Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH

DISCOVERY LEARNING 1

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 1
Oleh :Kelompok 3

Rifqiyani Audah 11151040000041


Nida Fadhilah Haq 11151040000042
Desi Haryati 11151040000044
Sellie Damayanti 11151040000045
Tamara Nur Putri 11151040000046
Benita Dwininditya 11151040000047
Vigur Guevara 11151040000048
Ayu Siwi Dwi Jayanti 11151040000049
Nurhasanah 11151040000050
Siti Ayu Ningsih 11151040000051
Annisa puteri Ashara 11151040000052
Devi Ayu Lestari 11151040000053
Siti Patmawati 11151040000108
John Faizal Noer 11151040000109
Wafi Nursyifa h.q 11151040000110
Al Hidayah 11151040000111
Sri Nuraeni 11151040000112
Desi Rahmawati Dewi 11151040000113

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Discovery Learning 1 tentang
Budaya Masyarakat Indonesia yang mempengaruhi praktik Keperawatan Maternitas.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Akhr kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami dan dipelajari bagi
siapapun yang membacanya. Sekian kata pengantar yang dapat kami sampaikan akhirul kalam
wassalamualaikum wr.wb.

Ciputat, 23 Maret 2017

Penyusun

Kelompok 3 DL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .............................................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 5
Latar belakang ........................................................................................................................................ 5
Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 6
Tujuan ..................................................................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 7
2.1 KONSEP TENTANG BUDAYA DAN KEHIDUPAN ................................................................................. 7
2.1.1 Definisi Budaya dan kebudayaan ................................................................................................. 7
2.1.2 Unsur-unsur Budaya dan Kebudayaan......................................................................................... 7
2.1.3 Wujud Budaya .............................................................................................................................. 9
2.1.4 Pemahaman tentang Nilai.......................................................................................................... 10
2.1.5 Macam-Macam Nilai .................................................................................................................. 10
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS ........................................................................... 12
Keperawatan Maternitas .................................................................................................................... 12
Standar Etik dan Aspek Legal Dalam Keperawatan Maternitas .......................................................... 13
Trend dan Isu Keperawatan Maternitas (Kesehatan Reproduksi Pranikah) dan Konsep Family Centre
............................................................................................................................................................ 14
Pengelolaan Pelayanan Asuhan Keperawatan Maternitas ................................................................. 18
Memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif pada bayi, ibu dan keluarga pada masa
post partum ........................................................................................................................................ 20
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia ...................................................................................... 21
Program Pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Anak Di Indonesia............................................................. 24
2.2.8 FORMAT PENGKAJIAN ................................................................................................................ 26
2.3 ASPEK BUDAYA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS ................................................................ 47
BAB III .......................................................................................................................................................... 69
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 69
kesimpulan ........................................................................................................................................... 69
Saran ..................................................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 71
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa
melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari
beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan
adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.(Depkes,2004)

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang
sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS
dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas,
membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal
selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi
tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan
menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40
hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisiyang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Berdasarkan konsep di atas, konsep asuhan keperawatan maternitas juga dilaksanakan


secara komprehensif yang mencakup seluruh aspek dalam diri individu. Pengetahuan perawat
tentang aspek kebudayaan akan memberikan implikasi yang positif dalam melaksanakan
proses keperawatan yang efektif.
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidupmanusia sebagai
warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Dalam tiap kebudayaan terdapat
berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan.terdapat kebudayaan yang
bertentangan dengan kesehatan namun, di sisi lain ada
kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti kebudayaan yang berlaku
tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini
petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala
rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugaskesehatan adalah meluruskan anggapan
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana konsep tentang budaya dan kebudayaan ?
 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan maternitas ?
 Bagaimanakah aspek budaya dalam keperawatan maternitas ?
 Bagaimana sajakah ragam indonesia yang berhubungan dengan maternitas ?
 Apa pengaruh budaya terhadap keperawatan maternitas ?
 Larangan dan anjuran budaya apa sajakah yang berhubungan dengan medis ?
 Larangan dan anjuran budaya apa sajakah yang bertentangan dengan medis ?

