BAYANI
(eksplanasi). Al-Jabiri, berdasarkan beberapa makna yang diberikan kamus Lisân al-
Arâb–suatu kamus karya Ibn Mandzur dan dianggap sebagai karya pertama yang
belum tercemari pengertian lain--tentang kata ini, memberikan arti sebagai al-fashl
sedanginfishâl wa dhuhûr berkaitan dengan visi (ru`y) dari metode bayani. Dalam
model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks.[5] Dalam hal ini teks sucilah
yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah khitab. Fungsi akal
yang meliputi :
pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib 'aqd, katib hukm, dan katib
tadbir.
Dalam pendekatan bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka
peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks
Dalam memandang proses keilmuan, kaum Burhaniyun bertolak dari cara piker
filsafat di mana hakikat sebenarnya adalah universal. Hal ini akan menempatkan
‘makna” dari realitas pada posisi otoritatif, sedangkan ”bahasa” yang bersifat
particular hanya sebagai penegasan atau ekspresinya. Hal ini nampak sejalan dengan
penjelasan al-Farabi bahwa “makna/’ dating lebih dahulu daripada “kata”, sebab
makna datang dari sebuah pengkopsesian intelektual yang berada dalam tataran
pengandaian bahwa seandainya konsepsi intelektual itu letaknya dalam kata-kata itu
Jadi setiap ilmu burhani berpola dari nalar burhani dan nalar burhan bermula
dari proses abstraksi yang bersifat akali terhadap realitas sehingga muncul makna,
sedang makna sendiri butuh aktualisasi sebagai upaya untuk bisa dipahami dan
pernyataan makna.
mayor (al-hadd al-akbar) untuk premis yang pertama dan premis minor (al-hadd al-
ashghar) untuk premis yang kedua, yang kedua-duanya saling berhubungan dan
tertentu seperti yang dilakukan oleh kaum sufistaiyah (sophis). Silogisme (al-
syarat: pertama, mengetahui sebab yang Secara structural, proses yang dimaksud
di atas terdiri dari tiga hal, pertama proses eksperimentasi yakni pengamatan
terhadap realitas; kedua proses abstraksi, yakni terjadinya gambaran atas realitas
tersebut dalam pikiran; ketiga, ekspresi yaitu mengungkapkan realitas dalam kata-
kata.
signifikan. Silogisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu sullogismos yang merupakan
bentukan dari kata sullegin yang artinya mengumpulkan, yang menunjukkan pada
dalam bahasa Arab menjadi qiyas atau tepatnya adalah qiyas jama’i yang
medius atau term tengah atau menuju kepada sebuah konklusi yang meyakinkan.
Metode ini paling popular di kalangan filsuf Peripatetik. Sementara Ibn Rusyd
tidak diragukan lagi kebenarannya yang diperoleh dari premis yang pasti sehingga
kesimpulan yang akan diperoleh juga pasti, sementara bentuk dari argument harus
diliputi oleh fakta akali. Jadi silogisme demonstratif atau qiyas burhani yang
yang benar, yang meyakinkan, sesuai dengan realitas (bukan nash) dan diterima oleh
akal.
Aplikasi dari bentukan silogisme ini haruslah melewati tiga tahapan yaitu tahap
merujuk pada sepuluh kategori yaitu satu substansi (jauhar) yang menopang
berdirinya Sembilan aksidensi (‘ard) yang meliputi kuantitas, kualitas, aksi, passi,
tersebut dalam kalimat yang disebut proposisi (qadliyah). Dalam proposisi ini
haruslah memuat unsure subyek (maudlu’) dan predikat (muhmal) serta adanya relasi
antara keduanya, yang darinya harus hanya mempunyai satu pengertian dan
mengandung kebenaran yaitu adanya kesesuaian dengan realitas dan tiadanya
khamsah yang ada dalam isagoge Aristoteles atau yang biasa disebut dengan lima
konsep universal yang terdiri dari jenis (genus) yakni konsep universal yang
(spises) yaitu konsep universal yang mengandung satu pengertian tetapi masing-
masing hakikatnya berbeda, fasl (differentia) yaitu sifat yang membedakan secara
mutlak, khas (propirum) atau sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda tetapi
hilangnya sifat ini tidak akan menghilangkan eksistensi benda tersebut dan ard
(aksidensi) atau sifat khusus yang tidak bisa diterapkan pada semua benda.
silogisme harus terdiri dari dua proposisi (al-muqaddimatani) yang kemudian disebut
premismenjadi alasan dalam penyusunan premis; kedua, adanya hubungan yang logis
antara sebab dan kesimpulan; dan ketiga, kesimpulan yang dihasilkan harus bersifat
pasti (dlaruriyyah), sehingga tidak ada kesimpulan lain selain itu. Syarat pertama
dan kedua adalah yang terkait dengan silogisme (al-qiyas). Sedang syarat ketiga
pasti, yang tak mungkin menimbulkan kebenaran atau kepastian yang lain. Hal ini
dapat terjadi, jika premis-premis tersebut benar dan kebenarannya telah terbukti
lebih dulu ketimbang kesimpulannya, tanpa adanya premis penengah (al-hadd al-
awsath).
