Anda di halaman 1dari 12

METODE PEMIKIRAN ISLAM

 Kata epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme


dan logos. Episteme berarti pengetahuan, sedangkan
logos berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah teori
tentang pengetahuan. Epistemologi merupakan
cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal,
metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.
 Bidang epistemologis ini menempati posisi yang
sangat strategis, karena ia membicarakan tentang
cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Epistemologi Bayani
 Secara etimologis, term bayani mengandung beragam
arti yaitu: kesinambungan (al-waslu): keterpilahan ( al-
fashlu): jelas dan terang (al-zhuhur wa al-wudlhuh):
dan kemampuan membuat terang dan generik.
 Bayani adalah suatu epistimologi yang mencakup
disipiln-disiplin ilmu yang berpangkal dari bahasa Arab
(yaitu nahwu, fiqh dan ushul fiqh, kalam dan
balaghah).
 Epistemologi bayani adalah metode pemikiran islam yang
menekankan otoritas teks (nash) dengan langsung atau tidak
langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan.
 Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan
jadi dan langsung mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran.
 Secara tidak langsung artinya memahami teks sebagai
pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran.
 Dalam Usul fiqh, yang dimaksud nash sebagai sumber
pengetahuan bayani adalah Al Quran dan Hadist.
 Untuk mendapatkan pengetahuan dari teks,
metode bayani menggunakan dua jalan, yaitu :
1. Berpegang pada redaksi (lafadz) teks, dengan
menggunakan kaidah bahasa Arab
2. Berpegang pada makna teks dengan
menggunakan logika, penalaran, atau rasio
sebagai sarana analisa.
 Dalam penggunaan logika dilakukan dengan empat macam
cara, yaitu :
1. Berpegang pada tujuan pokok (al-maqashid al-dlaruriyah) yang
mencakup lima kepentingan vital yakni, menjaga keselamatan
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
2. Berpegang pada Illah teks (masalik al-illah) yang terdiri atas tiga
hal, yaitu (1) illah yang telah ditetapkan oleh nash, (2) illah yang
telah disepakati oleh para mujtahid, (3) merangkum sifat-sifat
baik untuk dijadikan illat pada asal (nash)
3. Berpegang pada tujuan sekunder teks. Tujuan sekunder adalah
tujuan yang mendukung terlaksananya tujuan pokok.
4. Berpegang pada diamnya Syari' (Rasul SAW).
Epistemologi Burhani
 Dalam bahasa Arab, "burhani" berasa dari kata "al-
burhan" yang berarti argument (al-hujjah) yang jelas (al-
bayyinah).
 Dalam perspektif logika (al-mantiq), burhani
merupakan aktivitas berpikir untuk menetapkan
kebenaran melalui metode penyimpulan (al-istintaj)
dengan menghubungkan premis tersebut terhadap
premis yang lain dan dibenarkan oleh nalar atau telah
terbukti kebenarannya.
 burhani adalah aktivitas nalar yang menetapkan
kebenaran suatu premis. Sistem epistemik
Burhani bertumpu sepenuhnya pada seperangkat
kemampuan intelektual manusia, baik berupa
indera, pengalaman, maupun rasio bagi upaya
pemerolehan pengetahuan tentang semesta
dengan mendasarkannya pada keterkaitan antara
sebab dan akibat (kausalitas).
 Secara struktural, proses penalaran dalam
epistemologi burhani terdiri dari tiga hal, yaitu :
1. Proses eksperimentasi, yakni pengamatan terhadap
realitas.
2. Proses abstraksi, yakni terjadinya gambaran atas
realitas tersebut dalam pikiran.
3. Ekspresi, yaitu mengungkapkan realitas dalam kata-
kata.
Epistemologi Irfani
 Irfani adalah pendekatan yang bersumber
pada intuisi (kasf/ilham).
 Irfan adalah pengetahuan yang diperoleh
dengan olah ruhani dimana dengan kesucian
hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan
pengetahuan langsung kepadanya.
 Epistemologi irfani adalah model berfikir intuitif
(irrasional), bahwa kebenaran dapat digapai dengan
metode tertentu, sebab objek yang diteliti adalah hal-hal
diluar dunia fisik, metafisik atau supernatural.
 Objek kajian dengan model ini dapat juga disebut
‘supernatural’, hal-hak gaib. Karena itu, pengetahuan Irfani
tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah
ruhani, dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan
akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya.
 Ada 3 teknik metode irfani:
1. Riyadah: rangkaian latihan dan ritus, dengan penahapan dan
prosedur tertentu.
2. Tariqah: di sini diartikan sebagai kehidupan jama’ah yang
mengikuti aliran tasawuf yang sama.
3. Ijazah: dalam penelitian irfaniah, kehadiran guru atau
(mursyid) sangat penting. Mursyid membimbing murid dari
tahap yang satu ke tahap yang lain. Pada tahap tertentu,
musyrid memberikan wewenang (ijazah) kepada murid.

Anda mungkin juga menyukai