1.3 Tujuan
 Mengerti dan mengetahui konsep tentang budaya dan kebudayaan
 Memahami konsep asuhan keperawatan maternitas
 Mengetahui aspek budaya apa sajakah yang ada dalam keperawatan maternitas
 Mengetahui dan memahami ragam indonesia yang berhubungan dengan maternitas
 Mengetahui pengaruh budaya terhadap keperawatan maternitas
 Mengerti dan mengetahui Larangan dan anjuran budaya apa sajakah yang
berhubungan dengan medis
 Mengetahui dan memahami Larangan dan anjuran budaya apa sajakah yang
bertentangan dengan medis
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KONSEP TENTANG BUDAYA DAN KEHIDUPAN
2.1.1 Definisi Budaya dan kebudayaan
Budaya merupakan suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “ daya
dari budi” yang berupa cipta,karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasul dari cipta,
karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu di tiadakan. Kata budaya di
sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama.
(Nooorkasiani dkk,2014)

Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia yang meruoakan
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat). Selain itu, bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
awalnya bersifat tertib dan damai.

A.L. Kroeber dan C. Khuckhohn dalam bukunya Culture, Acritcal Review of Concepts
and Definitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau enjelmaan kerja
jiwa manusia dalam arti seluas luasnya.

2.1.2 Unsur-unsur Budaya dan Kebudayaan


Menurut Kluckkhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal yaitu :

1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan


Merupakan produk manusia serba homo religius. Manusia yang
memilikikecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya
terdapat kekuatan kekuatan lain yang maha besar yang dapat “ menghitam putihkan”
kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembahNya dan lahirlah
kepercayaan yang sekarang menjadi agam. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut
agar mau menuruti kemauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan sebagai upacara
keagamaan.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa
tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara
menyusun organisasi kemasyarakan sebagai tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam masyarakat tradisional,
sistem gotong royong seperti yang terdapat di Indonesia merupakan contoh yang khas,
sedangkan dalam masyarakat modern, pengaturannya sudah dalam tingkat negara atau
antar bangsa.
3. Sistem Pengetahuan
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh
dari pemikiran sendiri, selain dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk
mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain
melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas. Apabila pengetahuan itu
dapat dibukukan, penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
4. Sistem Mata Pencarian Hidup
Merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat
kehidupan manusia secara umum terus meningkat. Dalam tingkat food gathering,
kehidupan bercocok tanam, beternak, mengusahakan kerajinan, lalu berdagang, manusia
semakin dapat mencukupi kebutuhannya yang terus maningkat, kadang-kadang
cenderung sebagai keserakahan.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homofaber. Bersumber dari
pemikirannya yang cerdas serta di bantu dengan tangannya yang dapat memegang
sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus menggunakan suatu alat.
6. Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada
mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), kemudian disempurnakan dalam bentuk
bahasa lisan dan akhirnya, menjadi bahasa tulisan. Bahasa-bahasa yang telah maju
memiliki kekayaan kosa kata yang besar jumlahnya sehingga makin komunikatif.
7. Kesenian
Merupakan produk dari manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia dapat
mencukupi kebutuhan fisiknya, menusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk
memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
makan saja, tetapi juga memerlukan pemandangan yang indah dan suara yang merdu.

2.1.3 Wujud Budaya


Wujud budaya menurut J.J. Honigmann (1959) adatiga yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan , nilai, norma, peraturan,
dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
didoto. Lokasinya ada didalam kepala atau alam pikiran masyarakat tempat kebudaan itu hidup.
Bila masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, lokasi dari kebudayaan
ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis dari masyarakat
bersangkutan. Sekarang, kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi
mikro-film dan microfish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer. (Nooorkasiani dkk,2014)

Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat dan
memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu tidak lepas satu dari yang lainnya, tetapi selalu
berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini adalah
sistem budaya. Dalam bahasa indonesia, terdapat pula istilah lain yang sangat tepat untuk
menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yakni adat atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya.
(Nooorkasiani dkk,2014)

Wujud kedua dari kebudayaan yang di sebut sistem sosial berkaitan dengan tindakan
berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yangberinteraksi, berhubuangan, serta bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari,
dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret,
terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat di observasi, difoto, dan didokumentasi. (Nooorkasiani
dkk,2014)

