Anda di halaman 1dari 17

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan


Dosen Pengampu:
Dr. Mami Hajaroh dan Dr. Setyo Raharjo

Oleh:
Evi Fitriana
NIM 19703261016

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
1. Paradigma merupakan terminologi kunci yang diperkenalkan Thomas Kuhn sebagai
model pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan
paradigma yang digunakan akan menentukan pendekatan dan metode yang digunakan.
Paradigma apa saja yang berkembang dan melahirkan pendekatan dan metode apa saja?
Jelaskan!

Jawaban:
Paradigma
Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dalam The
Structure of Sciencetific Revolution (Sudikan, 2001). Paradigma merupakan terminologi
kunci yang diperkenalkan Kuhn sebagai model pengembangan ilmu pengetahuan.
Paradigma didefnisikan sebagai pandangan dasar tentang apa yang menjadi pokok
bahasan yang seharusnya dikaji oleh disiplin ilmu pengetahuan, mencakup apa yang
seharusnya ditanyakan dan bagaimana rumusan jawabannya disertai dengan interpretasi
jawaban. Istilah paradigma kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs yang juga
merupakan orang pertama yang merumuskan pengertian paradigm secara jelas.
Menurutnya, paradigma sebagai suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang pokok persoalan (subject matter) yang seharusnya dipelajari (a fundamental
image a discipline has of its subjects matter).
Perbedaan jenis paradigma dalam dunia ilmiah dapat terjadi karena latar belakang
flosofs, teori dan instrumen serta metodologi ilmiah yang digunakan sebagai pisau
analisisnya (Upe, 2010). Menurut Kuhn objektivitas ilmu tidak bersifat otoritatif hanya
sebatas pada sebuah justifkasi kebenaran. Secara natural Ilmu pengetahuan memiliki
kesempatan dan otonomi dalam pencarian kebenaran. Hal yang benar menurut
paradigma lama belum tentu benar menurut paradigma baru, hal ini disebabkan oleh
adanya relativisme. Paradigma tidak selalu terikat panda nilai benar atau salah. Thomas
Kuhn mengeksplisitkan bahwa perubahan paradigma dapat menyebabkan perbedaan
dalam memandang realitas alam semesta.
Thomas Kuhn membagi paradigma dalam beberapa tipe paradigma (Lubis, 2015):
a. Paradigma metafisik, merupakan paradigma terluas dan membatasi bidang kajian
dari satu bidang keilmuan saja, sehingga ilmuan akan lebih fokus dalam
penelitian
b. Paradigma sosiologis, dalam hal ini berkaitan dengan kebiasaankebiasaan,
keputusan-keputusan dan aturan umum serta hasil penelitian yang dapat diterima
secara umum di masyarakat.
c. Paradigma konstruk, memahami khususnya realitas sosial budaya bersifat plural
(multiple realities) dan dikonstruksi. Sehingga, para ilmuwan emahami realitas
dari ontologi yang relative berdasarkan perspektif, kerangka teori dan paradigma
tertentu
Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai
seperangkat keyakinan-keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan dengan yang
pokok atau prinsip. Denzin dan Lincoln (1994:108) membagi paradigma kepada tiga
elemen yang meliputi: ontology, epistemology, dan methodology.
a. Ontology berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.
b. Epistemology mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu,
dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan.
c. Methodology memfokuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan
Guba and Lincoln (Denzim dan Lincoln, 1994:109) menempatkan empat
paradigma penelitian yakni: positivism, post-positivism, critical theory, dan
constructivism.
Item Positivism Post-positivism Critical Theory Constructivism
Ontology Realisme Realisme kritis Realisme historis, Relativisme
naivesme tetapi realitas realisme dibentuk realitas, terbentuk
dapat dipahami probabilitas oleh faktor secara lokalitas
sosekbud, etnik, khusus
dapat dipahami
gender dalam
secara tak ruang dan waktu
sempurna tertentu
Epistemology Dualistic Modifikasi Transaksional Transaksional
objektivisme dualistik subjektivistik ada subjektivistik
pemenuhan obyektivisme peranan nilai, ada menciptakan
kebenaran kritis komunitas temuan baru temuan-temuan
ada baru
kemungkinan
temuan
kebenaran
Methodology Eksperimen modifikasi Dialogi dan Hermeneutic dan
manipulasi eksperimen dialektika verifikasi kritis
hipotesis falsifikasi dialektika
mengutamakan hipotesis
kuantitatif memanfaatkan
narasi kualitatif
(sumber: Denzim dan Lincoln, 1994:109)
Perbedaan dalam asumsi paradigma tidak dapat diabaikan seperti dikatakan
semata-mata berbeda secara “philosophical”. Secara implisit maupun eksplisit posisi
paradigma memiliki konsekuensi penting dalam melaksanakan penelitian, interpretasi
temuan dan pemilihan kebijakan.
Pendekatan
Paradigma yang dianut seorang peneliti akan menentukan dalam menggunakan
pendekatan antara lain pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau metode gabungan (mixed
method).
a. Pendekatan Kuantitatif, merupakan pendekatan dalam penelitian yang berdasar
pada paradigma pos-positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Ciri khas
pendekatan kuantitatif adalah bersandar pada pengumpulan dan analisis data
kuantitatif (numerik), menggunakan strategi survei dan eksperimen, mengadakan
pengukuran dan observasi, melaksanakan pengujian teori dengan uji statistik.
b. Pendekatan Kualitatif, merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan
paradigma konstruktivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Moleong
(2004: 10-13) menjabarkan sebelas karakteristik pendekatan kualitatif yaitu: latar
alamiah, manusia sebagai instrumen utama, metode kualitatif (pengamatan,
wawancara, atau studi dokumen) untuk menjaring data, analisis data secara induktif,
menyusun teori dari bawah ke atas (grounded theory), analisis data secara deskriptif,
lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi masalah penelitian
berdasarkan fokus, menggunakan kriteria tersendiri untuk memvalidasi data (seperti
triangulasi, pengecekan sejawat, uraian rinci), menggunakan desain sementara (yang
dapat disesuaikan dengan kenyataan di lapangan), dan hasil penelitian dirundingkan
dan disepakati bersama oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data.
c. Pendekatan Metode Gabungan (Mixed Methods Research), merupakan
pendekatan penelitian yang memadukan penjaringan dan analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan ini didasarkan pada paradigma pragmatik (seperti orientasi
konsekuensi, orientasi masalah, dan pluralistik). Pendekatan metode gabungan
dibedakan ke dalam dua bentuk: penelitian metode gabungan (mixed method
research) dan penelitian model gabungan (mixed model research). Dalam penelitian
metode gabungan peneliti menggunakan strategi kualitatif pada satu tahapan dan
strategi kuantatif pada tahapan lain, atau sebaliknya.

