2019
Abstrak
Abstract
A. PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah (PP) No.34 Tahun 2006 tentang Jalan mengamanatkan bahwa
Kewenangan Pembinaan Jalan Provinsi diserahkan kepada Pemerintah
Provinsi, sedangkan Kewenangan Pembinaan Jalan Nasional diserahkan
kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia, sedangkan Direktorat Jenderal Bina Marga untuk Provinsi
Sumatera Utara, yang ditangani secara langsung oleh Balai Besar Jalan
Nasional di Medan.
Indonesia masih mencatatkan jalan nasional dengan kondisi rusak
berat sepanjang 1.130 kilometer. Mayoritas jalan nasional ini terdapat di
Sumatera Utara, Papua Barat dan Papua. Penilaian ini didasarkan pada
(International Roughness Index/IRI) atau penilaian terhadap kondisi kerataan
permukaan jalan. IRI diukur berdasarkan survei menggunakan alat dan
kendaraan khusus. Keadaan dan kondisi jalan di Sumatera utara dapat ditinjau
dari data terbaru melalui Statistik Pekerjaan Umum 2015, menempatkan
Sumatera Utara sebagai provinsi dengan jalan nasional terpanjang di
Indonesia mencapai 2.249 kilometer (km)1.
1
Kata Data. Statistik. 2016. 1.000 Km Permukaan Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak Berat
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/10/12/statistik-pu-mencatat-1000-km-jalan-nasional-
rusak-berat (Diakses tanggal 16 September 2019)
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang penetapan ruas-
ruas jalan dalam jaringan sekunder menurut fungsinya sebagai jalan kolektor
2 dan kolektor 3 dan tentang penetapan ruas-ruas jalan menurut statusnya
sebagai Jalan Provinsi ditetapkan bahwa panjang ruas jalan Provinsi yang
berada di Sumatera Utara adalah sepanjang 3.048,50 Km, dengan rincian
sebanyak 144 ruas jalan, dan jembatan sepanjang 13.505,5 M yang terdiri dari
938 buah jembatan2.
Menurut Youdhi (2014), pembangunan infrastruktur berupa jalan
tersebut bermanfaat bagi kemakmuran masyarakat Provinsi Sumatera Utara,
terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional3, mendorong ke
arah terwujudnya keseimbangan antar daerah dalam tingkat pertumbuhannya
dengan mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan orientasi
geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah tingkat
nasional yang dituju.
Salah satu aspek dalam pengembangan wilayah yakni pembangunan,
perbaikan, maupun perluasan dari akses jalan.4 Jalan merupakan hal yang
sangat penting dalam pembangunan infrastruktur, dikarenakan jalan dapat
menghubungkan antar wilayah yang berkaitan dengan pola distribusi,
sehingga dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah tersebut.
2
BPS. Provinsi Sumatera Utara. https://sumut.bps.go.id/statictable/2018/02/06/803/panjang-jalan-
provinsi-menurut-kondisi-jalan-km-2016.html (Diakses tanggal 16 September 2019)
3
Youdhi Permadi Ma’ruf, Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. 2014. Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
4
Carter, E. J. (1993). Toward a Body of Core Knowledge: A New Curriculum for City and Regional
Planners. Journal Of Planning Education and Research, 12 (2), 160-163. doi:
10.1177/0739456X9301200211
Namun, menurut data yang diperoleh Medan Daily (2019), pelebaran
dan perluasan jalan tersebut menuai konflik dengan adanya penggusuran dan
pembebasan lahan, dimana para masyarakat lokal yang menjadi korban, tidak
mendapatkan kompensasi yang layak.5 Sehingga masyarakat mengadakan
aduan dari kepada Kementerian PUPR (Balai Jalan Nasional) setempat.
