi membuat kesalahan dalam
lebih bermakna (Walker, 1985: 3). melakukan riset dan kemudian akan
Selain itu, pendekatan kualitatif berakibat pula dalam menarik
mengarah kepada pemahaman yang kesimpulan atau analisisnya.
luas tentang makna dan konteks Berbeda dengan metode
tingkah laku dan proses yang terjadi penelitian kuantitatif yang oleh
dalam pola-pola amatan dari faktor- kebanyakan orang diyakini berbasis
faktor yang berhubungan (Bullock, et paradigma positivisme, metode
all, 1999, 117). Bahkan, dalam kualitatif memiliki basis paradigma
kasus-kasus tertentu di mana sering yang muncul setelah positivisme,
terjadi ada kesulitan dalam menguak yakni post-positivisme (Guba &
tabir suatu persoalan, metode Lincoln, 1994; Howe, 1998; Lincoln
kualitatif dimungkinkan melakukan & Guba, 1985 dalam Tashakkori &
hal tersebut (Strauss & Corbin, 1990: Teddlie, 1998: 3). Dalam era post-
19). positivisme muncul beberapa aliran
seperti humanisme, hermeneutics,
B. PEMBAHASAN phenomenology (konstruktivisme)
1. PARADIGMA SEBAGAI BASIS (Bernard, 1994: 13-15; Walker, 1985:
METODOLOGI 10). Sebelum melihat lebih jauh
Paradigma menurut Guba tentang paradigma kualitatif, perlu
(1990) adalah merupakan seperang- dipaparkan secara singkat apa yang
kat asumsi-asumsi yang terpola disebut dengan positivisme.
berkenaan dengan suatu realitas Kolakowski, seorang ahli filsafat
(ontology), pengetahuan tentang memandang positivisme sebagai
realitas itu sendiri (epistemology), sekumpulan aturan-aturan dan
dan cara-cara tertentu untuk kriteria penilaian berkenaan dengan

855
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 854-867

pengetahuan manusia, “a collection umumnya istilah-istilah yang


of rules and evaluative criteria for digunakan untuk merumuskan atau
referring to human knowledge” serta memaparkan suatu pemahaman,
“a normative attitude regulating how acuan rumusan tersebut tetaplah
we use such terms as knowledge, fakta-fakta individual.
science, cognition, and information, Menurut aturan nominalisme,
(dalam Ahimsa-Putra, 1997: 29). setiap ilmu pengetahuan yang
Menurut Kolakowski ada empat abstrak tidak lain adalah sebuah
aturan dalam positivisme yang metode untuk meringkas (abridging)
menentukan apa yang dimaksud perekaman pengalaman. Ilmu
dengan pengetahuan : tersebut tidaklah memberi penge-
a. rule of phenomenalism; tahuan baru yang bebas, dalam arti
b. rule of nominalism; bahwa ilmu pengetahuan tersebut
c. rule that refuses to call value dapat membuka jalan menuju sebuah
judgments and normative kawasan realitas lain yang secara
statements knowledge; empiris sebenarnya tidak dapat kita
d. belief in essential unity of gapai.
scientific method. Aturan ketiga, kita wajib meno-
lak pandangan yang mengatakan
Aturan pertama, kita hanya bahwa nilai-nilai (values) merupakan
berhak merekam apa yang sebenar- ciri-ciri dari dunia yang ada di sekitar
nya ada dalam pengalaman kita atau kita, Mengapa? Oleh karena nilai-
apa yang sebenarnya kita alami. nilai ini tidak dapat diperoleh dengan
Berarti positivisme mengakui cara yang sama sebagaimana
eksistensi, tetapi menolak esensi, halnya “pengetahuan” yang kita miliki.
sehingga positivisme menolak setiap Nilai ini kita peroleh melalui proses
penjelasan yang mengacu pada hal- sosialisasi, jadi bersifat relatif,
hal yang menurut definisinya tidak karena setiap kebudayaan dan
dapat digapai oleh pengetahuan masyarakat di mana proses
manusia. Pengalaman adalah dasar sosialisasi tersebut berlangsung
terpenting (ultimate foundation) dari memiliki sistem nilainya sendiri-
pengetahuan manusia. Positivisme sendiri. Tanpa proses sosialisasi ini
tidak memberikan tempat pada kita tidak akan memiliki nilai-nilai
metafisika. tersebut. Lain halnya dengan
Aturan kedua, rule of pengetahuan mengenai dunia
nominalism, kita tidak boleh ber- empiris di sekitar kita. Walaupun
anggapan bahwa setiap pema- tanpa sosialisasi, kita tetap dapat
haman (insight) yang dirumuskan memperoleh pengetahuan tentang
dalam istilah-istilah yang umum dunia sekitar kita, asalkan panca
dapat mengacu selain kepada fakta- indera kita normal.
fakta individual. Jadi bagaimanapun