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebuyaan fisisk, dan tidak memerlukan banyak
penjelasan. Kebudayaan fisik merupakan semua hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat sehingga bersifat nyata dan berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Terdapat benda-benda yang sangat besar, misalnya gadung
yang tinggi. Ada pula benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti CT Scan atau
benda-benda yang besar dan bergerak seperti pesawat terbang; ada bangunan hasil karya seni
arsitek seperti candi yang indah; ada pula benda-benda kecil, sperti kain batik atau yang lebih
kecil lagi, yaitu kancing baju. (Nooorkasiani dkk,2014)

2.1.4 Pemahaman tentang Nilai

Nilai yang dalam bahasa Inggrisnya adalah value biasa diartikan sebagai harga,
penghargaan, atau taksiran. Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau
penghargaan terhadap sesuatu. Bambang Daroeso (1986:20) mengemukakan bahwa nilai adalah
suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku
seseorang. Darji Darmodiharjo (1995: 1) mengatakan bahwa nilai adalah kualitas atau keadaan
sesuatu yang bermanfat bagi manusia, baik lahir maupun batin. Sementara itu Widjaja (1985:
155) mengemukakan bahwa menilai berati menimbang, yaitu kegiatan menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain (sebagai standar), untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan
itu dapat menyatakan : berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, indah atau tidak
indah, baik atau tidak baik dan seterusnya. Menurut Fraenkel, sebagaimana dikutip oleh
Soenarjati Moehadjir dan Cholisin (1989:25), nilai pada dasarnya disebut sebagai standar
penuntun dalam menentukan sesuatu itu baik, indah, berharga atau tidak.

2.1.5 Macam-Macam Nilai


Secara aksiologis, nilai itu dibagi macamnya menurut kualitas nilainya, yaitu ke dalam
nilai baik dan buruk yang dipelajari oleh etika, dan nilai indah dan tidak indah yang dipelajari
oleh estetika. Akan tetapi macam-macam nilaikemudian berkembang menjadi beraneka ragam,
tergantung pada kategori penggolongannya. Sebagai contoh, dikenal adanya nilai kemanusiaan,
nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonmis, nilai praktis, nilai teorits, dan sebagainya. Nilai sosial,
nilai budaya dan sebagainya termasuk macam nilai yang didasarkan pada kategori bidang dari
obyek nilai. Sedangkan nilai praktis, nilai teoritis dan sebagainya termasuk macam nilai yang
didasarkan pada kategori kegunaan obyek nilai itu. Dengan demikian ragam nilai dapat menjadi
sangat banyak, bahkan semua yang ada ini mengandung nilai. Dengan kata lain, nilai itu dapat
melekat pada apa saja, baik benda, keadaan, peristiwa dan sebagainya.

Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono (1991: 15) membagi nilai
menjadi tujuh macam, yaitu :
(1) nilai intelektual.
(2) nilai personaldan fisik.
(3) nilai kerja.
(4) nilai penyesuaian.
(5) nilai social.
(6) nilai keindahan.
(7) nilai rekreasi.
Sementara itu Notonagoro membagai nilai menjadi tiga macam, yaitu :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan
atau aktivitas
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, yang meliputi :
a. Nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber pada unsur akal
manusia (rasio, budi, cipta)
b. Nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis)
c. Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau kemauan
manusia (karsa, etis)
d. Nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, nilai kerohanian yang tertinggi
dan mutlak
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
Konsep keperawatan maternitas berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran
merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial
dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai
pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya
sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.
 Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan
yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi Konsep