Pemetaan Tiga Pendekatan dalam Penelitian


KUANTITATIF KUALITATIF MIXED METHODS
- Ditentukan sebelumnya - Emerging methods - Perpaduan prosedur
- Instrument berdasarkan - Pertanyaan terbuka kualitatif dan kuantitatif)
pertanyaan - Data interview, data - Ditentukan sebelumnya
- Data performansi, data observasi, data dokumen dan emerging methods
sikap, data observasi dan dan audiovisual - Pertanyaan terbuka dan
data sensus - Analisis teks dan gambar tertutup
- Analisis statistik - Analisis statistik, teks
dan gambar

Metode
Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain
penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian
yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok
pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Terdapat sejumlah metode yang biasa
digunakan untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata
(1983) mengemukakan sejumlah metode penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan obyektif.
b. Penelitian Deskriptif yang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
c. Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan
pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
d. Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu obyek
e. Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara
variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi
f. Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali
g. Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan
hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada
kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan
pengendalian
h. Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan
pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai
pembanding.
i. Penelitian Tindakan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau
pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.
McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang metode
penelitian dengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu kuantitatif dan
kualitatif.
Kuantitatif Kualitatif
Eksperimen Non Eksperimen Interaktif Non Interaktif
True eksperimen Deskriptif Etnografi Analisis konsep
Quasi eksperimen Komparatif Fenomenologi Analisis sejarah
Subjek tunggal Korelasi Studi kasus
Survey Teori dasar
Ex post facto Studi kritis

Metodologi penelitian merupakan sebuah strategi penelitian yang menggerakkan


asumsi filosofis dasar pada desain riset dan pengumpulan data. Pilihan metode penelitian
berpengaruh pada cara yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data. Spesifikasi
metode penelitian juga berimplikasi pada keterampilan, asumsi dan praktik penelitian
yang berbeda.
2. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan salah satu paradigma penelitian
berdampak terhadap penentuan pendekatan dan metode penelitian. Peneliti yang berbeda,
akan berbeda pula dalam menggunakan paradigma, mereka juga akan keluar dengan
kesimpulan yang berbeda meski mengkaji suatu fenomena yang sama. Jelaskan
pernyataan tersebut dengan memberikan contoh penelitian terhadap suatu fenomena
sosial yang sama tetapi melahirkan paradigma, pendekatan, metode dan kesimpulan yang
berbeda! Sesuaikan fenomena sosial tersebut dengan bidang ilmu anda!

Jawaban:
Pada bidang ilmu geografi, misalnya pada saat ada fenomena bencana erupsi
Gunung Agung di Bali. Peneliti dengan paradigma positivistik akan meneliti tentang
tingkat kerentanan bencana vulkanologi gunung Agung melalui analisis spasial.
Pendekatan yang digunakan yaitu kuantitatif, karena tingkat kerentanan bencana dapat
diukur dengan melakukan metode pengolahan data SIG (Sistem Informasi Geografis).
Aspek kerentanan yang diukur berupa aspek fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan
dengan melakukan pembobotan pada masing-masing aspek. Setelah dilakukan
pembobotan nilai pada setiap parameter, dilanjutkan dengan proses skoring sesuai kelas
kawasan rawan bencana yang diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi. Berdasarkan hasil skoring tersebut, kemudian data-data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan software SIG. Hasil pengolahan data akan menghasilkan peta
indeks kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan letusan gunung Agung per
kelurahan. Berdasarkan analisis spasial tentang tingkat kerentanan letusan Gunung
Agung, maka dapat diambil langkah-langkah atau arahan penanggulangan sebagai upaya
mitigasi bencana khususnya pada kelurahan dengan tingkat kerentanan tinggi.
Peneliti dengan paradigma konstruktivistik akan berbeda dalam menanggapi
fenomena erupsi di Gunung Agung tersebut misalnya dengan meneliti pengalaman
keluarga dalam mempersiapkan diri menghadapi bahaya erupsi gunung Agung di
Karangasem. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif karena peneliti akan
mengungkap tentang gambaran dan makna pengalaman keluarga dalam mempersiapkan
diri menghadapi bahaya erupsi gunung Agung di Karangasem. Metode yang digunakan
adalah fenomenologi karena peneliti akan mengkaji tentang makna tindakan keluarga
dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan teknik wawancara mendalam, observasi dan catatan lapangan. Informan dari
penelitian ini dipilih secara purposive sampling dengan kriteria-kriteria tertentu seperti:
memiliki pengalaman bencana, tinggal selama 20 tahun, usia 45-55 tahun dan
berkomunikasi dengan baik dalam menceritakan pengalaman menghadapi erupsi gunung
Agung. Pengetahuan dan sikap yang diteliti berupa: bencana yang dapat terjadi di lereng
gunung Agung, tanda-tanda bencana erupsi, bahaya erupsi, perlatan dan perlengkapan,
tempat evakuasi, rencana evakuasi, sistem peringatan dini tradisional, sistem peringatan
dini dengan teknologi modern, pemberdayaan keluarga, persiapan psikologis dan
bantuan evakuasi. Berdasarkan pengetahuan dan sikap keluarga dalam menghadapi
bencana erupsi gunung Agung ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa perlu adanya
komunitas yang mensosialisasikan tentang kesiapsiagaan keluarga ketika terjadi bencana
dan meningkatkan pertolongan awal yang tepat dan cepat pada saat terjadi bencana
erupsi di gunung Agung agar tidak banyak memakan korban jiwa.