856
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

Aturan keempat, belief in Selanjutnya menurut Sarantakos


essential unity of scientific method ilmu pengetahuan menurut kaum
merupakan pandangan yang positivis :
mengatakan bahwa tidak ada a. Didasarkan pada aturan-aturan
perbedaan yang penting dan dan prosedur-prosedur yang
mendasar antara metode ilmu ketat, berbeda dari spekulasi dan
pengetahuan alam (natural akal sehat;
sciences) dengan metode ilmu b. Bersifat deduktif, berasal dari
sosial-budaya. Meskipun obyek yang abstrak dan umum menuju
penelitian kedua ilmu pengetahuan yang spesifik dan kongkrit;
ini memang berbeda, namun hal itu c. Bersifat nomotetis, bersandar
tidak berarti bahwa prosedur pada hukum-hukum kausal yang
penalaran dan penelitian di antara digunakan untuk menerangkan
keduanya juga harus berbeda (dalam kejadian-kejadian sosial yang
Ahimsa-Putra, 1997: 29-30). kongkrit dan hubungan-
Implikasi dari pandangan hubungan;
semacam ini adalah bahwa berbagai d. Berdasarkan pada pengetahuan
prosedur dan metode penalaran yang didapatkan dari akal;
serta penelitian yang telah ber- e. Terpisah dari fakta yang berasal
kembang terlebih dahulu dalam ilmu- dari nilai-nilai, harus bebas nilai
ilmu alam dianggap dapat digunakan (dalam Irianto 1997: 51).
juga untuk memahami berbagai
macam gejala atau peristiwa sosial Meskipun banyak ahli telah
budaya. Anthony Giddens mengata- mengkaitkan paham positivisme
kan bahwa positivistic attitude dengan tradisi metode penelitian,
seperti yang terjadi dalam sosiologi khususnya pendekatan kuantitatif,
mencakup paling tidak tiga pan- ada juga yang mencermati bahwa
dangan yang saling berkaitan, yakni: sebenarnya tidaklah tepat bila ilmu
pandangan bahwa : 1) Prosedur sosial disamakan dengan ilmu alam.
yang ada dalam ilmu alam bisa Menurut Marsh sangat sedikit peneliti
diadaptasikan secara langsung ke kuantitatif yang akan menerima label
dalam sosiologi; 2) Hasil akhir seperti itu (dalam Silverman, 1997:
penyelidikan sosiologi dapat 12-13). Silverman lebih jauh
diformulasikan sebagai “hukum” atau mengatakan :
“aturan” perihal generalisasi sesuatu Instead, most quantitative
hal seperti halnya yang ditetapkan researchers would argue that they
oleh ilmuwan ilmu alam; dan 3)Ilmu do not aim to produce a science of
sosiologi mempunyai ciri yang laws (like physics) but simply to
bersifat teknis (dalam Ahimsa-Putra, produce a set of cumulative,
theoretically defined generalizations
1997; 30-31).
deriving from the critical sifting of