2.2.1 Keperawatan Maternitas


Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional keperawatan
yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) yang berkaitan dengan system
reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur
40 hari, beserta keluarganyadan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam
mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa
diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan
kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita
masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim
kesehatan lain untuk kondisikondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-
sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan
tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan
dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat.
Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien,
keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.
2.2.2 Standar Etik dan Aspek Legal Dalam Keperawatan Maternitas
Etika atau Etos (Yunani) berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan benar
tidaknya suatu perbuatan. Merupakan model perilaku dan standar yang diharapkan. Hal yang
berhubungan dengan pertimbangan perawatan yang mengarah ke pertanggungjawaban moral
yang mendasar asuhan keperawatan. Penerapan Etika Dalam Keperawatan Maternitas terbagi
menjadi :
a. Terhadap Individu
 Wajib menghormati kepercayaan individu.
 Menghormati nilai, adat, kebiasaan individu.
 Memegang teguh kerahasiaan informasi individu.
b. Terhadap Praktik Keperawatan
 Bertanggung jawab melaksanakan tugas.
 Wajib memelihara standar keperawatan.
 Mempertimbangkan kemampuan individu dalam melimpahkan tanggung jawab.
c. Terhadap Profesi
 Membantu perkembangan profesi.
 Berperan serta dalam memperbaiki standar keperawatan.
 Meciptakan dan membina kondisi kerja yang adil ditinjau dari segi sosial dan
ekonomi.
d. Terhadap Profesi Lain
 Mampu bekerjasam dengan membina hubungan baik masyarakat, bangsa dan negara.
Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas yaitu:
1. Holistik
2. Penghargaan terhadap pasien.
3. Peningkatan kemampuan pasien Kemandirian
4. Pemanfaatan & peningkatan sumber daya yang diperlukan
5. Proses keperawatan
6. Berpusat pada keluarga= FCMC (Family Centered Maternity Care)
7. Caring: Siap dengan klien; Menghargai system nilai; Memenuhi kebutuhan dasar klien;
Penyuluhan/konseling kesehatan.
2.2.3. Trend dan Isu Keperawatan Maternitas (Kesehatan Reproduksi Pranikah) dan Konsep
Family Centre
1. Kesehatan Reproduksi Pranikah
Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya
dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku
seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Lebih gawatnya lagi, seks bebas
(free sex) itu kini telah menjadi tren oleh beberapa kelompok pelajar serta merupakan bagian
dari budaya yang ada di masyarakat.
Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati
secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk
melakukan perilaku seks pranikah. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi yang
sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama
dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong
seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula.
Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang
dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap
pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan
romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin
menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh
kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia
didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.
Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak
hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri.
Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin
mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang
juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling
mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah
pada remaja adalah berkembangnya organ seksual.
Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi
yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari
sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini
sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang
membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu
sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan
dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya
sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat,
melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat
diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya
perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang
berbeda.
Oleh karena itu sex education sudah seharusnya diberikan kepada peserta didik sejak dini,
terlebih buat yang sudah beranjak remaja, meskipun masih diambang pro dan kontra. Namun
hal ini di anggap penting karena mengacu pada dua aspek, yaitu untuk mencegah ambigunya
pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Karena rata-rata saat para pelajar tumbuh menjadi remaja, mereka belum mengerti dengan
seks, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal
yang tabu. Sehingga para pelajar yang begitu penasaran akan pengetahuan seks akan
mencari tahu sendiri informasi terkait seks melalui berbagai media.
