Anda di halaman 1dari 8

BAB l

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi bisa diartikan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. Berasal
dari bahasa yunani yaitu methodos. Methodos berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis,
uraian ilmiah. Menurut Anton Bakker (1984) metode adalah cara bertindak menurut
aturan tertentu.
Pengertian metode berbeda dengan metodologi dimana metode adalah suatu cara atau
jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang praktis.
Metodologi disebut juga sebagai science of method yaitu ilmu yang membicarakan
tentang cara atau petunjuk yang praktis di dalam penelitian, sehingga metodologi
penelitian membahas konsep teoretis sebagai metode. Metodologi dapat pula dikatakan
membahas tentang dasar filsafat dari ilmu metode penelitian, karena metodologi belum
memiliki langkah praktis. Bagi sebagian besar jenis ilmu Metodologi merupakan dasar
filsafat ilmu dari suatu metode, atau langkah praktis dari suatu penelitian.
Pengertian etika adalah suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam
pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku
yang benar. Dengan kata lain, etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap
orang dalam berperilaku di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Prinsip Metodologi Menurut August Comte ?


2. Bagaimana Prinsip Metodologi Menurut Karl Raimund Popper ?
3. Apa yang dimaksud dengan Induktivisme ?
4. Bagaimana Prinsip Metodologi Menurut Thomas S Kuhn ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Prinsip Metodologi menurut August Comte
2. Mengetahui Prinsip Metedologi menurut Karl Raimund Popper
3. Mengetahui Induktivisme
4. Mengetahui Prinsip Metodologi menurut Thomas S Kuhn

1
BAB l1
PEMBAHASAN

A. Prinsip Metodologi Menurut August Comte


Auguste Comte (1798-1857) adalah seorang filsuf asal Prancis. Menurut Comte
Metodologi merupakan isu utama yang di bawa positivisme yang memang dapat
dikatakan bahwa refleksi filsafatnya sangat menitiberatkan pada aspek ini. Metodologi
Positivisme berkaitan erat dengan pandangannya tentang objek positif. Jika metodologi
bisa di artikan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan yang sahih tentang kenyataan,
maka kenyataan yg dimaksud adalah objek positif.
Objek positif sebagaimana dimaksud Comte dapat di pahami dengan membuat
beberapa distingsi atau antinomi, yaitu : antara yang nyata dan yang khayal ; yang pasti
dan yang meragugan ; yang tepat dan yang kabur ; yang berguna dan yang sia-sia. Yang
kemudian antinomi-antinomi tersebut diterjemahkan ke dalam norma-norma metodologis
sebagai berikut :
1. Semua pengetahuan harus terbukti lewat rasa kepastian (sense of certainty)
pengamatan sistematis yang terjamin secara intersubjektif.
2. Kepastian metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian, kesahihan pengetahuan
ilmiah dijamin oleh kesatuan metode.
3. Ketepatan pengetahuan kita dijamin hanya oleh bangunan teori-teori yang secara
formal kokoh mengikuti deduksi hipotesis-hipotesis yang menyerupai hukum.
4. Pengetahuan ilmiah harus dapat dipergunakan secara teknis atas proses-proses alam
maupun sosial.
5. Pengetahuan kita peda prinsipnya tak pernah selesai dan relatif, sesuai dengan sifat
relatif dan semangat positif.
Atas dasar pandangan di atas, menurut Comte metode penelitian yang harus di
gunakan dalam proses keilmuan adalah : observasi, eksperimental, kemudian komparasi.
Yang terakhir ini digunakan, terutama untuk melihat hal-hal yang lebih komplek, seperti
biologis dan sosiologis.
Auguste Comte mengemukakan teori perkembangan manusia dalam tiga tahap
atau lebih dikenal dengan The law of the three stages (hukum tiga tahap). Teori ini tidak
hanya berlaku terhadap perkembangan masyarakat, tetapi berlaku juga terhadap
perkembangan seorang individu. Hukum tiga tahap menurut Comte antara lain, tahap
Teologis, tahap Metafisik, dan yang terakhir adalah tahap Positivisme. Yang dimana tahap
Positivisme akan kami bahas sebagai berikut.

a. Mengenal Positivisme

Aguste Comte terkenal sebagai bapak pendiri aliran positivisme. Postivisme


dijadikan sebagai basis filsafatnya kemudian ia terapkan dalam basis penelitian
sosialnya. Comte memperkenalkan sendiri istilah “positivisme”. Istilah tersebut
berasal dari kata “positif” pemakaian kata “filsafat positif” sering dikenakan oleh
Comte dalam bukunya Cours de Philosophie Positive. Comte mengartikan filsafat