Fenomena: Bencana Erupsi Gunung Api


Permasalahan Pengalaman Keluarga Dalam Tingkat Kerentanan Bencana
Mempersiapkan Diri Menghadapi Vulkanologi Gunung Agung Melalui
Bahaya Erupsi Gunung Agung di Analisis Spasial
Karangasem, Bali
Paradigma Konstruktivistik Positivistik
Pendekatan Kualitatif Kuantitatif
Metode Fenomenologi Survey
Kesimpulan Pengetahuan dan sikap yang diteliti Hasil pengolahan data menghasilkan
berupa: bencana yang dapat terjadi di peta indeks kerentanan fisik, sosial,
lereng gunung Agung, tanda-tanda ekonomi dan lingkungan letusan
bencana erupsi, bahaya erupsi, gunung Agung per kelurahan.
perlatan dan perlengkapan, tempat Berdasarkan analisis spasial tentang
evakuasi, rencana evakuasi, sistem tingkat kerentanan letusan Gunung
peringatan dini tradisional, sistem Agung, maka dapat diambil langkah-
peringatan dini dengan teknologi langkah atau arahan penanggulangan
modern, pemberdayaan keluarga, sebagai upaya mitigasi bencana
persiapan psikologis dan bantuan khususnya pada kelurahan dengan
evakuasi. Berdasarkan pengetahuan tingkat kerentanan tinggi.
dan sikap keluarga dalam menghadapi
bencana erupsi gunung Agung ini
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
perlu adanya komunitas yang
mensosialisasikan tentang
kesiapsiagaan keluarga ketika terjadi
bencana dan meningkatkan
pertolongan awal yang tepat dan cepat
pada saat terjadi bencana erupsi di
gunung Agung agar tidak banyak
memakan korban jiwa.
3. Angkatlah tiga problem penelitian dengan karakteristik yang berbeda. Pertama, problem penelitian yang paling cocok dikenai pendekatan
kualitatif (kemukakan lebih spesifik jenis kualitatif yang mana). Kedua, problem penelitian yang cocok dikenai paradigma positivistic
(kemukakan lebih spesifik, desain mana yang tepat). Ketiga, problem penelitian yang tidak akan tuntas hanya dengan pendekatan kualitatif
atau kuantitatif saja (kemukakan lebih spesifik sehingga jelas mixing method yang diperlukan). Pemaparan skematis, dengan tabel misalnya
akan menonjolkan sifat komparatif dari analisis yang saudara lakukan.