Adanya ketidaksepakatan di awal dalam program pelebaran jalan-jalan
di Sumatera Utara tersebut dianggap menyalahi Hak Asasi Manusia (HAM)
masyarakat setempat. Isu-Isu Aktual Hak Asasi Manusia (HAM) Dan
Penegakan HAM di Indonesia memiliki dua segmentasi yang saling
berhubungan, yaitu Nasional dan Internasional. Namun permasalahan akan
fenomena ini merupakan contoh isu aktual dalam penerapan HAM dalam
negeri.
Hak Asasi Manusia merupakan salah satu asas dalam mewujudkan
Perdamaian Dunia. HAM dan martabat suatu negara memiliki hubungan yang
sangat erat akan pengaturan stabilitas persoalan kemanusiaan. Di Indonesia,
HAM ditegakkan seiring dengan konstitusi negara yakni sistem demokrasi,
perlindungan HAM dan Good Governance merupakan suatu kesatuan yang
sangat erat.
5
Medan Daily. 2019. Pelebaran Jalan Nasional Tarutung-Sibolga, Warga Ngadu ke Sutrisno
Kapan Tanahnya Dibayar. Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/read/2019/06/19/78353/pelebaran_ja
lan_nasional_tarutung_sibolga_warga_ngadu_ke_sutrisno_kapan_tanahnya_dibayar/
(Diakses tanggal 16 September 2019).
B. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penatalaksanaan pembangunan dan pelebaran infrastruktur berupa jalan yang
digunakan secara publik, terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) akan
penggusuran dan pembebasan lahan di Provinsi Sumatera Utara.
Lokasi dari pembangunan dan pelebaran ruas jalan yang berada di
Provinsi Sumatera Utara yaitu merujuk pada jalan nasional dari Tarutung
(Tapanuli Utara) hingga Sibolga (Lampiran Gambar 1 & 2), gagasan akan
pembangunan dan pelebaran jalan tersebut disinyalir untuk memberikan akses
terhadap kawasan pariwisata rohani dan Bahari, dengan destinasi Danau Toba
serta ikon Muara.
C. PEMBAHASAN
1. Teori Pembangunan
6
Iris Borowy. (2013), Road Traffic Injuries: Social Change and Development. Med. Hist.
vol. 57(1), pp. 108–138. Published by Cambridge University Press 2013.
doi:10.1017/mdh.2012.83
dapat memenuhi kewajiban dalam pemenuhan HAM yang beriringan dengan
pembangunan.
7
Mangunsong, Nurainun. 2011. HAM Beragama Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum. Jurnal Ilmu
Syari’ah dan Hukum, Vol. 45 No. II
Pematangsiantar, Tanjungbalai, dan Tebingtinggi, semuanya di wilayah pantai
8
utara. Luas 28.178 mil persegi (72.981 km persegi). Populasi pada tahun
2010 adalah 12.982.204. Banyak dari sebagian masyarakat yang menjual hasil
bumi ke luar daerah menggunakan truk-truk besar yang melewati jalan utama.
Beban kendaraan yang cukup besar dapat mempengaruhi tingkat efisiensi dari
pembangunan sebuah jalan di wilayah Sumatera Utara
8
Hidayat, Arif & FX. Adjie Samekto, 2002, Kajian Kritis Penegakan Hukum Lingkungan dan
Otonomi Daerah, Genta Press, Yogyakarta.
9
Philipus M Hadjon, 2010. Hukum Administrasi dan Good Governance. Jakarta : Universitas Trisakti.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan Ayat (1) dan (2) yang
berbunyi: 1) Wewenang pemerintah dalam manajemen jalan meliputi
manajemen jalan umum dan administrasi jalan nasional, 2) otoritas
manajemen jalan publik dan manajemen jalan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) termasuk peraturan, pedoman, pengembangan dan
pengawasan jalan nasional. Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan adalah jalan
yang melayani kepentingan nasional berdasarkan kriteria strategis, yaitu
memiliki peran untuk menumbuhkan persatuan dan kesatuan nasional,
melayani daerah rawan bagian regional atau internasional persimpangan jalan
yang melayani kepentingan perbatasan antar negara dan dalam konteks
pertahanan dan keamanan tanpa melanggar ketentuan HAM.
Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan pembangunan
jalan dijelaskan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan Ayat (1), (2), dan (3), yang berbunyi sebagai berikut: 1)
Implementasi jalan provinsi 2) Kewenangan administrasi jalan. Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengaturan, pengembangan,
pengembangan dan pengawasan jalan provinsi, diikuti oleh Pasal (3) Dalam
hal pemerintah provinsi belum dapat melaksanakan sebagian kewenangannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (1) pemerintah provinsi dapat
menyerahkan kewenangan tersebut kepada pemerintah. Jalan strategis
provinsi adalah jalan prioritas untuk melayani kepentingan provinsi
berdasarkan pertimbangan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan dan keamanan provinsi, untuk jalan di daerah khusus ibukota
Jakarta yang terdiri dari jalan provinsi dan jalan nasional.
Mekanisme untuk pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi
Sumatera Utara adalah sebagai berikut yaitu Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Jalan. Tahap awal adalah perencanaan, sedangkan tahap
pembuatan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dimulai dari
memasukkan proposal dari masyarakat di tingkat RT, Kelurahan, Kecamatan,
dan Kabupaten ke dalam MUSREMBANG (Musyawarah Rencana
Pembangunan) kemudian hasil MUSREMBANG dibawa ke publik.
Dinas Pekerjaan, setelah disetujui Departemen Pekerjaan Umum
kemudian menyerahkan hasil dari Dinas Pekerjaan Umum kepada BAPPEDA
dan kemudian dari BAPPEDA ke DPRD. Setelah disetujui oleh berbagai
pihak terkait seperti BAPPEDA, DPRD, proposal tersebut dituangkan ke
dalam RKA (Rencana Kegiatan Anggaran) setelah semua setuju untuk
memulai pengadaan atau penunjukan perencana konsultan secara langsung,
setelah itu bantuan perencanaan dilakukan oleh konsultan perencanaan dan
setelah tim persetujuan atau verifikasi disetujui, Badan Pekerjaan Umum
memulai di lapangan, sedangkan apabila diperlukan untuk pembebasan lahan
masyarakat, maka penggusuran atau pembelian lahan harus dilakukan.
Menurut Sani (2013), perencanaan tersebut dilakukan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara, seperti pembangunan jalan,
peningkatan jalan, pelebaran jalan dan perbaikan jalan lanjutan yang belum
selesai pada tahun sebelumnya. Dalam perencanaan Dinas Pekerjaan Umum
melibatkan masyarakat, yaitu dengan melaksanakan MUSRENBANG
(Musyawarah Rencana Pembangunan), dengan hasil MUSREMBANG dalam
bentuk proposal di mana proposal tersebut dibawa ke Dinas Pekerjaan Umum,
kemudian Dinas Pekerjaan Umum membawa proposal ke BAPPEDA dan
DPRD10, setelah pihak terkait menyetujui rencana yang telah dibuat sehingga
rencana tersebut dituangkan ke dalam laporan bulanan, yaitu perencanaan
10
Achmad Sani. 2013. Perkembangan Dan Rencana Pembangunan Infrastruktur Fisik Dalam
Mendukung Pengembangan Industri Di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 39 - 57
pembangunan infrastruktur jalan, dengan rencana ini tahap selanjutnya adalah
implementasi pembangunan infrastruktur jalan.
Setelah perencanaan selesai, pembangunan infrastruktur dapat
dilakukan, yaitu dengan meningkatkan atau membangun jalan dan jembatan,
meningkatkan jalan dapat diartikan sebagai jalan yang ada dibangun kembali
untuk meningkatkan kualitas jalan yang ada sementara pembangunan jalan
adalah pembangunan yang sejak awal tidak ada. untuk pembangunan jalan
infrastruktur, dan jalan yang dibangun adalah jalan Kabupaten dan
lingkungan.11
4. Kendala Pembangunan Infrastruktur Jalan di Provinsi Sumatra Utara
Faktor-faktor yang menyebabkan konflik dan tantangan yang dihadapi
oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan
konstruksi dan pemeliharaan infrastruktur jalan di Provinsi Sumatera Utara
adalah sebagai berikut:
1) Anggaran, meskipun anggaran telah dicairkan tetapi pertama-tama harus
disortir melalui perencanaan dengan tujuan menentukan jalan mana yang
pertama harus dilakukan karena anggaran yang diusulkan tidak sepenuhnya
cair. Namun demikian upaya pembangunan jalan tidak akan berhenti karena
anggaran.
