Anda di halaman 1dari 27

MODEL-MODEL

EPISTEMOLOGI ISLAM

Rachmat Mudiyono
Dalam Kajian Barat
dikenal 3 aliran pemikiran:

• Empirisme
• Rasionalisme
• Intuitisme
Dalam Pemikiran Filsafat Hindu
dikenal 3 aliran pemikiran:
• Teks suci
• Akal
• Pengalaman Pribadi
Dalam Kajian Pemikiran Islam
• Bayani
• Burhani
• Irfani
Epistemilogi Bayani
• Adalah metode pemikiran khas Arab
berdasarkan otoritas teks (Nash) Al-Qur’an
dan Hadits – Ahli Fiqih
• Untuk mendapatkan pengalaman dari teks
metode Bayani menempuh 2 Jalan:
– Redaksi teks (Lafadz) dgn Kaidah Bahasa Arab
Nahwu Sharaf
– Makna teks dengan logika, penalaran, rasio sbg
sarana analisa
Metode Irfani
• Berdasarkan Kasyf (dgn rohani) – Ahli Tasawuf
• Diperoleh dgn 3 tahapan:
– Persiapan
– Penerimaan
– Pengungkapan dg lisan / tulisan
Epistimologi Burhani
• Berdasarkan kekuatan rasio, akal, dalil-dalil
logika

• Perbandingan dari 3 epistimologi adalah:


– Bayani menghasilkan pengetahuan lewat analogi
furu’
– Irfani lewat proses penyatuan rohani pd Tuhan
– Burhani melalui prinsip logika atas pengetahuan
sebelumnya yg diakui kebenarannya
Perbandingan epistimologi Islam
Bayani Irfani Burhani
Sumber Teks Qur’an Hadits Ilham / Intuisi Rasio
Metode Istinbat dan Istidhal Kasyf (Experience) Tahlili (analitik) dan
diskursus
Pendekatan Linguistik / dilalat Psikho Genostik Logika
al-lughowiyah
Tema sentral Ashl Furu’ Zahir – Batin Essensi – Aksistensi
Kata - Makna Wiayah - Nubuwah Bahasa – Logika
Validasi kebenaran Korespondensi Intersubjektif Koherensi
Konsistensi
Pendukung Kaum Teolog, Ahli Kaum Sufi Para Filisof
Fiqih dan Ahli
Bahasa
Pengertian Bayani
• Bayani dalam bahasa arab berarti
penjelasan (explanation). Arti asal katanya adalah
menyingkap dan menjelaskan sesuatu, yaitu menjelaskan
maksud suatu pembicaraan dengan menggunakan lafadz
yang paling baik (komunikatif). Menurut ahli ushul
fikih, bayan adalah upaya menyingkap makna dari
pembicaraan serta menjelaskan secara terinci hal-hal
yang tersembunyi dari pembicaraan tersebut kepada
mukallaf. Dengan kata lain usaha untuk mengeluarkan
suatu ungkapan dari keraguan menjadi jelas.
Epistemologi Bayani
• Penetapan makna bayan secara ilmiah di atas
(pengertian bayan) menandai tahapan baru, yaitu tidak
hanya dipahami sebagai penjelas (al-wudhuh dan al-
idzhar), tetapi lebih dari itu, berkembang sebagai suatu
epistemologis keilmuan yang "difinitif".
Keberadaan bayani sendiri sebenarnya sudah ada pada
masa awal Islam, namun masih dalam bentuk
penyebaran bayani secaratradisional. Dikarenakan masih
belum merupakan upaya ilmiah, dalam arti indentifikasi
keilmuan dan peletakan aturan penafsiran teks-teksnya.
• Imam Syafi'i (w. 204 H.) dianggap sebagai peletak pertama
dasar aturan-aturan penafsiran wacana bayani, yang
melandasi nalar tradisi Arab-Islam. Karena di tangannyalah
hukum-hukum bahasa Arab dijadikan acuan untuk
menafsirkan teks-teks suci, terutama hukum qiyas, dan
dijadikan sebagai salah satu sumber penalaran yang absah
untuk memaknai persoalan-persoalan agama dan
kemasyarakatan. Maka dalam konteks inilah bahwa yang
dijadikan acuan utama adalah nash atau teks suci. Syafi'i
meletakkan aturan dasar al-ushul al-bayaniyyah sebagai
faktor yang paling penting dalam aturan penafsiran
wacana. Maka konsekwensi logisnya adalah berfikir atau
bernalar, menurutnya, berfikir dalam kerangka nash.
Aspek Metodologi
• Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
bahwa bayani menjadikan teks sebagai rujukan pokok, sekaligus
sumber pengetahuan bayani. Maka akal harus berupaya keras
memahami dan membenarkan rujukan utamanya, yaitu teks.
Usaha ini disebut ijtihad dalam ilmu fikih, khususnya dalam ilmu
ushul fikih berujud qiyas (analogi) dan istinbath (penerapan
kesimpulan), sedangkan dalam ilmu kalam (teologi Islam) qiyas
seperti ini disebut istidlal (tuntutan mengemukakan alasan/ thalab
al-dalil). Metode dalam kalam ini kemudian disebut istidlal bi al-
syahid ‘ala al-ghaib, sebagai argumen ontologis masalah
ketuhanan, yaitu penalaran dari dunia riil untuk mengukuhkan dan
membenarkan yang ghaib (metafisik/ ketuhanan).
• Ijtihad, menurut al-Jabiri, adalah upaya
memahimi teks keagamaan yang selalu
membawa realitas masuk dalam otoritasnya
(wahyu). Dan qiyas adalah upaya pencarian
hukum dengan menggunakan kemampuan akal,
untuk menemukan
kesesuaian illat antara ashl dan far’ (asal dan
cabang) ke dalam dalil (teks) yang telah ada.
Maka ijtihad dan qiyas hanya merupakan
mekanisme berfikir yang menyatukan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, menghasilkan sesuatu
yang sudah ada.
Pendekatan Burhânî
• Burhân (Arab) berarti argumen (al-hujjah) yang jelas (al-
bayyinah/clear) dan dapat membedakan (distinc/ al-fashl);
demonstration (Inggris), yang mempunyai akar bahasa Latin:
demonstratio (memberi isyarat, sifat, keterangan, dan
penjelasan). Dalam perspektif logika (al-mantiq), burhânî
adalah aktivitas berpikir untuk menetapkan kebenaran suatu
premis melalui metode pengambilan kesimpulan (al-istintâj),
dengan menghubungkan premis tersebut dengan premis yang
lain yang oleh nalar dibenarkan atau telah terbuka
kebenarannya. Sedangkan dalam pengertian umum, burhânî
adalah “aktivitas nalar yang menetapkan kebenaran suatu
premis”.
Pendekatan ‘Irfânî
• ‘Irfânî berasal dari kata ‘irfân (Arab) merupakan
bentuk dasar (mashdar) dari kata ‘arafa, yang
semakna dengan ma‘rifah. Dalam bahasa Arab,
istilah al-‘irfân berbeda dengan kata al-‘ilm. Al-‘ilm
menunjukkan pemerolehan obyek pengetahuan
(al-ma‘lûmât) melalui transformasi (naql) ataupun
rasionalitas (‘aql), sementara’irfân atau ma‘rifah
berhubungan dengan pengalaman atau
pengetahuan langsung dengan objek pengetahuan
PENGERTIAN POSITIVISME
• suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan
menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisika. Tidak mengenaladanya spekulasi, semua
didasarkan pada data empiris.Positivisme merupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada
kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja
merupakan pengetahuan empiris dalamsatu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat
menjadipengetahuan.
Perngertian Epistemologi Intuisionisme