Kualitatif Kuantitatif Mixed methods


Permasalahan Filosofi Perkembangan kurikulum Pengaruh model pembelajaran treffinger Tinjauan kemampuan berpikir kritis
IPS di Indonesia (kurikulum 1947 – terhadap hasil belajar dan kemampuan mahasiswa baru berdasarkan keterampilan
2013) berpikir kreatif mahasiswa IAIN saintifik dan motivasi belajar melalui
Ponorogo pada mata kuliah Pengantar model Problem Based Learning
IPS
Paradigma Konstruktivistik Positivistik Pragmatis
Rumusan 1. Bagaimana perkembangan 1. Apakah terdapat perbedaan 1. Bagaimana peningkatan kemampuan
masalah kurikulum IPS di Indonesia dari kemampuan berpikir kreatif siswa berpikir kritis mahasiswa baru?
tahun 1947-2013 dengan model pembelajaran 2. Bagaimana peningkatan kemampuan
Treffinger dan siswa dengan model berpikir kritis mahasiswa baru ditinjau
2. Bagaimana organisasi kurikulum
pembelajaran Problem Solving? berdasarkan keterampilan saintifik?
IPS di Indonesia? 2. Bagaimana respon yang diberikan 3. Bagaimana peningkatan kemampuan
3. Apa yang melandasi terjadinya siswa terhadap model pembelajaran berpikir kritis mahasiswa baru ditinjau
perubahan kurikulum IPS tahun Treffinger dan siswa terhadap model berdasarkan motivasi belajar?
1947-2013? pembelajaran Problem Solving?
Pendekatan Kualitatif kuantitatif Mixed methods
Metode Historis Eksperimen kuasi (Quasi Experiment) eksplanatoris sekuensial

Variable terikat: Kuantitatif:


berpikir kritis dan kreatif mengukur peningkatan kemampuan
berpikir kritis sebelum dan sesudah
variable bebas: perlakuan PBL di kelas eksperimen,
model pembelajaran Treffinger mengukur keterampilan saintifik dan
motivasi belajar, menganalisis hubungan
kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan saintifik, serta menganalisis
hubungan korelasi kemampuan berpikir
kritis dan motivasi belajar

Kualitatif:
mendeskripsikan
keterampilan saintifik dan motivasi
belajar, serta mendeskripsikan
kemampuan berpikir kritis ditinjau dari
keterampilan proses sains dan motivasi
belajar mahasiswa baru
Populasi/sampel/ Subjek penelitian: Populasi: Populasi:
subjek penelitian Kurikulum IPS tahun 1947 - 2013 mahasiswa IAIN Ponorogo yang Mahasiswa baru prodi Tadris IPS IAIN
mengambil mata kuliah Pengantar IPS Ponorogo

Sampel: Sampel: purposive sampling


Kelas eksperimen : PGMI.A 1 kelas eksperimen, 1 kelas kontrol
Kelas kontrol: PGMI.H
(Purposive sampling)
Teknik a. Teknik kepustakaan tes, observasi dan kuesioner tes, lembar observasi, angket, dan
pengumpulan b. Teknik dokumentasi wawancara
data
Teknik analisis a. Penyusunan data analisis deskriptif dan analisis Analisis kuantitatif terdiri atas uji
data b. Klasifikasi data inferensial uji-t normalitas, uji homogenitas, dan uji t dua
c. Pengolahan data sampel berpasangan, uji gain, analisis
korelasi product moment antara
d. Penafsiran
e. Penyimpulan keterampilan saintifik atau motivasi
belajar dengan kemampuan berpikir kritis

Analisis data kualitatif menggunakan


analisis data model interaktif dengan 3
aktivitas utama, yaitu proses reduksi,
penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi, Uji keabsahan data
kualitatif menggunakan triangulasi
data/sumber dan teori.
4. R, D & D sudah popular sejak empat-lima dekade yang lampau, sehingga berkembanglah
berbagai model di berbagai bidang, ada yang partial, ada yang komperehensif. Sementara
itu berkembang pula action research dalam pendidikan yang pada awalnya diragukan
oleh pengguna pendekatan klasik eksperimental. Bagaimana pandangan saudara
mengamati dan membandingkan perkembangan tersebut.