2) Partisipasi masyarakat, bahwa partisipasi masyarakat sangat penting dalam
melaksanakan pembangunan, misalnya masyarakat yang memberikan
proposal pembangunan di MUSREMBANG yang dilakukan oleh masyarakat,
Menurut Calthorpe (1993), dengan adanya partisipasi itu akan menjadi
rencana yang akan dilaksanakan karena pembangunan itu ditujukan pada
11
Irwan, Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara
komunitas,12 sehingga komunitas harus berpartisipasi di dalamnya. Tetapi jika
masyarakat tidak mendukung itu akan menyebabkan banyak masalah seperti
orang-orang yang tidak ingin membebaskan tanah mereka untuk membangun
jalan.
3) Pembebasan lahan juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara dalam mewujudkan
pembangunan infrastruktur jalan. Seperti pembangunan pelebaran jalan yang
dilakukan pada jalan protokol. Pembebasan lahan merupakan kendala dalam
pelaksanaan pembangunannya di mana kompensasi belum dibayarkan dan
menyalahi HAM.
12
Calthorpe, P. (1993). The next American metropolis: Ecology, community, and the American dream.
Princeton Architectural Press
Perlindungan prosedural yang tepat pada aspek penting dari Hak Asasi
Manusia akan pembayaran kompensasi yang layak yaitu meniadakan pengusiran
paksa yang secara langsung. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara
menggunakan dana daerah untuk mengkompensasi secara sinergi dan
menggunakan dana pusat yang ada untuk pembangunan atau pemeliharaan
infrastruktur secara bijaksana.
Kesimpulan dari hasil penelitian esai yang telah dijelaskan ini yakni,
pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan oleh Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan wewenang yang diperoleh dari Peraturan
Bupati Tulang Bawang Barat Nomor 8A Tahun 2011 tentang Penerjemahan
Tugas Utama, Fungsi dan Prosedur Kerja dari Layanan Daerah Sumatera Utara
Provinsi sejak peraturan itu diberlakukan. Konflik dan tantangan yang
menghambat pengembangan infrastruktur jalan di Sumatera Utara termasuk
pendanaan yang terbatas, kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
dan masalah pembebasan lahan untuk pembangunan jalan oleh komunitas.
Pembebasan jalan tersebut menuai konflik atas pelanggaran HAM dikarenakan
Kementerian PUPR setempat tidak segera mengganti rugi atas wewenang
masyarakat yang menjadi korban pembebasan lahan secara layak. Sehingga
menurut Menurut Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, disebutkan
bahwa ganti rugi terhadap pembebasan lahan merupakan ketentuan mutlak untuk
menjaga Hak Asasi Manusia dalam kepemilikan.
E. DAFTAR PUSTAKA
(Dokumen)
(Jurnal Nasional)
Youdhi Permadi Ma’ruf, Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. 2014. Pengaruh Investasi
Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di
Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Departemen
Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Stewart, F. (1989). Basic Needs Strategies, Human Rights, and the Right to
Development. Human Rights Quarterly, 11 (3): 347–374.
doi:10.2307/762098. JSTOR 762098
Iris Borowy. (2013), Road Traffic Injuries: Social Change and Development.
Med. Hist. vol. 57(1), pp. 108–138. Published by Cambridge
University Press 2013. doi:10.1017/mdh.2012.83.
(Buku)
Hidayat, Arif & FX. Adjie Samekto, 2002, Kajian Kritis Penegakan Hukum
Lingkungan dan Otonomi Daerah, Genta Press, Yogyakarta.