• Beberapa ahli bahasa mengatakan bahwa


secara bahasa, intuisionisme berasal dari
bahasa Latin, intuitio yang berarti
pemandangan.99 Sedangkan ahli yang lain
mengatakan bahwa intuisionisme, berasal dari
perkataan Inggris yaitu intuition yang
bermakna gerak hati atau disebut hati
nurani.1
• Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, intuisi
diartikan dengan bisikan hati, gerak hati atau
daya batin untuk mengerti atau mengetahui
sesuatu tidak dengan berpikir atau belajar.
Perbedaannya dengan firasat atau feeling,
kata intuisi lebih banyak digunakan untuk hal-
hal yang bersifat metafisika atau di luar
jangkauan rasio, biasanya dipakai untuk
menyebut indera keenam
• Pengertian diatas memberi penjelasan bahwa
manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani.
Gerak hati mampu membuat manusia melihat secara
langsung suatu perkara benar atau salah, jahat atau
baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai
suatu proses melihat dan memahami masalah secara
spontan juga merupakan satu proses melihat dan
memahami suatu masalah secara intelek.
Pengetahuan intuitif ini merupakan pengetahuan
langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses
pemikiran rasional. Namun kemampuan seperti ini
bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
• Dalam tradisi Islam, mengenal juga istilah pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui intuisi dan kontemplasi atau dikenal
dengan istilah ma„rifat al-qalb setelah melewati proses riyadhah
dan mujahadah sehingga terjadi mukasyafah, atau yang lebih
dikenal dengan metode „irfani. Secara tekstual, kata al-„irfan
berasal dari kata „arafa-ya„rifu-„irfaanan wa ma„rifatan, yang
berarti ―tahu atau mengetahui atau pengetahuan‖. Dalam filsafat
Yunani, istilah „irfani ini disebut “gnosis”, yang artinya sama
dengan ma„rifat, yaitu pengetahuan yang didapat dari pancaran
hati nurani. Istilah ma‗rifat kemudian banyak digunakan oleh
kaum sufi dalam pengertian sebagai: ―ilmu yang diperoleh
melalui bisikan hati atau ilham ketika manusia mampu
membukakan pintu hatinya untuk menerima pancaran cahaya dari
Tuhan‖. Keadaan hati yang terbuka terhadap cahaya kebenaran
dari Tuhan ini disebut al-kasysyaaf atau al-mukaasyafah.
• Kesimpulan Intuisionisme adalah gerak hati,
bisikan hati, atau kemampuan memahami
sesuatu tanpa harus difikirkan, yang secara
terminologi diartikan secara sebagai aliran atau
paham dalam filsafat dalam memperoleh
pengetahuan dengan mengutamakan intuisi atau
gerak hati atau bisikan hati. Secara Epistemology,
pengetahuan intuitif berasal dari intuisi yang
diperoleh melalui pengamatan secara langsung,
tidak mengenai objek lahir melainkan mengenai
kebenaran dan hakikat suatu objek.
DASAR-DASAR ILMU ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI, dan AKSIOLOGI
• Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang
terdiri dari dua kata, yaitu ta onta berarti
―yang berada‖, dan logi berarti ilmu
pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi
adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
keberadaan
• Epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari benar atau tidaknya suatu pengetahuan

• Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah


aksiologi berasal dari kata axio dan logos, axios
artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos
artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai,
penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status
metafisik dari nilai. Aksiologi sebagai cabang filsafat
ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat
nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan
kefilsafatan

Anda mungkin juga menyukai