Jawaban:
R, D & D (Research, Design and Development) merupakan salah satu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang perkembangan sebuah produk atau program yang
bertujuan untuk meningkat salah satu produk yang dikembangkan. Research, Design and
Development merupakan salah satu jenis penelitian pragmatik yang menawarkan suatu
cara untuk menguji teori dan memvalidasi praktik yang terus-menerus dilakukan secara
esensial. R, D & D merupakan penelitian pengembangan dan proses evaluasi dalam
bidang sains dengan tujuan empirik yang berdasar pada penciptaan instruksional produk
dan alat atau model baru yang dikembangkan. R,D&D dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan maupun dalam pendidikan. Pengembangan desain
produk untuk pendidikan dapat berupa produk dan program pembelajaran.
R, D & D dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
mengembangkan model pembelajaran, media, bahan ajar, metode pembelajaran serta
kurikulum pendidikan. Pengembangan tersebut guna meningkatkan kualitas
pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik. Para pelaku maupun pemerhati
pendidikan dapat melakukan penelitian pengembangan yang sesuai dengan permasalahan
yang terjadi di lokasi penelitian. Penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan
tidak terpaku pada kondisi yang ada di dalam kelas saja, tetapi juga dapat
mengembangkan model pendidikan yang ada di masyarakat.

Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan
penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan
menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan
perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Menurut Gunawan
(2007), action research adalah kegiatan atau tindakan perbaikan sesuatu berupa
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan secara sistematik sehingga
validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Action research juga merupakan
proses yang mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan balik
(feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang.
Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan andil pada pemecahan masalah praktis
dalam situasi problematik yang mendesak melalui kolaborasi untuk mencapai tujuan
tertentu (Rapoport, 1970).
Mc Taggart pada kuliahnya tanggal 27 Agustus 1997 yang menyatakan bahwa
penelitian tindakan (Action Research/AR) adalah penelitian collective self-reflective
yang dilakukan oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk memperbaiki
pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga membawa dampak pada
lingkungan di sekitarnya. Mc Taggart dalam artikelnya yang berjudul “Revitalizing
Management as a Scientific Activity” (The Journal for managerial and organizational
learning, Vol. 28, No. 2, June 1997) men-jelaskan bahwa: AR dapat dilakukan oleh
manager, direktur, dosen, guru, atau pekerja sosial lainnya, dan dapat mengandung
unsur-unsur; (a) memperbaiki pekerjaannya sendiri, (b) kolaboratif dengan orang atau
ke-lompok lainnya untuk memperbaiki pekerjaan mereka, (c) kolaboratif dengan instansi
lain secara terpisah untuk memunculkan proyek atau mengembangkan sistem baru.
Untuk bidang pendidikan, Sukamto (1996) menjelaskan bahwa penelitian tindakan
adalah sekelompok kegiatan dalam pengembangan kurikulum, staf, sekolah, sistem
dan kebijakan. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kesamaan dalam aspek
identifikasi strategi dari suatu tindakan terencana yang kemudian dilaksanakan, dan
secara sistematis diamati, direfleksikan dan dimodifikasi.
Action reseach (penelitian tindakan) dalam pendidikan dalam perkembangannya