857
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 854-867

data. So, it became increasinglymempunyai paradigma yang lazim


clear that ‘positivists’ were made of
disebut dengan interpretif. Selain
straw since very few researchersinterpretif, dalam pendekatan
could be found who equated the kualitatif dikenal juga paradigma
social and natural worlds or who
konstruktivis atau oleh Kuzel (1986)
believed that research was properly
disebut naturalistik dan oleh
theory-free (1997: 13).
Gadamer (1976), Guba & Lincoln
(1989) disebut hermeneutik (dalam
Berbeda dengan paradigma
Crabtree & Miller, 1992: 10).
positivisme, ilmu pengetahuan
menurut interpretivisme :
Tabel 1. Perbedaan metode Kualitatif
a. Bahwa dasar untuk menerangkan dan Kuantitatif
kehidupan sosial dan peristiwa
sosial dan untuk memahami Qualitative Quantitative
manusia bukanlah ilmu penge- Soft Hard
tahuan dalam arti positivistis, Flexible Fixed
tetapi akal sehat yang di Subjective Objective
dalamnya mengandung makna- Political Value-free
Case study Survey
makna yang digunakan orang Speculative Hypothesis-testing
untuk membuat hidupnya berarti; Grounded Abstract
b. Bahwa pendekatannya adalah
induktif, bermula dari khusus ke
Sumber : Halfpenny (1979) dalam
yang umum, dari konkret ke (Silverman, 1997: 13).
abstrak;
c. Bahwa sifatnya idiografis, bukan 2. METODE PENELITIAN
nomotetis, mengungkapkan KUALITATIF
kenyataan secara simbolik dalam Metode kualitatif terdiri tiga
bentuk deskriptif; cara pengumpulan data : 1)
d. Bahwa pengetahuan tidaklah Wawancara mendalam, wawancara
berasal dari akal saja, tetapi dengan format pertanyaan terbuka; 2)
merupakan pemahaman makna, Observasi langsung; dan 3)
dan interpretasi adalah lebih Pemanfaatan dokumen tertulis,
penting; termasuk sumber-sumber tertulis dari
e. Bahwa ilmu pengetahuan hasil wawancara terbuka pada
tidaklah bebas nilai (Sarantakos kuestioner, buku harian seseorang,
dalam Irianto 1997: 52). dan catatan program. Data wawan-
cara terbuka terdiri dari kutipan
Dari paradigma-paradigma di langsung dari orang tentang
atas jelaslah bahwa masing-masing pengalamannya, opini, perasaan,
mempunyai dasar epistemologi yang dan pengetahuan. Data hasil
berbeda, pendekatan kualitatif observasi terdiri diskripsi mendalam

858
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

mengenai kegiatan suatu program, belakang sosial yang ada, tidak


perilaku para partisipan, aksi para perlu membuat peramalan
staf, dan interaksi antar manusia tentang latar belakang yang ada.
secara luas yang dapat menjadi (Qualitative design is focused on
bagian dari pengalaman program. understanding a given social
Dokumen dari kutipan-kutipan yang setting, not necessarily on
dianalisis, kutipan-kutipan, atau making predictions about that
seluruh kalimat dari hasil rekaman, setting);
surat menyurat, laporan resmi, dan 5) Rencana penelitian kualitatif
survey yang menggunakan per- menuntut bahwa peneliti tinggal di
tanyaan terbuka (Patton, 1987: 7). lapangan secara penuh.
(Qualitative design demands
a. Karakteristik disain penelitian that the researcher stay in the
Kualitatif setting over time);
Janesick (1994: 212) membuat 6) Rencana penelitian kualitatif
rambu-rambu yang berkenaan menuntut alokasi waktu dalam
dengan disain penelitian kualitatif. menganalisa sebanding dengan
1) Rencana penelitian kualitatif pada saat di lapangan.
bersifat holistik atau menyeluruh. (Qualitative design demands
Melihat sebuah gambar yang time in analysis equal to the time
luas, menyeluruh dan diawali in the field);
dengan upaya untuk memahami 7) Rencana penelitian kualitatif
keseluruhan. (Qualitative design menuntut bahwa peneliti
is holistic. It looks at the larger membangun model mengenai
picture, the whole picture, and apa yang terjadi pada suatu latar
begins with a search for sosial. (Qualitative design
understanding of the whole); demands that the researcher
2) Rencana penelitian kualitatif develop a model of what
melihat hubungan yang ada di occurred in the social setting);
dalam sistem atau kebudayaan. 8) Rencana penelitian kualitatif
(Qualitative design looks at mensyaratkan peneliti menjadi
relationships within a system or instrumen penelitian. Hal ini
culture); berarti peneliti harus memiliki
3) Rencana penelitian kualitatif kemampuan untuk mengamati
mengacu pada hal yang bersifat tingkah laku dan harus memper-
personal, bersifat tatap muka, dan tajam keahlian yang dibutuhkan
segera. (Qualitative design untuk mengamati dan melakukan
refers to the personal, face-to- wawancara secara langsung.
face, and immediate); (Qualitative design requires the
4) Rencana penelitian kualitatif researcher to become the
terfokus pada pemahaman latar research instrument. This means