Karena saat ini berbeda dengan pada masa lalu, informasi tentang seks begitu
gampangnya diakses oleh siapapun. Apalagi sikap remaja saat ini sangat kritis, yang selalu
ingin tahu dan ingin mencoba. Bahkan akibat faktor tersebutlah, mereka tanpa sadar telah
terjerumus ke dalam hal-hal negatif seperti free sex, tingginya hubungan seks di luar nikah,
kehamilan yang tidak diinginkan, sampai pada penularan PSM seperti halnya HIV AIDS.
Hal inilah yang dijadikan aspek kedua.
Banyak orang yang merasa hidup dan kesehatannya normal maka tidak perlu memeriksa
kesehatan pra nikah. Belum lagi harga pemeriksaan pra nikah lumayan mahal dan juga
masih belum menjadi kewajiban bagi calon pasangan pra nikah untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan. Atau ada juga yang memang takut untuk memeriksa kesehatan pra
nikah apabila hasilnya ada sesuatu hal yang tidak normal sehingga mengancam pernikahaan
itu sendiri. Pemeriksaan kesehatan pra nikah penting agar pasangan suami istri terhindar dari
penyakit yang berbahaya seperti penyakit kelamin ataupun penyakit keturunan. Pemeriksaan
kesehatan pra nikah bukan hanya untuk calon bunda saja, tapi penting juga untuk calon
ayah. Pemeriksaan kesehatan pra nikah bisa juga di tujukan untuk kesehatan reproduksi,
misalnya untuk mengetahui mengenai organ reproduksi yang hubungannya ke masalah
keturunan seperti kesulitan memiliki anak atau masalah kesehatan calon anaknya kelak.
Waktu yang paling baik untuk pemeriksaan kesehatan pra nikah adalah satu bulan
sebelum menikah. Namun bisa juga diperiksa enam bulan sebelum menikah, mengingat
persiapan nikah biasanya enam bulan sebelum acara. Selain itu enam bulan juga waktu yang
cukup panjang untuk menyembuhkan beberapa penyakit seperti TBC, infeksi atau hepatitis.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi cek darah keseluruhan, penyakit keturunan dan infeksi
saluran reproduksi. Pengecekan darah merupakan yang paling penting karena banyak hal
yang bisa diketahui dari pemeriksaan darah seperti kelainan atau penyakit tertentu. Misalnya
perbedaan rhesus, banyak para calon ayah dan calon bunda yang tidak mengetahui rhesus
darah masing-masing. Jika calon bunda memiliki rhesus negatif dan calon ayah memiliki
rhesus positif maka sudah sepatutnya diwaspadai atau konsultasikan ke dokter kandungan
karena bisa menyebabkan terkena erythoblastosis foetalis.
Pemeriksaan kesehatan pranikah melalui darah juga bisa mengetahui penyakit keturuanan
secara genetis kepada anak seperti talasemia. Yaitu penyakit kelainan darah karena tidak
optimalnya produksi sel darah merah. Leukimia yaitu kanker sel darah putih yang jumlahnya
melebihi normal. Hemofilia yaitu kelainan darah yang sulit membeku apabila terjadi luka.
Penyakit menular yang diakibatkan oleh hubungan seksual seperti HIV dan sifilis juga bisa
dideteksi oleh cek darah. Imunisasi hepatitis B diperlukan apabila salah satu pasangan
menderita penyakit Hepatitis B. Untuk pemeriksaan melalui USG dapat dideteksi apakah
calon istri menderita kista, tumor, mioma atau keputihan. Dengan pendeteksi maka bisa
diobati lebih dini. Yang terakhir untuk pemeriksaan kesehatan pranikah adalah test TORCH,
sangat lengkap dan cenderung mahal. Dimana test ini untuk mengetahui keberadaan virus
toksoplasma, rubella, cytomegalo atau herpes. Virus tersebut memang tidak langsung terasa
menyakiti tubuh calon bunda, tapi bisa membahayakan kesehatan janin ketika bunda hamil.
Pada umumnya calon bunda tidak melakukan test TORCH karena harganya mahal dan
tingkat kasus rubella dan cytomegalo masih jarang di Indonesia. Sebenarnya masih ada
pemeriksaan kesehatan sebelum nikah, tapi ada baiknya untuk yang satu ini dilakukan
setelah menikah. Test kesuburan sebaiknya dilakukan setelah menikah atau bahkan setelah
sudah lama tidak mendapat kehamilan.
2. Model Konsep Keperawatan Maternitas
Pelayanan profesional yang ditujukan kepada klien (manusia) beserta keluarganya yang
berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan Falsafah “Family Centered Maternity
Care” (May & Mahlmeister, 1990) diantaranya :
 Keluarga dapat membuat keputusan sendiri jika diberikan informasi yg adekuat dan
dukungan profesional
 Kelahiran adalah peristiwa yang normal atau sehat
 Kelahiran adalah set awal hubungan keluarga yg penting
Falsafah “Family Centered Maternity Care” Reeder, Martin & Koniak-Griffin (1997)
 Hak setiap individu untuk lahir sehat
 Pengalaman reproduksi bukanlah pengalaman pribadi seorang ibu saja melainkan
keluarga
 Childbearing adalah satu tahapan perkembangan manusia
 Perubahan fisiologis dan adaptasi selama childbearing cenderung membuat keluarga
rentan terhadap proses perubahan dan adaptasi yang terjadi
 Budaya dan beberapa aspek social dapat mempengaruhi hasil reproduksi dan proses
childbearing dalam keluarga
Falsafah “Family Centered Maternity Care” Reeder, Martin & Koniak-Griffin (1997)
 Hak setiap individu untuk lahir sehat
 Pengalaman reproduksi bukanlah pengalaman pribadi seorang ibu saja melainkan
keluarga
 Childbearing adalah satu tahapan perkembangan manusia
 Perubahan fisiologis dan adaptasi selama childbearing cenderung membuat keluarga
rentan terhadap proses perubahan dan adaptasi yang terjadi
 Budaya dan beberapa aspek social dapat mempengaruhi hasil reproduksi dan proses
childbearing dalam keluarga