menjadi Classroom Action Research atau biasa disebut dengan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). PTK sebagai penelitian terapan sangat bermanfaat bagi pendidik
(guru/dosen) untuk meningkatkan kualitas, proses dan hasil belajar di kelas. Guru/dosen
sebagai peneliti dalam PTK dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di
dalam kelas dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK. Penelitian tindakan
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan atau proses maupun
hasil belajar siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung, asal tepat cara
menggunakannya. Penyelesaian masalah di kelas dilakukan dengan menerapkan
berbacam-macam teori, model, metode dan teknik pembelajaran yang relevan dengan
permasalahan pembelajaran di kelas.
Tujuan utama dari penelitian tindakan yaitu meningkatkan dan melibatkan.
Meningkatkan, berarti dalam penelitian tindakan tujuan peneliti adalah meningkatkan
praktek dan pemahaman oleh guru/dosesn/praktisi dan meningkatkan situasi tempat
pelaksanaan praktek penelitian. Melibatkan, berarti bertujuan untuk melibatkan dan
saling membantu agar hubungan sosial yang ada di dalam penelitian terjadi peningkatan.
Mereka yang terlibat dalam praktek, harus dilibatkan dalam proses penelitian tindakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Penelitian tindakan (Action
Research) khususnya dalam pendidikan, dalam implementasinya banyak hal yang dapat
dilakukan, tetapi tidak semua semua masalah yang ada di dalam kelas dapat diselesaikan
dengan melakukan Action Research. Action reseach dapat berhasil untuk
memecahkan/menyelesaikan masalah dengan baik jika tepat dalam penerapannya.
Penelitian tindakan kelas perlu dilakukan oleh para praktisi pendidikan. Guru
yang bertindak sebagai pengajar di sekolah dapat meneliti dan mengevaluasi kegiatan
pengajarannya melalui penelitian jenis ini. Penelitian ini memliki banyak manfaat bagi
siswa, guru, dan sekolah. Bagi siswa, peneliti dapat membantu meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pelajaran. Bagi guru, meningkatkan kemampuan,
pengetahuan, mengetahui kelemahan, dan mengembangkan budaya meneliti. Bagi
sekolah, meningkatkan kualitas sekolah.
Metode penelitian R,D&D maupun Action Research dalam bidang pendidikan
saat ini berkembang cukup signifikan. Kedua metode tersebut sama-sama bertujuan
untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Akan tetapi hasil penelitian yang
langsung dapat diamati perkembangannya adalah dari metode Action Reseach karena
dalam metode ini tindakan yang dilakukan berkesinambungan hingga mencapai hasil
yang diharapkan. Sedangkan untuk hasil penelitian R,D&D hanya dapat diamati pada
saat uji coba/diseminasi produk. Jika produk hasil pengembangannya baik untuk
peningkatan pendidikan, maka akan terus digunakan. Penelitian R,D&D maupun Action
Research pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena peningkatan dan
pengembangan khususnya dalam bidang pendidikan dan pembelajaran akan terus
berkembang sepanjang waktu.
5. Pendidikan Moderasi untuk menghadapi ekstrimisme dan radikalisme merupakan topik
penelitian yang akan dilakukan. Mengawali penelitian tersebut dilakukan survey
bagaimana sikap moderasi mahasiswa di DIY terhadap ekstrimisme dan radikalisme.
Anda sebagai peneliti susunlah:
a. Rumusan Masalah Penelitian
b. Kajian teori yang akan dilakukan (tentang apa saja)
c. Jenis penelitian dan metode yang digunakan
d. Populasi dan sample: cara menentukan sample size dan teknik pengambilan sample
e. Metode pengumpulan data dan teknik analisis data

