Anda di halaman 1dari 17

EPISTEMOLOGI

BURHANI
Asyifa Fauziyah (21106040044)

Firyal Afifah Fauziyyah (21106040047)


Pengertian
Epistemologi
Epistemologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang berdangkut paut
dengan ilmu pengetahuan. Istilah epistemologis berasal dari bahasa yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran,
percakapan, dan ilmu.

Jadi epistemologi adalah kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan yang


berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-
pengandaian, dasar- dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengertian
Epistemologi
Burhani
Burani berasal dari kata al-Burhan dalam bahasa arab yang berarti argumentasi yang kuat dan jelas (al-
hujjat al-fashilat al-bayyinat), dalam bahasa inggris disebut demonstration, berasal dari bahasa latin
demonstration yang berarti isyarat, sifat, keterangan, dan penampakan. Dalam bahasa Prancis,
dibedakan antara demontrer yang berarti memaparkan sesuatu secara jelas, logis, terstruktur, dan
monter (konkrit). Al-burhan dapat juga diartikan sebagai pembuktian yang jelas (diciseve proof) dan
keterangan yang jelas,

Dalam istilah logika, burhani, berarti aktivitas dalam rangka menentapkan proposisi ( ‫ ) قـضیة‬melalui
metode penyimpulan ( ‫ ) إستنتاج‬dengan mengaitkan satu proposisi dengan proposisi lain yang diperoleh
tanpa berfikr panjang yang kebenarannya terbukti secara aksiomatik.

Jadi intinya, Burhani merupakan aktivitas berpikir untuk menetapkan kebenaran dari premis-premis
melalui metode pengambilan kesimpulan (konklusi). Metode burhani dapat disepadankan dengan
silogisme dalam ilmu logika atau ilmu mantiq. Dengan menghubungkan antara premis-premis yang
tidak diragukan kebenarannya, kesimpulan atas sesuatu dapat diperoleh. Metode burhani disebut juga
sebagai metode aqli atau rasional.
Metode
Epistemologi Burhani
Abid Al-Jabiri lebih menggunakan sebagai predikat untuk menyebut terhadap
sistem pengetahuan dengan metode yang khas dan menentukan adanya
pandangan dunia tersendiri. Jadi, sistem pengetahuan burhani adalah
mempostulasikan metodologi dan rasionalisasi dengan menjungung tinggi
kekuatan natural manusia yang berupa indera, pengalaman dan akal dalam
upaya mencapi pengetahuan dan kebenaran tersebut.

Sistem pengetahuan burhani dapat dibagi menjadi dua hal pokok;

(1) Antara makna dan kata, menuju metodologi Qiyas burhani

(2) Wajib dan mungkin serta jiwa dan tempat kembali.


Makna dan Kata
Bagi burhaniyun yang menggunkan filsafat sebagai kerangka berfikir, melihat
bahwa pada hakikatnya yang universal akan menempatkan makna pada posisi
otoritas, sedangkan bahasa yang bersifat partikular hanya sebagai penegasan
atau ekspresinya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh al- Farabi bahwa
makna datang lebih dahulu dari pada kata, sebab makna datang dari sebuah
pengkonsepsian intelektual yang berada dalam tataran pemikiran atau rasio yang
kemudian diaktualisasikan dalam kata-kata. Al-Farabi memberikan pengandaian
bahwa seandainya konsepsi intelektual itu letaknya dalam kata-kata itu sendiri,
maka yang lahir selanjutnya bukanlah makna- makna dan pemikiran baru, tetapi
kata-kata yang baru. Hasan Hanafi juga sepakat dengan tesis ini. Ia mengatakan
bahwa bahasa menjelaskan pikiran selanjutnya pikiran memberikan makna dan
dari sinilah baru terbangun suatu proposisi. Secara stuktural, proses tersebut
adalah sebuah proses eksperimentasi, yakni: pertama, pengamatan terhadap
realitas, baik realitas alam maupun sosial. Kedua, terjadi proses abstraksi atau
terjadinya gambaran atas realitas tersebut dalam pikiran, ketiga, adalah ekspresi,
yaitu pengunkapan realitas yang dimaksud dalam kata-kata .
Qiyas Burhani
atau silogisme demonstratif

Silogisme demonstratif atau qiyas burhani, adalah silogisme yang premis-premisnya


terbentuk dari konsep-konsep yang benar, meyakinkan, sesuai dengan realitas empiris yang
bukan nass atau teks dan diterima oleh akal

Tahap pertama, Pengertian Tahap kedua, Pernyataan Tahap ketiga, Penalaran. Pada
(ma’qulat), merupakan proses (‘ibarah) adalah upaya tahap ini dilakukan dengan
awal yang letaknya berada mengekspresikan pengertian merangkai silogisme. Sebuah
dalam pikiran, di sinilah tersebut dalam kalimat, yang silogisme harus terdiri dri dua
sebenarnya terjadi disebut denga proposisi proposisi yang kemudian
pengabtraksian, yakni (qadiyyah). disebut premis mayor untuk
merupakan aktivitas berpikir premis yang pertama dan
atas realitas yang berasal dari premis untuk premis yang
pengalaman, pengindraan dan kedua, yang keduanya saling
penalaran untuk mendapatkan berhubungan dan darinya
suatu gambaran ditarik kesimpulan logis
Syarat Premis
Agar terhindar dari kesalahan atau sesat pikir dalam mengambil kesimpulan,
perlu dipastikan bahwa premis-premis yang digunakan dalam penalaran
tersebut adalah premis yang benar dan valid. Sebagai contoh pernyataan
bahwa semua makanan yang memabukkan adalah haram, diakui kebenaran
pernyataannya berdasarkan hadits. Kemudian premis bahwa jamur
psilocybe cubensis adalah memabukkan, kebenarannya bedasarkan temuan
ilmiah para ahli. Jadi kedua pernyataan yang dijadikan premis-premis harus
dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Barulah kemudian dirtarik sebuah
kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan tentu saja menggunakan syarat-
syarat yang telah diuraikan dalam ilmu logika khususnya bab silogisme.