859
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 854-867

the researcher must have the tasi atas pengamatan. Oleh karena
ability to observe behavior and itu, rencana penelitian adalah
must sharpen the skills blueprint penelitian, yang setidaknya
necessary for observation and berkaitan dengan empat permasa-
face-to-face interview); lahan, yakni: pertanyaan apa yang
9) Rencana penelitian kualitatif dimunculkan dalam penelitian; data
menggabungkan ruang untuk macam apa yang cocok untuk
diskripsi peneliti seperti halnya dikumpulkan; data macam apa yang
diskripsi yang bias dan pilihan dikumpulkan; dan bagaimana
idiologi yang dimiliki oleh peneliti. menganalisa hasilnya (Yin, 1994: 19-
(Qualitative design incorporates 20). Menurut Marshall and Rossman
room for descriptions of the (1989: 27-35), proposal penelitian
researcher as well as description kualitatif bervariasi dalam format
of the researcher’s own biases tetapi umumnya mencakup hal-hal
and ideological preference); sebagai berikut :
10)Rencana penelitian kualitatif 1) Pendahuluan
mensyaratkan analisa data Bagian pendahuluan ini
secara bersamaan. (Qualitative menyajikan garis besar proposal.
design requires ongoing Pertama, cakupan relevansi atas
analyses of the data). penelitian dari segi praktis,
kebijakan, dan teori yang dipaparkan
b. Model Proposal Kualitatif secara ringkas. Selanjutnya, mem-
Mengingat bahwa penelitian buat garis besar cakupan teoritis
kualitatif tidak terstruktur, hasilnya yang sifatnya umum dan didiskusikan
tidak bisa diramalkan, dan kelua- dalam tinjauan pustaka. Kemudian
rannya tidak tentu, maka sulit untuk membuat sketsa rencana penelitian,
menulis proposal yang biasa pendekatan tertentu yang akan
digambarkan seperti: “apa yang dilakukan, teknik pokok dalam
kamu lihat adalah apa yang kamu pengumpulan data, dan penonjolkan
dapat ” WYSIWYG (what you see is hal-hal yang unik atas proposal.
what you get). Masalah ini membuat Akhirnya, dalam bagian pendahuluan
penulisan proposal atau rencana ini disajikan juga transisi yang lebih
penelitian menjadi sulit (Morse, 1994: rinci dari diskusi topik secara umum
227). Namun demikian, betapapun atau pertanyaan penelitian yang akan
sulitnya, sebuah rencana adalah dicari dalam penelitian.
merupakan suatu hal yang perlu Dalam penelitian kualitatif,
dilakukan oleh orang sebelum pertanyaan dan permasalahan
melakukan penelitian. Rencana penelitian seringkali datang dari
penelitian berfungsi memberi pengamatan yang nyata, suatu
petunjuk pada peneliti dalam proses dilema, dan suatu persoalan yang
pengumpulan, analisa, dan interpre- ingin dipecahkan. Hal itu tidak

860
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

dinyatakan seperti dalam bentuk c) Apa yang belum terjawab secara


“hipotesa bila-maka” yang diturunkan memadai dalam penelitian atau
dari teori. Tetapi, diturunkan dari kegiatan sebelumnya?
bentuk pertanyaan yang cakupannya d) Bagaimana penelitian yang baru
luas seperti : ini akan menambah pengeta-
a) Mengapa suatu program berjalan huan, praktek, dan kebijakan di
dengan baik di satu tempat, suatu wilayah?
tetapi tidak di tempat yang lain?
b) Apa yang spesial tentang orang? Berdasarkan uraian di atas,
c) Rencananya seperti apa? proposal penelitian harus menunjuk-
d) Dukungannya bagaimana? kan bahwa penelitian akan berguna
e) Konteksnya bagaimana? setidaknya dalam tiga cakupan.
f) Variasi teknik macam apa yang Pertama, harus menyokong pengeta-
digunakan oleh kelompok pelobi huan. Kedua, ada arena kebijakan
seperti yang mereka cobakan yang relevan yang harus menemukan
untuk mempengaruhi suatu manfaat dan makna suatu kajian.
kebijakan? Ketiga, kajian harus berguna bagi
g) Yang seperti apa yang dirasa praktisi. Namun demikian, peneka-
paling efektif? nan yang diberikan secara relatif atas
h) Bagaimana metode berbeda setiap aspek dari signifikansi suatu
sesuai isu selama terjadi kajian tergantung pada kajian itu
perdebatan? sendiri.
i) Bagaimana para pelobi mempe-
lajari teknik-teknik ini? 3) Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menyajikan
2) Signifikansi Penelitian empat fungsi yang luas, antara lain:
Bagian ini berupaya mengem- a) Menunjukkan asumsi yang
bangkan suatu argumentasi dan mendasari atas pertanyaan
mengawali gambaran tentang penelitian secara umum. Jika
kerangka kerja yang logis untuk mungkin, hal itu harus memapar-
penelitian, di bidang apa hal itu kan paradigma penelitian yang
ditempatkan dalam suatu tradisi mendukung kajian dan meng-
(aliran pemikiran) penelitian dan juga gambarkan asumsi-asumsi dan
hubungannya dengan studi-studi nilai-nilai yang dibawa peneliti
yang berkaitan. Bagian ini secara selama penelitian;
umum menjawab pertanyaan- b) Menunjukkan bahwa peneliti
pertanyaan sebagai berikut : secara sungguh-sungguh mampu
a) Siapa yang mempunyai minat memahami penelitian lain yang
dalam permasalahan penelitian? berkaitan dan mempunyai tradisi
b) Apa yang sudah kita ketahui intelektual yang melingkupi dan
tentang topik penelitian? mendukung kajiannya;