2.2.4 Pengelolaan Pelayanan Asuhan Keperawatan Maternitas


Pemberian dan pengelolaan asuhan keperawatan
 Meningkatkan kesehatan keluarga yang berfokus pada kondisi ibu saat ini dan Keluarga
Berencana
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif mengenai riwayat dan melaksanakan
pengkajian fisik yang berfokus pada kondisi ibu.
b. Melakukan analisa hasil laboratorium, seperti Hb, Ht, analisa urine atau hasil
mikroskopi
c. Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling yang tepat, termasuk konseling
pranikah.
d. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana yang dapat diterima oleh budaya yang
ada
e. Melakukan perawatan pada penyakit menular seksual serta masalah ginekologi
f. Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi
terhadap wanita dalam siklus kehidupannya termasuk penyakit menular seksual,
HIV/AIDS dan kesehatan remaja.
 Memberikan pelayanan antenatal yang effektif pada ibu hamil melalui kunjungan
antenatal
a. Pengkajian riwayat kunjungan antenatal, pemeriksaan fisik dan menjelaskan hasil
pemeriksaan pada ibu hamil
b. Melakukan pemeriksaan kehamilan
c. Pemberian vitamin, imunisasi TT
d. Mengkaji status nutrisi ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin
e. Melakukan pemeriksaan abdominal yang lengkap termasuk tinggi fundus uteri,
posisi janin, dan penurunan presentasi janin.
f. Memfasilitasi adaptasi fisiologis dan psikologis dan social
g. Edukasi antenatal (kelas prenatal), termasuk persiapan persalinan, bimbingan
senam hamil, dan persiapan menjadi orang tua.
h. Mengidentifikasi tanda-tanda tidak normal selama kehamilan dan melakukan
intervensi
i. Melakukan rujukan bila diperlukan
 Memberikan dukungan fisik dan psikologis selama masa persalinan.
a. Melakukan pengkajian riwayat kesehatan yang spesifik dan pemeriksaan fisik,
abdomen dan pelvik untuk mengetahui posisi dan penurunan janin
b. Menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
c. Melakukan rujukan bila ditemukan penyimpangan
d. Memberikan dukungan psikologis untuk ibu dan keluarganya
e. Memberikan nutrisi dan hidarasi yang adekuat dan perawatan kandung kemih
f. Memberikan penatalaksanaan nyeri persalinan secara non farmakologi.
g. Mengidentifikasi dengan cepat keadaan abnormal dan komplikasi, dan melakukan
intervensi atau rujukan dengan tepat.
h. Melakukan amniotomi dan episiotomy
i. Melakukan pertolongan persalinan normal.
j. Melakukan periniografi sampai laserasi tingkat II
k. Memberikan obat utero-tonika
l. Memberikan infus dalam berbagai kondisi emergensi
m. Melakukan rujukan bila diperlukan
n. Melakukan manajemen aktif kala III dan meingkatkan kedekatan ibu-bayi
o. Melakukan secepat mungkin pemberian ASI, dan memfasilitasi pemberian ASI
eksklusif
p. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
