Anda di halaman 1dari 3

Tugas Resume Makalah Kelompok 8 (Aspek Epistimologi Dakwah)

Nama : Khairun Nisa


Prodi / Kelas : Manajemen Dakwah / B
NIM : 1930504053
Mata Kuliah : Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu : Dr. Nurseri Hasnah Nasution, M.Ag.

A. Pengertian Epistimologi Dakwah


Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata episteme dan
logos.Episteme berarti prngetahuan, kenyataan atau kebenaran.Sedangkan logos berarti teori,
uraian, atau alasan. Jadi, epistimologi adalah teori pengetahuan (the theory of knowledge), teori
tentang kenyataan atau teori tentang kebenaran, dan dapat juga diartikan sebagai filsafat
pengertahuan seperti yang lazim dipergunakan. Dan dakwah secara bahasa, berasal dari padanan
kata da’a- yad’u- du’a’an wa da’watan. artinya yaitu: ajakan, seruan, pembuktian dan do’a.
Dakwah berarti tugas untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran agama Islam agar nilai-nilai
Islam terwujud dalam kehidupan manusia dan mengajak manusia kepada jalan yang diridhoi
Allah.

Dapat disimpulkan bahwa Epistemologi Dakwah adalah kajian filosofis terhadap


sumber,metode, esensi, dan validitas (kebenaran ilmu) dakwah. Sumber menjelaskan asal-usul
ilmu dakwah, sedangkan metode menguraikan bagaimana cara memperoleh ilmu tersebut dari
sumbernya, dan validitas dakwah adalah pengetahuan yang diperoleh dari sumbernya melalui
metode ilmiah, dan belum bisa disebut sebagai ilmu apabila belum terujI secara ilmiah atau tidak
memiliki validitas ilmiah.

B. Objek – Objek Epistimologi

1. Epistimologi Bayani

Secara epistimologis Bayani mempunyai arti penjelasan, pernyataan dan ketetapan.


Sedangkan menurut terminologis Bayani berarti pola pikir yang bersumber pada nash, ijma’
dan ijtihad. Ada juga yang berpendapat bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang
didasarkan atas otoritas teks (nash), secara langsung maupun tidak langsung.

1
Epistimologi Bayani merupakan studi filosofis terhadap struktur pengetahuan yang
menempatkan teks(wahyu) sebagai kebenaran mutlak. Sedangkan akal hanya menempati
tingkat kedua dan sifatnya menjelaskan teks yang dimaksud.

2. Epistemologi Irfani

Epistimologi Irfani menurut etimologi berarti al-ma’rifah, al-‘alhikmah.Sedangkan


secara eksistensialis berpangkal pada zauq, qalbu atau intuisi yang merupakan perluasan dari
pandangan illuminasi dan yang berpakar pada tradisi Hermes. Pengetahuan irfani tidak
didasarkan pada teks (nash) seperti bayani, akan tetapi pada kasyf, tersingkapnya rahasia-
rahasia realitas oleh Allah S.T.W.

Ada 7 tahapan yang harus dijalani untuk bisa menerima limpahan pengetahuab melalui
jenjang-jenjang kehidupan spiritual.

a. Taubat,
b. Wara’(menjauhkan diri dari segala sesuatu yang subhat),
c. Zuhud (tidak tamak dan tidak mengutamakan kehidupan dunia).
d. Faqir (mengosongkan seluruh fikiran dan harapan masa depan, dan tidak
menghendaki apapun kecuali atas kehendak Allah SWT).
e. Sabar (menerima segala bencana dengan lapang dada, ikhlas dan rela).
f. Tawakkal (percaya atas segala apa yang ditentukan oleh Allah SWT).
g. Rida (hilangnya rasa ketidak senangan dalam hati sehingga yang tersisa hanya
gembira dan sukacita).