861
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 854-867

c) Memperlihatkan bahwa peneliti menentukan, tetapi yang ter-


telah mengidentifikasi suatu celah penting adalah kedalaman
dalam penelitian sebelumnya dan informasi yang diperoleh oleh
bahwa kajian yang diajukan akan peneliti (Zyzanski, et all, 1992 :
mengisi celah yang ada; 233). Menurut Lincoln dan Guba
d) Tinjauan pustaka dapat memper- (1985) ada prinsip redundansi
halus dan mendefinisikan ulang dalam menentukan besarnya
pertanyaan penelitian dan jumlah dalam sampel, yakni
hipotesa tentatif yang ber- tergantung dari informasi yang
hubungan dengan cara melekat- didapatkan apakah sudah maksi-
kan pertanyaan-pertanyaan mal, dalam artian tidak ada hal
penelitian dalam tradisi empiris yang baru (dalam Patton, 1990 :
yang lebih luas. 185-186). Kerangka sampel
dalam penelitian kualitatif
4) Metodologi biasanya purposive, terdiri atas
Pada bagian ini peneliti men- sejumlah kecil orang dengan
jelaskan secara rinci mengenai karakteristik-karakteristik yang
bagaimana proses penelitian akan khusus (Walker, 1985 : 30).
dilakukan. Proses tersebut meliputi Bahkan, menurut seorang tokoh
berbagai kegiatan antara lain : metode kualitatif yakni Patton
(1980 : 100; 1990 : 169), peneli-
a) Pemilihan Informan tian kualitatif bisa hanya menggu-
Informan penelitian adalah orang nakan satu orang sampel yang
yang memberikan informasi dipilih secara purposive, tetapi
(Gilchrist, 1992 : 71). Oleh karena tidak dimaksudkan untuk melaku-
itu, seorang informan harus kan generalisasi ke semua
benar-benar tahu atau pelaku kasus.
yang terlibat langsung dengan
permasalahan penelitian b) Instrumen Penelitian
(Bogdewic, 1992 :57). Memilih Berbeda dengan penelitian
seorang informan harus dilihat kuantitatif, di mana instrumennya
kompetensinya bukan hanya adalah berupa kuesioner, dalam
sekedar untuk menghadirkannya penelitian kualitatif yang menjadi
(Bernard, 1994 :165). Proses instrumen adalah peneliti itu
pemilihan informan semacam sendiri. Bagian ini menjelaskan
inilah yang perlu dijelaskan oleh bagaimana peneliti berperan
peneliti karena tidak semua sebagai instrumen penelitian.
orang bisa menjadi informan Mengingat pentingnya peranan
(Spradley, 1979 : 45). peneliti dalam metode kualitatif
Dalam penelitian kualitatif maka peneliti perlu meningkatkan
besaran (number) informan tidak kemampuan dalam memahami