2
sebagai “system umum tentang mansuia-manusia”. Sedangkan istilah positif
diartikan sebagai “teori yang bertujuan menyusun fakta-fakta yang teramati”
Dengan demikian istilah positif dapat dimaknai kenyataan faktual atau
berdasarkan fakta-fakta.
Bagi August Comte sendiri dalam karyanya, secara eksplisit menerangkan
bahwa yang dimaksud dengan penegrtian “positif” itu adalah sebagai lawan atau
kebalikan sestau yang bersifat khayal, maka pengertian positif pertama-tama
diartikan sebagai pensifatan sesuatu yang nyata. Hal ini sesuai dengan ajarannya
yang mneyatakan bahwa filsfata postivisme itu dalam menyelididiki
objeksasarannya didasarkan pada kemapuan akal.
Dalam ilmu pengetahuan, positivisme merupakan bentuk pemikiran yang
menekankan pada aspek faktual pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah.
Umumnya positivisme menjabarkan pernyataan faktual pada suatu landasan
pencerapan (sensasi).
Dengan kata lain, positivisme merupakan aliran pemikiran yang menyatakan
bahwa ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang
benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau metafisik.
Menurut Comte, konsep dan metode ilmu alam dapat dipakai untuk
menjelaskan kehidupan kolektif manusia. Selanjutnya dikatakan bahwa kehidupan
manusia juga terjadi di bawah imperative hukum sebab-akibat dengan segala
kondisi dan faktor probabilitasnya.
Sebagaimana kejadian di alam semesta yang tunduk pada hukum yang bersifat
universal, Comte menyatakan bahwa kehidupan manusia selalu dapat dijelaskan
sebagai proses aktualisasi hukum sebab-akibat. Setiap kejadian atau perbuatan
dalam kehidupan manusia yang kasuistik sekalipun selalu dapat dijelaskan dari
sisi sebab-akibat yang rasional dan alami dan karena itu bersifat ilmiah
(scientific).
Menurutnya, setiap perbuatan tidak dapat dimaknakan dari substansi yang
berupa niat dan tujuannya sendiri yang moral-altruistik dan yang metafisi kal.
Sebab, yang demikian itu merupakan sesuatu yang dapat dianggap tidak ilmiah
(unscientific).

b. Kelebihan dan Kekurangan Positivisme

Kelebihan

 Positivisme menghasilkan suatu pengetahuan yang mana manusia akan


mampu menjelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif, melainkan
konkrit, pasti, mutlak, teratur dan valid;
 Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme, orang akan didorong
untuk bertindak aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya terbatas
menghimpun fakta, tetapi juga meramalkan masa depannya;
 Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik dan
teknologi;

3
 Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada
epistemologi ataupun keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai
dasar pemikirannya

Kekurangan

 Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai


sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai
kemanusiaan. Hal ini dikarenakan manusia tereduksi ke dalam pengertian
fisik-biologik;
 Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia
tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada;
 Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak
dapat menemukan pengetahuan yang valid.

B. Prinsip Metodologi Menurut Karl Raimund Popper

Karl popper, nama lengkapnya Karl Raimund Popper, merupakan salah satu
kritikus abad ke-20 yang paling tajam terhadap gagasan lengkaran Wina. Ia dilahirkan
di Wina pada tanggal 21 Juli 1902 dari keluarga Yahudi Protestan.
Karl Raimund Popper merupakan salah satu filsuf modern kontemporer barat
ternama yang memiliki sumbangsih dalam mereformulasikan bagaimana seharusnya
logika berjalan. Popper ingin agar pengetahuan tidak cepat tutup usia, oleh karena itu
Popper menciptakan mekanisme konseptual yang memaksa pengetahuan terus
progres.
Asumsi pokok teorinya Karl Raimund Popper adalah satu teori harus diji
dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan
ketidakbenarannya, dan Popper menyajikan teori ilmu pengetahuan baru ini sebagai
penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan bahwa pengetahuan ilmiah
pada dasarnya tidak lain hanya berupa generalisasi pengalaman atau fakta nyata
dengan menggunakan ilmu pasti dan logika. Dan menurut positivisme logis tugas
filsafat ilmu pengetahuan adalah menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.
Sulhatul dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan pengetahuan
dekat dengan rasionalitas, namun dibalik itu semua sebuah rasionalitas tidak dapat
menjamin pengembangan ilmu pengetahuan tanpa adanya sebuah kritikan. Di sinilah
kritik rasionalisme Popper menemukan relevansinya. Kritik rasionalitas hadir untuk
menunjang kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah :
 Metode Induksi, ia berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan
belaka, dan mustahil dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah melalui
induksi.