q. Melakukan pengkajian fisik, neurologik, refleks dan perilaku pada bayi baru lahir
r. Melakukan penatalaksanaan kala IV
s. Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dan mengidentifikasi
kebutuhan ibu selanjutnya
2.2.5 Memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif pada bayi, ibu dan keluarga
pada masa post partum
a. Melakukan pengkajian tentang riwayat kehamilan dan persalinan
b. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada involusio uteri, penyembuhan
luka jahitan, dan laserasi
c. Memfasilitasi pemberian ASI eksklusif
d. Memberikan pendidikan pada orang tua tentang cara perawatan diri dan bayi baru
lahir.
e. Mengidentifikasi komplikasi postnatal (fisik dan psikologis) dan melakukan
rujukan ke pelayanan kesehatan lain bila diperlukan
f. Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dan mengidentifikasi
kebutuhan selanjutnya
g. Melakukan persiapan dan perencanaan pulang
h. Melakukan perawatan pada ibu nifas dengan kondisi khusus
i. Memberi bimbingan pada klien yang mengalami proses berduka
j. Melakukan bimbingan senam nifas
k. Memberikan pelayanan keperawatan pada klien pasca aborsi
l. Memberikan edukasi dan konseling mengenai pengaturan kehamilan, manajemen
laktasi, dan pencegahan PMS, termasuk HIV/AIDS
 Memberikan pelayanan keperawatan pada bayi sampai usia 40 hari.
a. Memberikan perawatan pada bayi baru lahir dengan mempertahankan kehangatan,
mengeringkan dan meyakinkan bahwa jalan nafas efektif
b. Mengidentifikasi permasalahan pada bayi baru lahir
c. Melakukan stimulasi tumbh kembang bayi
d. Melakukan pijat bayi
e. Melakukan imunisasi bayi
f. Melakukan pemeriksaan fisik, dan melakukan monitor kondisi yang abnormal pada
periode transisi
 Memberikan pelayanan yang komprehensif kepada perempuan di luar masa perinatal
(remaja, perempuan diantara dua kehamilan, perempuan pada saat klimakterium,
perempuan dengan masalah ginekologi dan keganasan,dan perempuan yang mengalami
tindak kekerasan dan penganiayaan).
a. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman (penyediaan shelter) pada
perempuan korban kekerasan, termasuk korban perkosaan
b. Melakukan kerja sama lintas sektoral dalam pemberdayaan perempuan
c. Memberikan asuhan keperawatan pada remaja dengan kehamilan
d. Memberikan konseling dan edukasi masalah kesehatan remaja : bahaya merokok,
penyalahgunaan obat-obatan/napza, tindak kekerasan seksual, dan nutrisi.
e. Memberikan edukasi, konseling dan rujukan untuk perempuan dengan masalah
infertilitas, skrining genetik, disfungsi seksual, masalah psikososial : KDRT, stress,
dan pelecehan seksual.
f. Memberikan edukasi dan konseling pada perempuan dengan ganguan menstruasi
dan keganasan
g. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengatasi masalah klien
bila diperlukanMelakukan rujukan
i. Mengembangkan dan mempertahankan kualitas sistem pelayanan