862
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

masalah yang sedang diteliti. Hal 28) antara lain : open-onded,


itu menurut Glaser (1978) disebut creative interviewing; document
theoretical sensitivity. Theore- analysis; semiotics; life-history;
tical sensitivity mengacu pada personal experience and self-
kemampuan memberikan pan- story construction; participant
dangan, mampu memberi makna observation; and thick descrip-
atas data yang ditemukan, tion. Selain itu ada juga cara
mampu memahami, dan mampu pengumpulan data melalui Focus
memisahkan hal-hal yang tidak Groups Discusion (lihat Morgan,
berkaitan (Strauss and Corbin, 1988; Stewart and Shamdasani,
1990: 42). Selain itu, peneliti 1990). Pada bagian ini peneliti
harus mampu menciptakan perlu menjelaskan teknik apa dan
rapport, yakni menciptakan kede- bagaimana pengumpulan data
katan yang maksimal dengan akan dilakukan. Juga perlu
para nara sumber sehingga dijelaskan bagaimana penca-
mereka mau bekerja sama tatan dan pengolahan datanya
(participation) (lihat Spradley, (lihat Huberman & Miles, 1994).
1979). Oleh karena itu, kepriba- Perkembangan kemajuan dalam
dian peneliti adalah merupakan bidang teknik pengolahan data
kunci dalam kegiatan penelitian pada saat ini telah tersedia
(Gummesson, 1991: 3). berbagai macam program
komputer (software) untuk
c) Pengumpulan dan Pengolahan mengolah data kualitatif (lihat
Data Richards & Richards, 1994,
Mengingat bahwa dalam pene- Durkin, 1997). Dari berbagai
litian kualitatif ada beberapa cara teknik pengumpulan data dalam
pengumpulan data (Marshall and penelitian kualitatif, seorang
Rossman, 1989:75-101), seperti pelopor metode kualitatif yaitu
Wawancara Mendalam (In- Howard S. Becker mengatakan
Depth-Interview), Partisipasi- bahwa participant observation is
Observasi, Questioner, Film, the most comprehensive of all
Street Ethnography, Psycholo- type of the research strategies
gical Techniques, Proxemics, (Patton, 1980 : 30). Khusus
Kinesics, Ethnographic Inter- tentang metode partisipasi
viewing, Elite Interviewing, observasi lihat (Spradley, 1980).
Historical Analysis, Life History, d) Analisa Data
Content Analysis, Unobtrusive Berbeda dengan metode
Measures. Metode pendekatan kuantitatif yang datanya lebih
lain yang dikembangkan oleh mudah dianalisisi karena
komunitas interpretif seperti
Denzin (dalam Silverman, 1997:

863
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 854-867

sistematis, terukur, dan mudah pandangan atas permasala-


disajikan dalam bentuk yang han atau menjadi petunjuk
singkat, analisa data kualitatif untuk penelitian selanjutnya;
lebih sulit karena apa yang 5) Pemahaman atas tingkah
didapat dari nara sumber tidak laku manusia muncul secara
bisa diseragamkan dan sering perlahan dan tidak secara
berupa content (Patton, 1980 : linier (2002 : 136-137).
28). Pada bagian ini menjelaskan
bagaimana rencana proses Berkenaan dengan analisa data,
analisa data yang akan dilaku- sebagai contoh bila seorang
kan. Penjelasan tersebut peneliti kualitatif memilih analisa
menyangkut jenis analisa data model interpretif dalam memutus-
yang digunakan dan bagaimana kan apa yang dikaji, bagaimana
melakukannya. Model kerja yang mengkaji dan menganalis data-
biasa dilakukan dalam penelitian nya. Pilihan semacam ini juga
kualitatif adalah analisa secara mengisyaratkan peneliti untuk
induktif, yang maksudnya adalah bertanggung jawab atas tuntutan
bahwa pola-pola, tema-tema, persyaratan yang dipakai dalam
dan kategorisasi bertumpu pada komunitas interpretif (Miller, 1997
data yang ada, kesemuanya itu : 9). Berdasarkan pendapat
muncul dari data (Patton, 1980 : tersebut maka sebenarnya ada
306). Menurut Ulin, et all, analisa aturan yang disepakati oleh suatu
data kualitatif setidaknya ada komunitas pemakai metode,
lima prinsip yang bisa dipakai seperti halnya juga dalam tradisi
sebagai petunjuk, yakni : metode kuantitatif.
1) Setiap orang berbeda penga-
laman dan pemahamannya C. PENUTUP
tentang realitas; bagaimana Perkembangan dunia pene-
para partisipan mendefinisi- litian sekarang ini tidaklah mempo-
kan situasi bisa jadi tidak sisikan pendekatan kuantitatif dan
merefleksikan asumsi yang kualitatif pada posisi berlawanan
dibuat oleh peneliti; seperti yang digambarkan oleh
2) Fenomena sosial tidak bisa Gage (1989 dalam Tashakkori &
dipahami di luar konteks Teddlie, 1998 : 4) sebagai paradigm
terjadinya hal itu; wars. Debat paradigma yang terjadi
3) Teori yang dipakai sebagai pada tahun 1980-an hingga akhir
pegangan bisa merupakan 1990-an memang tak terelakkan dan
hasil yang diperoleh dari menjadikan sesuatu yang tidak
penelitian; produktif. Sampai akhirnya banyak
4) Kasus-kasus yang di luar ilmuwan yang membuat upaya
dugaan bisa memperluas perdamaian atas dua paradigma itu