Jawaban:

Topik : Pendidikan Moderasi untuk menghadapi ekstrimisme dan radikalisme


a. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengetahuan mahasiswa di DIY tentang ekstrimisme dan
radikalisme?
2) Bagaimana sikap moderasi mahasiswa di DIY terhadap ekstrimisme dan
radikalisme?
3) Bagaimana dampak pendidikan moderasi dalam keluarga, lingkungan kampus
dan organisasi terhadap sikap mahasiswa?

b. Kajian Teori
1) Ekstrimisme
2) Radikalisme
3) Moderasi
4) Sikap moderasi

c. Jenis dan Metode Penelitian


Jenis penelitian : Kuantitatif
Metode penelitian : survey

d. Populasi dan sample


- Populasi : mahasiswa di DIY
- Sample :
Teknik pengambilan sample: Purposive sampling
Kriteria sample: Mahasiswa S1 di DIY yang mengambil jurusan pendidikan
dan aktif mengikuti organisasi keagamaan diambil 300 yang
dapat mewakili.

e. Metode pengumpulan data dan teknik analisis data


- Metode pengumpulan data: kuesioner
- Teknik analisis data : uji validitas, uji reliabilitas instrument, uji normalitas data,
linearitas, multi kolinearitas, uji homogenitas.
- Analisis data menggunakan teknik statistic deskriptif, analisis regresi dan
analisis jalur

Anda mungkin juga menyukai