Anda di halaman 1dari 8

EPISTEMOLOGI

BAYANI
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Ulya M.Ag
Oleh : KONDIRIN
NIM : 216010005
DEFINISI EPISTEMOLOGI
Secara etimologi, kata epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah teori tentang
pengetahuan. Dan juga merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode
dan sahnya ilmu pengetahuan.
Istilah epistemologi terkait dengan :
a.  Filsafat, yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.
b.  Metode, yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh
pengetahuan.
c.  Sistem, yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
 
Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang epistimologi :
1.  Apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan
bagaimana cara mengetahuinya?
2.  Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar di luar pilkiran kita? Dan
kalau ada apakah kita bisa mengetahuinya?
3.  Apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dari
yang salah?
2
Epistemologi-epistemologi dalam dunia Barat bahwa pengetahuan berpusat pada dua
hal, yaitu :
1. indera
2. rasio.
Ini menunjukkan bahwa pusat dari epistemologi adalah manusia sendiri.
DidalamIslam,epistemologi tidak berpusat kepada manusia. Manusia bukanlah makhluk
mandiri
yang dapat menentukan kebenaran seenaknya.
Semuanya berpusat kepada Allah. Di satu pihak, epistemologi Islam berpusat pada Allah,
dalam arti Allah sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran.
Namun bukanberarti manusia tidak penting.
Di pihak lain, epistemologi Islam berpusat pula pada manusia,
dalam arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan.

3
EPISTEMOLOGI BAYANI
Epistemologi Bayani
Bayani dalam bahasa Arab berarti penjelasan (explanation).Arti asal katanya adalah menyingkap dan
menjelaskan sesuatu.Epistimologi bayani adalah pendekatan dengan cara menganilis teks. Maka sumber
epistemologi bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
1.Teks Nash (al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW)
2. Teks Non-Nash berupa karya para ulama. Adapun corak berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini
cenderung deduktif, yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content).
Adapun tokoh-tokohnya adalah Imam Syafi’i, Ibn Wahb dan Imam Syatibi. 
1. Imam Syafi'i (w. 204 H.)
dianggap sebagai peletak pertama dasar aturan-aturan penafsiran wacana bayani, yang melandasi nalar
tradisi Arab-Islam. Karena di tangannyalah hukum-hukum bahasa Arab dijadikan acuan untuk
menafsirkan teks-teks suci, terutama hukum qiyas, dan dijadikan sebagai salah satu sumber penalaran
yang absah untuk memaknai persoalan-persoalan agama dan kemasyarakatan. Maka dalam konteks
inilah bahwa yang dijadikan acuan utama adalah nash atau teks suci. Syafi'i meletakkan aturan dasar al-
ushul al-bayaniyyah sebagai faktor yang paling penting dalam aturan penafsiran wacana. Maka
konsekwensi logisnya adalah berfikir atau bernalar, menurutnya, berfikir dalam kerangka nash. 4
Imam Syafi’i merumuskan bayan khusus terkait dengan al-Qur’an dalam lima tingkatan:
1) Bayan yang tidak memerlukan penjelasan
2) Bayan yang beberapa bagiannya membutuhkan penjelasan al-Sunnah
3) Bayan yang keseluruhannya bersifat umum dan membutuhkan penjelasan
4) Bayan yang tidak terdapat dalam al-Quran namun terdapat dalam al-Sunnah
5) Bayan yang tidak terdapat dalam al-Quran dan al-Sunnah, yang dari sinilah
kemudian muncul qiyas sebagai ‘metode’ ijtihad.
Dari lima derajat bayan tersebut kemudian Syafi’i merumuskan empat dasar pokok
agama, yaitu
1. Al-Quran,
2. AS-Sunnah,
3. Ijma
4. Qiyas.

5
2.Ibn Wahb
Mencoba menjadikan bayan sebagai metode untuk membangun konsep di atas dasar
ashul-furu’. Ia menambahkan pemahaman terhadap bayan bukan hanya teks suci saja
akan tetapi lebih dari itu.Ia merumuskan dari sisi tingkat kepastian atau penunjukannya,
Ada empat tingkatan bayan, yaitu:
1. Penjelasan sesuatu dengan menunjukkan bentuk materi pertanyaannya yang
mengandung aksiden dan subtansi (bayan bi al-i’tibar);
2. Penjelasan sesuatu dengan pemahaman/ perenungan dalam batin untuk
menentukan benar-salah atau syubhat (bayan bi al-qalb)
3. Penjelasan sesuatu dengan redaksi lisan (bayan bi al-‘ibarat)
4. Penjelasan sesuatu dengan redaksi tulisan (bayan bi al-kitab). 

6
3. Imam Syatibi (w. 1388 M)
Menjadikan epistemologi bayani mengalami perkembangan signifikan. Ia berusaha memperbaharui
epistemologi bayani untuk bisa menghasilkan kebenaran yang bisa dipertanggung jawabkan secara
rasional, maka tidak cukup hanya mengandalkan kaidah-kaidah bahasa dan proses transmisi,
namun harus berpijak pada dalil-dalil burhani. Kemudian ia menawarkan tiga teori utama, yaitu
1. Al-istintaj (qiyas jama’i atau silogisme), menarik kesimpulan berdasarkan dua premis yang
mendahului
2. istiqra’i (Induksi) adalah penelitian terhadap teks-teks yang setema kemudian di ambil tema
pokoknya
3. maqasid al-syar’iyah berarti bahwa diturunkannya syariah ini mempunyai tujuan-tujuan tertentu,
yang menurut Syathibi terbagi dalam tiga macam; dharûriyah (primer), hâjiyah (sekunder)
dan tahsîniyah (tersier).[

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Nasrah, “Pengetahuan Manusia dan Epistemologi Islam”, Universitas Sumatera Utara

2. Muslih Muhammad, “Filsafat Ilmu : Kajian Atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu
Pengetahuan”, LESFI Yogyakarta

3. Zainuddin, M.  “Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam”.Yogyakarta : Bayu Media, 2003.

4. Nasution, Khoiruddin, “Pengantar Studi islam”. Yogyakarta: Tazzaff dan ACAdeMIA, 2009

Anda mungkin juga menyukai