Hikmatyar
tyarmazmun11@gmail.com
UIN ALAUDIN MAKASSAR
ABSTRAK
Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak
oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa
dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi,
ABSTRACT
Positivism is a philosophy which believes that the only true knowledge is that
1
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
sense and as an approach has been known since Ancient Greece. The term
sociology, Auguste Comte. Comte believed that the human mind went through
three historical stages, namely theological, metadisc, and scientific. This article
understanding, and figures who adhere to positivism and their strengths and
weaknesses.
PENDAHULUAN
temuan-temuan ilmiah yang sangat spektakuler sampai saat ini. Munculnya paham
ini bertepatan dengan masa Renaissance yang dikenal sebagai masa kebangkitan
filsafat.
Dalam Filsafat Ilmu kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan
diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu didapat. Dalam hal ini ada beberapa
pendapat tentang sumber pengetahuan. Ada yang disebut dengan empirisme, yaitu
2
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.2 Kedua sumber ilmu
tersebut terlahirlah metode ilmiah atau pengetahuan sains. Dalam hal ini panca
model ini bukan kebenaran mutlak, tapi kebenaran yang dekat dengan hakikat,
yaitu menurut kesanggupan tertinggi dari akal dalam mendekati hakikat itu.
Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Secara umum boleh
Empirisme). Sementara Kant adalah orang yang melaksanakan pendapat Hume ini
3
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
digunakan oleh Saint Simon (sekitar 1825). Prinsip filosofik tentang positivisme
komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan
logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum alam. Pada
paruh kedua abad XIX munculah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf
agama dan filsafat dalam karya utamanya yang berjudul Course de Philosophie
enam jilid.
peringatan kepada para ilmuwan akan perkembangan penting yang terjadi pada
perjalanan ilmu ketika pemikiran manusia beralih dari fase teologis, menuju fase
metafisis, dan terakhir fase positif. Pada fase teologis (tahapan agama dan
dan fungsi yang mengatur alam ini. Zaman ini dibagi menjadi tiga periode:
4
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
esensi dan eksistensi. Dan akhirnya pada masa positif (tahap positivisme) manusia
telah membatasi diri pada fakta yang tersaji dan menetapkan hubungan antar fakta
tersebut atas dasar observasi dan kemampuan rasio. Pada tahap ini manusia
menafikan semua bentuk tafsir agama dan tinjauan filsafat serta hanya
PENGERTIAN POSITIVISME
dan juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran
Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus
mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan
kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak
Moritz Schlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan A.J. Ayer Karl Popper, meski
5
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
awalnya tergabung dalam kelompok Lingkaran Wina, adalah salah satu kritikus
Positivisme diturunkan dari kata positif, dalam hal ini positivisme dapat
suatu kebenaran pengetahuan yang nyata, karena harus didasarkan kepada hal-hal
yang positivisme. Dimana positivisme itu sendiri hanya membatasi diri kepada
pengalaman-pengalaman yang hanya bersifat objektif saja. Hal ini berbeda dengan
empirisme yang bersifat lebih lunak karena empirisme juga mau menerima
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis
sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh
pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi yang
6
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal
haruslah berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga,
Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini
3
Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 129.
7
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
Comte Lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari
Montpellier.
Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekretaris dari Claude Henri de
8
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa
temannya.
Comte dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun 1862 dia
dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur sebelum sembuh kemudian
tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui. Saat-saat di antara pengerjaan
dalam hubungan yang tetap platonic. Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini
Père Lachaise.
Roh manusia dalam perkembangannya melalui tiga tahap, yaitu tahap teologis,
9
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
tahap metafisik, dan tahap positivistic. Tahap teologis adalah tahap kekuasaan
alami dari jiwa yang ada dalam benda-benda alami itu atau dari kekuatan-
monoteisme. Tahap kedua adalah metafisik, tahap para filosof. Tahap itu
dibuka oleh para filosof Yunani yang bertanya tentang archai, dasar-dasar
realitas yang ada. Para filosof itu menjelaskan realitas dengan sebab-sebab,
adalah tahap ilmu pengetahuan, tahap persatuan teori dan praktek, di mana
4
Franz Magnis-Suseno, Pijar-Pijar Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2005), h.