864
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

sehingga memunculkan pernyataan DAFTAR PUSTAKA


bahwa metode kuantitatif dan
kualitatif, setidak-tidaknya saling Ahimsa-Putra. & Heddy Sri. 1997.
melengkapi (Tashakkori & Teddlie, Antropologi Koentjaraningrat:
1998 : 4-5). Obyektifitas yang Sebuah Tafsir Epistemologi”, dalam
kemudian diterjemahkan dalam Koentjaraningrat dan Antropologi di
pengertian validitas dan reliabilitas di Indonesia, Masinambow, E.K.M.,
mana menjadi jargon penelitian (ed), (hal 25-48) (Jakarta: Yayasan
kuantitatif, tidaklah bisa diterapkan Obor Indonesia bekerja sama
dalam penelitian kualitatif. Dalam hal dengan Asosiasi Antropologi
itu metode kualitatif mempunyai Indonesia).
pengertian sendiri berkenaan dengan
masalah tersebut (lihat Kirk & Miller, Bernard, H, Russell. 1994. Research
1986). Patton menandaskan bahwa: Methods in Anthropology Qualitative
the validity, meaningfulness, and and Quantitative Approaches, (2nd
insights generated from qualitative edition). Thousand Oaks, CA :
inquiry have more to do with the SAGE.
information-richness of the cases
selected and the observational/ Bullock, Roger., Michael Little. &
analytical capabilities of the Spencer Millham. 1999. “Hubungan
researcher than with sample size antara Pendekatan Kuantitatif dan
(1990: 185). Berkenaan dengan Kualitatif dalam Penelitian Kebijakan
metode kualitatif, salah seorang ahli Sosial”, dalam Memadu Metode
metode kualitatif mengatakan bahwa Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
no entry, no research (Nasution, (Terjemahan), Julia Brannen. (hal 111-
1988 : 43). Pendapat itu mengisya- 136). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
ratkan bahwa tanpa memasuki
kancah penelitian, seorang peneliti Bogdewic, Stephen, P. 1992.
tidak akan merasakan bagaimana “Participant Observation”, dalam
dinamika yang hidup dalam suatu Doing Qualitative Research.
kegiatan penelitian. Apa yang Benyamin F. Crabtree and William L.
dipaparkan di atas adalah hanya Miller, pp 45-69. Newbury Park, CA :
sebagian dari ‘pengetahuan’ tentang SAGE.
penelitian kualitatif yang dalam
kenyataannya masih banyak hal yang Crabtree, Benyamin F. & William L
perlu dipahami. Diharapkan dari Miller. 1992. Doing Qualitative
upaya seperti ini, kita bisa mendapat- Research. Newbury Park, CA :
kan inspirasi untuk mulai melakukan SAGE.
penelitian
Denzin, Norman K. & Yvonna S
Lincoln. 1994. “Introduction Entering

865
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 854-867

the Field of Qualitative Research” (ed), (hal 49-60). Jakarta: Yayasan


dalam Handbook of Qualitative Obor Indonesia bekerja sama
Research, pp 1-17. Thousand Oaks, dengan Asosiasi Antropologi
CA : SAGE. Indonesia.