Dalam perspektif tiga teori kebenaran, maka kebenaran yang dihasilkan oleh
pola piker burhanitampak ada kedekatannya dengan teori kebenaran koherensi atau
dengan pengalaman yang ada, begitu pula tesis kebenaran konsistensi atau
koherensi. Kebenaran tidak akan terbentuk atas hubungan antara putusan dengan
sesuatu yang lain, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan
perkataan lain bahwa kebenaran ditegakkan atas dasar hubungan antara putusan
baru dengan putusan lain yang telah ada dan diakui kebenarannya dan kepastiannya
secara sistematis.
al-Tauqifi
Lughawiyyah
Muj-mal, Mutasyabih
5. Fungsi dan Peran Akal nafsu (lihat Lisan al-‘Arab Ibn Man-dzur),
Justifikasi-Repeetitif-Taqlidi (pengukuh
Mtanafisah
6. Type of Argument
Defensif – Apologetik – Polemik –
Balaghah
bentuk silogisme :
a. Bentuk pertama, term tengah (middle term) menjadi subyek pada premis mayor
Contoh:
2. Tak ada ikan yang rasional. Semua hiu adalah ikan. Tak ada hiu yang rasional.
4. Tak ada orang Yunani berkulit hitam. Sebagian manusia adalah orang Yunani.
b. Bentuk kedua, term tengah (middle term) menjadi predikat pada premis mayor
Contoh :
c. Bentuk ketiga, term tengah {middle term) menjadi subyek pada premis mayor dan
premis minor.
Contoh :
Setiap manusia mempunyai rasa takut. Tetapi setiap manusia adalah makhluk
BURHANI
yakni pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio atau akal semata, tidak
dari kata “al-burhan” yang berarti argumen (al-hujjah) yang jelas (al-bayyinah).
Dan distinc (al-fashl), dalam bahasa Inggris adalah demonstration, yang mempunyai
akar bahasa latin dari katademontratio (berarti memberi isyarat, sifat, keterangan,
dengan menghubungkan presmis tersebut terhadap premis yang lain dan dibenarkan
umum, burhani adalah aktivitas nalar yang menetapkan kebenaran suatu premis
Adapun kecakapan untuk berpikir lurus dalam penalaran dibedakan menjadi dua
kegiatan: analitika dan dialektika. Analitika dipakai untuk menyebut cara penalaran
tetapi burhaniadalah aktifitas berpikir secara mantiqi yang identik dengan silogisme
atau al-qiyas al–jami` yang tersusun dari beberapa proposisi. Dengan
c. Ketiga, natijah (kesimpulan) harus muncul secara otomatis dan tidak mungkin
muncul kesimpulan yang lain. Qiyas ketiga ini yang inheren dengan
epistemologi burhani.
demikian, episteme keduanya masih dibangun atas nilai al-Qur’an dan hadits.
pada umumnya, tetapi di lain pihak, dalam arti khusus filsafat Islam juga
dalam Islam; wahyu sebagai sumber primer, sedangkan ilham pengetahuan bagi
epistemologi `irfani.
Tauqifi
al-syahid)
Muj-mal, Mutasyabih
5. Fungsi dan Peran Akal Akal sebagai pengekang / pengatur hawa nafsu
Aristoteles)
dengan realitas
Riset Ijbari adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini mengambil alam fisika
sebagai objek penelitiannya; langit, bumi, air, tubuh manusia, dll. Penelitian
eksperimental inilah yang membuat Islam maju dan memimpin dunia pada masa
JADALI
Riset Jadali adalah riset dengan basis murni logika dan menghasilkan ilmu filsafat.
Ibnu Sina, al-Kinda, Ibnu Rusyd, adalah filosof-filosof muslim yang karya dan buah
dan dikaji bukan saja komunitas keilmuan Islam, tetapi juga dunia.
IRFANI
irfani. Dimana pengetahuan ini diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada
Pengetahuan ini merupakan hasil penghayatan pribadi, hasil ekspresi dari keunikan
pribadi.
Epistemologi irfani disusun dan diterima dengan kekuatan visi imaginatif dalam
pengalaman pribadi seseorang. Kebenaran yang tampak dalam karya seni merupakan
Kata irfani merupakan bentuk mashdar dari kata ع- ر- ف yang semakna
dengan ma’rifah. Dalam Lisanul ‘Arab, kata irfan bermakna al-ilm, ini sejalan dengan
‘ilm.[9] Kata irfan atau ma’rifah dikenal dalam kalangan sufi muslim (al-
paling luhur dan tinggi yang hadir dalam kalbu melalui kasyaf atau ilham.[10] Kaum
kata yaqindipersandingkan dengan kata haq (al-Waqi’ah: 95), ilm (al-Takasur: 5),
dan ain (al-Takatsur: 7).[11] Perbedaan antara al-burhan dan al-irfan,yang pertama
pencermatan dan rasio, sedangkan yang kedua disebut dengan al-Hikmah al-
kebenaran Konsistensi
pendukung Kaum teolog Kaum sufi Para filosof
Ahli fiqih
Ahli bahasa