11.
10
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
adalah metode penelitian yang terbaik untuk hal-hal yang lebih kompleks
sama, hanya dengan tujuan berbeda, yang pertama menelaah fungsi jenjang-
tersebut.
terjadi bila masyarakatnya stabil berpegang pada prinsip dasar yang sama, dan
positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan. John Stuart Mill
5
Prof. Dr. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2015), h. 61.
11
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
dan kesastraan.
Yunani dan Romawi yang memungkin orang berpikir bebas. Zaman ini
berlangsung hingga abad ke-16. pikiran orang lebih tertuju kepada manusia
sendiri (antroposentris) tidak kepada kosmos atau Tuhan. Manusia menjadi animal
rationale, yang kesemuanya ini merintis pengetahuan modern. Pada masa ini juga
terjadi reformasi (31 Oktober 1517) yang dipelopori oleh Marthin Luther.
Jika sebelumnya hasil pemikiran oleh filsafat dan ilmu pengetahuan ditulis
Mesin cetak ini sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman
modern.
teori heliosentris, bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi, tetapi bumi dan
bulanlah yang mengelilingi matahari. Pendapat ini didukung oleh Tycho Brahe
12
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
fisika, sehingga dia dianggap sebagai pelopor dalam metode ekperimental. Gereja
memberi koreksi pada pendapat Galen yang telah dipakai sejak abad ke-1. Ahli
filsafat yang berpengaruh besar pada saat itu adalah Francis Bacon (1561-1626) di
pemikiran rasional dedukitif seperti yang ditulis Aristoteles dalam Organom orang
tidak akan menemukan hal yang baru. Oleh karena itu harus memakai cara-cara
berpikir kritis dan meragukan segala hal. Agar mudah memecahkannya masalah
6
Irham Nugroho, Positivisme Auguste Comte: Analisa Epistemologis dan Nilai Etisnya
terhadap Sains.Vol. XI, No. 2, (Magelang: Jurnal, Cakrawala, 2016), h.142.
13
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
yang komplek dipecah menjadi masalah kecil-kecil, dan diselelsaikan mulai dari
yang paling mudah. Dia terkenal dengan pernyataannya “Cogito ergo sum”, saya
seperti yang didirikan di Roma (1603), Florence (1657), London (1662), Paris
1. Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar dari
faham ini jauh lebih tinggi dari pada kedua faham tersebut.
2. Hasil dari rangkaian tahapan yang ada di dalamnya, maka akan menghasilkan
kehidupan tidak secara spekulatif, arbitrary, melainkan konkrit, pasti dan bisa
untuk bertindak aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya terbatas
teknologi.
7
Ibid. Hlm 154
14
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
pemikirannya.
KELEMAHAN POSITIVISME
fisik-biologik.
nantinya tidak percaya kepada tuhan, malaikat, setan, surga dan neraka.
Padahal yang demikian itu di dalam ajaran agama adalah benar kebenarannya
dan keberadaannya. Hal ini ditandai pada saat paham positivisme berkembang
pada abad ke 19, jumlah orang yang tidak percaya kepada agama semakin
meningkat.
3. Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak
dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivisme
4. Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat
yang dapat dijadikan obyek kajiaannya, dimana hal tersebut adalah bergantung
15
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
kepada panca indera. Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia
adalah terbatas dan tidak sempurna. Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal
yang nampak saja, padahal banyak hal yang tidak nampak dapat dijadikan
bahan kajian.
6. Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia sebagai teorisi
yang optimis, tetapi juga terkesan lincah, seakan setiap tahapan sejarah evolusi
Bias teoritik seperti itu tidak memberikan ruang bagi realitas yang
KESIMPULAN
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan
tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja
merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada
filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang
pada pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste
Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan
16
Jurnal Filsafat Kelimuan: Filsafat Positivisme
SARAN
Melalui tulisan ini tentunya penulis sangat berharap akan adanya pencerahan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap kiranya pembaca dapat memberikan
saran dan masukan guna dilakukan perbaikan sehingga tercapai apa yang kita
harapkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
17