 Untuk mencapai tujuan Pengembangan pengetahuan ilmiah yang benar,


maka diperlukan logika, namun jenis penalaran yang dipakai oleh
positivisme logis adalah induksi dirasakan tidak tepat sebab jenis
penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah yang benar,

4
karena kelemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan
kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan
tidak lengkap sehingga kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan tidak
mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya agar pengetahuan itu dapat
berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai adalah
penalaran deduktif.
 Penolakan lainnya adalah tentang Fakta Keras, Popper berpendapat bahwa
fakta keras yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori sebenarnya tidak
ada, karena fakta keras selalu terkait dengan teori, yakni berkaitan pula
dengan asumsi atau pendugaan tertentu. Dengan demikian pernyataan
pengamatan, yang dipakai sebagai landasan untuk membangun teori dalam
positivisme logis tidak pernah bisa dikatakab benar secara mutlak.

C. Induktivisme
Induktivisme bagian dari empirisme yang sangat menghargai pengamatan
empiris, ini sejalan dengan pendapat Socretes tentang ciri-ciri metode dialetika
Empirisme dan Induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara
penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal yang empiris.
Induktivisme naif berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah bertolak dari
observasi dan observasi memberikan dasar yang kokoh untuk membangun
pengetahuan ilmiah diatasnya, sedangkan pengetahuan ilmiah disimpulkan dari
keterangan-keterangan observasi yang diperoleh melalui induksi.
Francis Bacon pada awal abad ke-17, beranggapan bahwa untuk mendapatkan
kebenaran maka akal budi bertitik pangkal pada pengamatan inderawi yang khusus
lalu berkembang kepada kesimpulan umum. Pemikiran Bacon yang demikian ini,
kemudian melahirkan metode berpikir induksi (induktif).
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum.

D. Prinsip Metodologi Menurut Thomas Shamuel Kuhn


Thomas Samuel Kuhn(1922-1996) adalah seorang ahli fisika, sejarawan, dan
filsuf ilmu berkebangsaan Amerika yang kontroversial karena karyanya The Structure
of Scientific Revolutions (1962) telah berpengaruh secara mendalam baik dalam
lingkungan akademik maupun populer, yang memperkenalkan istilah “paradigmshif”
Kuhn membuat beberapa klaim terkenal berkaitan dengan kemajuan
pengetahuan ilmiah bahwa bidang ilmiah berlangsung periodic "paradigm shifts"
ketimbang bergerak maju dalam satu jalur linear dan berkelanjutan; bahwa paradigm
shifts tersebut membuka pendekatanpendekatan baru untuk memahami apa yang oleh
para ilmuwan tidak pernah dipandang valid sebelumnya, dan bahwa pengertian
tentang kebenaran ilmiah(scientific truth), pada momen tertentu, tidak dapat dibangun
sendiri dengan kriteria objektif melainkan didefinisikan dengan satu konsensus dari
masyarakat ilmiah (scientific community).