Durkin, Tom. 1997. “Using Janesick, Valerie J. 1994. “The


Computers in Strategic Qualitative Dance of Qualitative Research
Research”, dalam Context and Design Metaphor, Methodolatry, and
Method in Qualitative Research. Meaning”, dalam Handbook of
Gale Miller and Robert Dingwall, pp Qualitative Research, Norman K.
92-105. London : SAGE. Denzin and Yvonna S. Lincoln, eds,
(pp 199-208). Thousand Oaks, CA :
Gilchrist, Valerie, J. 1992. “Key SAGE.
Informant Interviews”, dalam Doing
Qualitative Research. Benyamin F. Kirk, Jerome, Miller, Marc L. 1986.
Crabtree and William L. Miller, pp 70- Reliability and Validity in Qualitative
92 Newbury Park, CA, : SAGE. Research. Beverly Hills, CA: SAGE
Publication.
Glaser, B. 1978. Theoretical
sensitivity. Mill Valley. CA : Sociology Marshall, Catherine. & Gretchen B
Press. Rossman. 1989. Designing
Qualitative Research. Newbury
Gummesson, Evert. 1991. Park, CA: SAGE Publications.
Qualitative Methods in Manage-
ment Research. Newbury Park : Miller, Gale. 1997. “Introduction :
SAGE. Context and Method in Qualitative
Research”, dalam Context and
Huberman, A, Michael. & Miles, Method in Qualitative Research.
Mattew B. 1994. “Data Management Gale Miller and Robert Dingwall, pp
and Analysis Methods, dalam 1-11. London: SAGE.
Handbook of Qualitative Research.
Norman K. Denzin and Yvonna S. Morgan, David L. 1988. Focus
Lincoln, eds, pp 428-444. Thousand Groups as Qualitative Research.
Oaks, CA : SAGE. Newbury Park, CA : SAGE.

Irianto, Sulistyowati. 1997. “Konsep Morse, Janice M. 1994. “Designing


Kebudayaan Koentjaraningrat dan Funded Qualitative Research”, dalam
Keberadaannya dalam Paradigma Handbook of Qualitative Research.
Ilmu-ilmu Sosial” dalam Koentja- Norman K. Denzin and Yvonna S.
raningrat dan Antropologi di Lincoln, eds, pp 220-235. Thousand
Indonesia, Masinambow, E.K.M., Oaks, CA : SAGE.

866
Pendekatan Kualitatif (Budi Puspo)

Nasution. 1988. Metode Penelitian Spradley, J.P. The Ethnographic


Naturalistik Kualitatif. Bandung : Interview, (New York: Holt, Rinehart &
Tarsito. Winston, 1979).

Patton, M. Q. 1980. Qualitative Stewart, David W. & Shamdasani,


Evaluation Methods. Beverly Hills, Prem N. Focus Groups Theory and
CA : SAGE. Practice, (Newbury Park, CA, :
SAGE, 1990).
Patton, M. Q. 1987. How to Use
Qualitative Methods in Evaluation. Strauss, Anselm. & Corbin, Juliet.
Newbury Park, CA : SAGE. Basics of Qualitative Research
Grounded Theory Procedurs and
Patton, M. Q. 1990. “Designing Techniques, (Newbury Park, CA:
qualitative studies” dalam Qualitative SAGE Publication, 1990).
Evaluation and Research Methods
(2nd edition), pp 145-199. Newbury Ulin, Priscilla, R, et all. Qualitative
Park, CA : SAGE. Methods: a field guide for applied
research in sexual and reproductive
Richards, Thomas J. & Richards, health, (North Carolina: Family Health
Lyn. “Using Computers in Qualitative International, 2002).
Research”, dalam Handbook of
Qualitative Research, Norman K. Walker, Robert. Applied Qualitative
Denzin and Yvonna S. Lincoln, eds, Research, (Vermont : Gower
(pp 445-462) (Thousand Oaks, Publishing Company, 1985).
CA:SAGE, 1994).
Yin, RK. “Designing case study”,
Silverman, David. “Validity and dalam Case Study Research:
Credibility in Qualitative Research Design and Methods (Second
The Logics of Qualitative Research”, Edition) (pp 18-53) (Thousand Oaks,
dalam Context and Method in CA: SAGE, 1994).
Qualitative Research, Gale Miller
and Robert Dingwall, (pp 12-25) Zyzanski, Stephen J, et all.
(London: SAGE, 1997). “Qualitative Research: Perspectives
on the Future”, dalam Doing
Spradley, J. P. Participant Qualitative Research, Benyamin F.
Observation, (New York: Holt, Crabtree and William L. Miller,
Rinehart & Winston, 1980). (Newbury Park, CA, SAGE,
1992).

867

Anda mungkin juga menyukai