3. Epistemologi Burhani

Epistimologi Burhani secara bahasa berarti argumentasi yang jelas. Sedangkan menurut
istilahnya berarti aktifitas intelektual untuk menetapkan kebenaran proposisi dengan metode
deduktif yaitu dengan cara mengaitkan proposisi satu dengan proposisi lainnya yang bersifat
aksiomatik atau setiap aktifitas intelektual untuk menetapkan kebenaran suatu proposisi..Burhani
menyandarkan diri pada kekuatan rasiodanakal yang dilakukan lewat dalil-dalil logika.

Perbandingan ketiga epistemologi ini adalah bahwa bayani menghasilkan pengetahuan lewat
analogi furu` kepada yang asal; irfani menghasilkan pengetahuan lewat proses penyatuan ruhani
pada Tuhan. Dan burhani menghasilkan pengetahuan melalui prinsip-prinsip logika atas
pengetahuan sebelumnya yang telah diyakini kebenarannya.Dan tiga epistemologi Islam ini
mempunyai ‘basis’ dan karakter yang berbeda.Pengetahuan bayani didasarkan atas teks, irfani
pada intuisi sedang burhani pada rasio.Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Untuk bayani, karena hanya mendasarkan diri pada teks, ia menjadi terfokus pada hal-hal yang
bersifat aksidental bukan substansial, sehingga kurang bisa dinamis mengikuti perkembangan
sejarah dan sosial masyarakat yang begitu cepat. Kenyataannya, pemikiran Islam saat ini yang
masih banyak didominasi pemikiran bayani fiqhiyah kurang bisa merespon dan mengimbangi

2
perkembangan peradaban dunia. Tentang burhani, ia tidak mampu mengungkap seluruh
kebenaran dan realitas yang mendasari semesta.

C. Metodologi Keilmuan Dakwah

Metode ilmu dakwah itu secara garis besar meliputi:


a. Metode(Manhaj) Istinbath yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan
menjelaskan hakikat berupa teori utama ilmu dakwah, menggunakan ilmu-ilmu bantu
seperti Ushul Fiqh, Ulumul al-Qur’an, Ulumul Hadits.
b. Metode Iqtibas yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan hakikat
dakwah/realitas dakwah/ denotasi dakwah dari islam actual, islam empiris, islam historis
atau islam empiris yang hidup di masyarakat. ilmu bantu dalam penerapani dan
penggunaan metode ini antara lain sosiologi, antropologi, lmupsikologi, ilmu ekonomi,
ilmu politik.
c. Metode Istiqra’ yaitu proses penalaran dalam memahami dan menjelaskan hakikat dakwah
melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan mengacu pada teori utama dakwah
(hasil metode istinbath) dan teori turunan dari teori utama dakwah (hasil metode iqtibas).
Dengan menerapkan model ini dalam melakukan kajian terhadap obyek formal ilmu dakwah
maka diantara hasil yang dapat diperoleh meliputi:
a. Masalah-masalah yang kompleks dalam dinamika dakwah dapat dirumuskan.
b. Proses dakwah dapat diketahui alurnya.
c. Hasil-hasil dakwah dapat diukur dan dianalisa.
d. Umpan balik kegiatan dakwah dapat dimulai.
e. Fungsi dakwah dalam system kemasayarakatan dapat diketahui dan di analisa
f. Dampak perubahan dari sistem politik, ekonomi dan perubahan social pada umumnya
dapat diidentifikasi secara lebih jelas.
g. Metode historis yaitu metode ilmu dakwah dengan menggunakan pendekatan ilmu
sejarah, dilihat dengan menekankan pada semua unsur dalam sistem dakwah dalam
perspektif waktu dan tempat kejadian.
h. Metode Reflektif yaitu suatu proses vertifikasi prinsip-prinsip serta konsep-konsep dasar
dakwah yang diperoleh dari refleksi pandangan dunia sebagai suatu paradigma.
i. Metode Riset Dakwah Partisipatif. Metode ini menekankan kajiannya
dengan menggunakan pendekatan empiris.

Anda mungkin juga menyukai