5
a. Paradigma Revolusi sains

Paradigma berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Para” yang berarti
isamping, disebelah, dan dikenal, sedangkan diegma berarti berarti suatu
model, teladan, arketif dan ideal. Jadi secara etimologi arti paradigma adalah
satu model dalam teori ilmu pengetahuan atau kerangka pikir. Sedangkan
secara terminologis arti paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan
pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu permasalahan
dengan menggunakan teori formal, eksperimentasi dan metode keilmuan yang
terpecaya.
Sedangkan, Revolusi adalah proses menjebol tatanan lama sampai ke
akar-akarnya, kemudian menggantinya dengan tatanan yang baru.
Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai
common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-
metode observasi yang teliti dan kritis.
Jadi Paradigma Revolusi Sains adalah Perubahan mendasar yang
merupakan episode perkembangan non-kumulatif, dimana paradigma lama
diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang ber-tentangan,
karena adanya fakta-fakta ilmiah yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Khun menjelaskan bahwa Paradigma merupakan suatu cara pandang,
nilai-nilai, metode-metode,prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah
yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu tertentu. Siklus revolusi
sains menurut Kuhn adalah Paradigma awal, Normal Sains, Anomali, Krisis,
Revolusi Sains, Paradigma Baru.
Kemudian revolusi sains muncul karena adanya anomali dalam riset
ilmiah yang makin parah dan munculnya krisis yang tidak dapat diselesaikan
oleh paradigma lama yang menjadi referensi riset.
Revolusi sains merupakan episode perkembangan non-kumulatif,
dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru
yang ber-tentangan.
kesimpulannya bahwa Kehidupan berasal dari benda hidup (makhluk
hidup) bersel satu yang berkembang menjadi makhluk hidup yang lebih
kompleks (evolusi biologi), dan mahluk bersel satu tersebut terbentuk oleh
evolusi kimia. Unsure-unsur yang terkandung dalam makhluk hidup (bahan
organic; asam amino, lipid, dll) persis sama dengan apa yang terdapat dialam
yang telah mengalami evolusi kimia. Pendapat evolusi kimia ini banyak
pendukungnya karena lebih logis dan dpat diuji secara eksperimental. Pada
masa ini terjadi revolusi, paham yang menyatakan bahwa kehidupan berasal
dari benda mati (kaldu, jerami, dll) kevalidan sudah berkurang dan banyak
ilmuan lebih menyetujui bahwa kehidupan berasal dari benda hidup.
b. Sejarah Munculnya Konstruktivisme dan Pengetahuan Sosiologi
 Sejarah Munculnya Kontruktivisme
Di dalam sejarah psikologi pendidikan, revolusi konstruktivisme
mempunyai akar sejarah yang panjang. Pendekatan yang dilandasi
teori konstruktivisme ini sumber utamanya adalah karya Jean Piaget

6
dan Lev Vigotsky. Baik Piaget maupun Vygotsky menekankan sifat
sosial pembelajaran, mereka juga menyarankan penggunaan
kelompok-kelompok dalam belajar dengan kemampuan campuran
(bervariasi) untuk meningkatkan terjadinya perubahan konsepsi pada
diri pebelajar atau siswa.Konstruktivis modern paling banyak dilandasi
oleh teori Vygotsky, yang telah digunakan untuk mendukung metode
pengajaran di ruang kelas yang menekankan pembelajaran kerja sama
(pembelajaran kooperatif) dan berbasis proyek, dan pembelajaran
penemuan (discovery - inquiry).
 Sejarah munculnya Pengetahuan Sosiologi
Istilah Sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada
keterangan sebuah paragraf dalam pelajaran ke-47 Cours de la
Philosophie (Kuliah Filsafat) karya Auguste Comte.
Tetapi sebelumnya Comte sempat menyebut ilmu
pengetahuan ini dengan sebutan fisika sosial tetapi karena istilah ini
sudah dipakai oleh Adolphe Quetelet dalam studi ilmu barunya yaitu
tentang statistik kependudukan
Maka dengan berat hati Comte harus melepaskan nama fisika sosial
dan merumuskan istilah baru yaitu sosiologi yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu socius (masyarakat) dan logos (ilmu).
Dengan harapan bahwa tujuan sosiologi adalah untuk
menemukan hukum-hukum masyarakat dan menerapkan pengetahuan
itu demi kepentingan pemerintahan kota yang baik.Sosiologi lahir di
tempat yang berbeda yaitu Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat yang
kemudian melahirkan mazhab-mazhab yang menunjukkan adanya
beberapa kemajuan intelektual yang secara radikal bertentangan.

Mazhab Prancis ditandai dengan personalitas Emile Durkheim melalui


pendekatan yang objektif dengan menggunakan model ilmu
pengetahuan alam. Mazhab Jerman,

Membedakan antara ilmu pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan


kejiwaan dalam penjelasan, serta cakupannya.

Sedangkan di Amerika terkenal dengan Mazhab Chicago bertujuan


untuk mengintervensi dan membahas permasalahan yang konkrit
secara empiris dengan membangun laboratorium,
melakukan penelitian sampai mempublikasikan buku-buku dan
majalah.

7
DAFTAR PUSTAKA

tirto.id/apa-itu-positivisme
lughotuna.id/falsifikasi-karl-r-popper
paradigmshif(https://www.academia.edu/7491614/KARL
media.neliti.com/media/publications/61909-ID-filsafat-ilmu
http://philosophy.ucsd.edu/faculty/wuthrich
pengertianartikel.blogspot.com/2016/10/definisi paradigma
https://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/02/sejarah-teori-konstruktisme.html
https://haloedukasi.com/sejarah-munculnya-sosiologi

Anda mungkin juga menyukai