Dalam konteks burhani, salah satu premis harus bersandar/mengacu pada


nash. Kemudian premis kedua diperoleh melalui metode induktif (istiqra’)
dari realitas empiris yang ada (baik realitas alam, sosial, humanitas maupun
keagamaan) melalui proses abstraksi. Realitas empiris bisa diperoleh
melalui indera, pengalaman, dan penelitian. Sementara proses abstraksi
merupakan hasil dari penalaran akal.
Syarat Silogisme Demonstratif
(Qiyas Burhani)
1. Mengetahui sebab yang menjadi alasan dari premis.

2. Menunjukkan konsistensi logis antara alasan dan


kesimpulan. Kedua hal ini termasuk syarat silogisme secara
umum.

3. Kesimpulan yang diambil bersifat pasti dan benar yang tidak


mungkin menimbulkan kebenaran atau kepastian yang lain.
Dan syarat ketiga inilah yang membedakan antara silogisme
umum dengan silogisme burhani.
Contoh
Silogisme Demonstratif
Premis mayor : semua makanan yang memabukkan adalah haram.
Premis minor : jamur psilocybe cubensis adalah makan yag memabukkan.
Kesimpulan/konklusi : jamur psilocybe cubensis adalah haram.

Contoh silogisme di atas menunjukkan bahwa posisi nash sangat penting


dalam upaya pengambilan kesimpulan atas hukum Islam, termasuk juga
dalam metode burhani. Al-Qur’an dan hadits merupakan referensi utama
dalam pembentukan salah satu premis.

Dalil tentang “semua makanan yang memabukkan adalah haram”


sebagaimana yang dijabarkan pada premis mayor berangkat dari
penjelasan hadist Nabi Muhammad. “Setiap yang memabukkan adalah
khamr, dan setiap khamr dalah haram.” (HR. Muslim).
Tokoh Islam yang Menerapkan
Epistemologi Burhani
IBNU RUSYD (Kalam dan Filsafat) IBNU KHALDUN (Sejarah
Ilmiah)
Beliau menolak pandangan
asy’ariyah tentang prinsip Sejarah ilmiah disini terdapat
(keserbabolehan) karena dianggap penelitian, penyelidikan, dan
mengingkari hokum kausalitas analisa yang mendalam akan
sebab atau latar belakang
terjadinya sesuatu.

AL- SYATIBI (Ushul Fiqh, Filsuf IBN HAZM (Ahli Fiqh,


Andalusia) Sejarawan)
Ushul fiqh didasarkan pada prinsip Beliau menyatakan bahwa cara
kuliyyah al- syariah dan prinsip al- untuk mengetahui
maqasid al- Syar’I, yang serupa hukumhukum syari’ah yaitu
dengan sebab akhir sebagai kembali kepada nas, dan nas
pembentuk penalaran burhani dapat diketahui dan dipahami
maknanya dengan akal.
Lorem ipsum dolor sit amet, animal
conceptam te his, legimus inimicus
dissentiet at sed, cum an idque possit
percipitur. Reque accusamus has cu.
Eam ex eros utinam, ut alii saepe
dignissim usu. Lorem
Giant
Template
Lorem ipsum dolor sit amet, animal conceptam
te his, legimus inimicus dissentiet at sed, cum
an idque possit percipitur. Reque accusamus
has cu. Eam ex eros utinam, ut alii saepe
dignissim usu. Lorem

Lorem ipsum dolor sit amet, animal conceptam


te his, legimus inimicus dissentiet at sed, cum
an idque possit percipitur. Reque accusamus
has cu. Eam ex eros utinam, ut alii saepe
dignissim usu. Lorem
Giant
Template
Lorem ipsum dolor sit amet, animal
conceptam te his, legimus inimicus
dissentiet at sed, cum an idque possit
percipitur. Reque accusamus has cu.
Eam ex eros utinam, ut alii saepe
dignissim usu. Lorem

Lorem ipsum dolor sit amet, animal


conceptam te his, legimus inimicus
dissentiet at sed, cum an idque possit
percipitur. Reque accusamus has cu.
Eam ex eros utinam, ut alii saepe
dignissim usu. Lorem
Giant
Template

Lorem ipsum dolor sit amet, animal conceptam te his, legimus inimicus dissentiet at sed, cum an idque
possit percipitur. Reque accusamus has cu. Eam ex eros utinam, ut alii saepe dignissim usu. Lorem

Lorem ipsum dolor sit amet, animal conceptam te his, legimus inimicus dissentiet at sed, cum an idque
possit percipitur. Reque accusamus has cu. Eam ex eros utinam, ut alii saepe dignissim usu. Lorem
Giant
Template
Lorem ipsum dolor sit amet,
animal conceptam te his,
legimus inimicus dissentiet at
sed, cum an idque possit
Giant
Template

Lorem ipsum dolor sit amet, animal


conceptam te his, legimus inimicus
dissentiet at sed, cum an idque
possit percipitur. Reque accusamus
has cu. Eam ex eros utinam, ut alii
saepe dignissim usu. Lorem
Giant
Template
Lorem ipsum dolor sit amet, animal conceptam
te his, legimus inimicus dissentiet at sed, cum
an idque possit percipitur. Reque accusamus
has cu. Eam ex eros utinam, ut alii saepe
dignissim usu. Lorem

Anda mungkin juga menyukai