2.2.6. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia


Menurut data tahun 2008 di Indonesia, setiap ibu meninggal setiap jamnya akibat
komplikasi kehamilan. Dengan kata lain, lebih dari 9.500 ibu di Indonesia meninggal setiap
tahun. Sebagai perbandingan, kematian ibu di Filipina adalah sekitar 1.900, di Thailand sekitar
420, dan di Malaysia hanya sekitar 240 setiap tahunnya.(Bopak,2004). Sebagian besar dari
kematian ibu ini sebenarnya dapat dicegah. Kematian ibu lebih tinggi pada populasi dengan
karakteristik berikut:
 Tinggal di daerah pedesaan atau terpencil.
 Tingkat pendidikan ibu yang rendah
 Tingkat pendapatan yang rendah
 Hampir seperempat dari seluruh kelahiran (22.7%) di Indonesia tidak mendapat
pertolongan dari tenaga kesehatan terlatih.
Terdapat kesenjangan yang nyata antar propinsi, di mana hampir seluruh (97%) persalinan
di Propinsi DKI Jakarta ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sementara hanya 33% persalinan
di propinsi Maluku yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih . Keadaan Saat Ini dan Posisi
Indonesia dalam Mencapai Millennium Development Goal 5
Angka Kematian Ibu adalah salah satu indikator keberhasilan MDG 5. Di Indonesia,
kecendrungan penurunan AKI dapat dilihat dari periode 1990-1994 dengan AKI 390/100.000
kelahiran hidup, yang kemudian turun menjadi 334/100.000 kelahiran hidup pada survei periode
1990-2000 dan menjadi 307 pada tahun 2003. Survei terakhir menunjukkan AKI di Indonesia
adalah 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, namun angka ini masih jauh dari target MDG
5 untuk Indonesia yakni 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga, walaupun Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia terus menurun, Indonesia diperkirakan tidak akan mencapai target MDG 5
pada tahun 2015.
Penyebab kematian ibu hamil adalah komplikasi kehamilan itu sendiri. Komplikasi utama
yang menyebabkan sekitar 80% kematian ibu hamil adalah:
a. Perdarahan saat persalinan
b. Infeksi (biasanya setelah persalinan)
c. Tekanan darah tinggi pada kehamilan (pre-eclampsia dan eclampsia)
Sebagian besar penyebab kematian ibu dapat diatasi, karena penanganan medis untuk
komplikasi-komplikasi utama telah diketahui. Namun, permasalah terletak pada 3, antara lain:
a. Akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang berkualitas
b. Keterbatasan tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil dan sulit dicapai
c. Rendahnya pengetahuan sebagian masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu
d. Rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, yang tidak hanya akan memperberat
komplikasi kehamilan tapi juga penyebab bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
Ibu hamil di daerah terpencil tidak memiliki akses yang baik ke fasilitas kesehatan. Perbandingan
jumlah penduduk dan tenaga kesehatan pun masih jauh di bawah standar. Yang lebih penting
adalah kualitas pelayanan yang diberikan, di mana sebagian besar kematian ibu di propinsi-
propinsi di pulau Jawa justru terjadi di rumah sakit rujukan. Jadi, permasalahan kesehatan ibu
tidak bisa dituntaskan dengan hanya memfokuskan usaha kesehatan di satu hal tertentu, misalnya
di pengadaan bidan desa saja, tapi seharusnya ke usaha yang lebih holistik, termasuk fasilitas
bersalin lanjutan (BAPPENAS: 2011).
Selain ibu, kondisi kesehatan anak juga tidak luput dari perhatian. Kesehatan adalah satu
masalah yang harus diperhatikan dengan serius. Dan memang selama ini pemerintah tidak
pernah main-main dengan segala kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan anak. Beberapa
kasus kesehatan anak yang akhirnya menjadi KLB atau Kasus Luar Biasa hingga akhirnya
pemerintah mengeluarkan keputusan untuk wajib mendapatkan imunisasi tertentu di wilayah
tersebut, itu merupakan satu sebagian kecil dari banyak kasus masalah kesehatan anak Indonesia
yang langsung ditangani oleh pemerintah. Berikut ini adalah daftar beberapa masalah kesehatan
anak Indonesia:

1. Gizi Buruk
Pemahaman orang tua akan pentingnya pemenuhan gizi bagi anak masih belum maksimal
terutama pada orang tua di daerah. Minimnya pendidikan serta tingginya kepercayaan
masyarakat terhadap mitos membuat masalah gizi buruk ini menjadi agak susah untuk ditangani.
Dan tentu saja, faktor kemiskinan memegang peranan penting pada masalah kesehatan anak
Indonesia ini.
2. ASI
Apapun alasannya, ASI tetap yang terbaik bagi bayi dan anak. Namun sayangnya, tidak
banyak orang tua yang sadar dan mengetahui bahwa ASI bisa membantu anak untuk memiliki
sistem kekebalan tubuh yang prima sehingga banyak orang tua yang cenderung memilih untuk
memberikan susu formula bila dibanding dengan memberikan ASI bagi anak mereka. Tenaga
kesehatan, baik itu bidan, dokter, dll memegang peranan penting untuk bisa mensosialisasikan
tentang pentingnya ASI bagi kesehatan anak Indonesa.
3. Imunisasi
Walaupun masih terjadi pro dan kontra di masyarakat tentang arti pentingnya imunisasi,
namun yang perlu digaris bawahi adalah imunisasi merupakan salah satu upaya orang tua untuk
mengantisipasi anak mereka supaya tidak terpapar beberapa jenis penyakit.
4. Kekurangan Zat Besi
Bisa dibilang hampir sebagian besar anak Indonesia kekurangan zat besi karena sebenarnya
sejak usia 4 bulan bayi harus diberi tambahan zat besi. Namun tidak semua orang tua menyadari
dan mengetahui masalah ini. Kekurangan zat besi atau yang terkadang disebut dengan defisiensi
zat besi akan berdampak bagi pertumbuhan anak di kemudian hari. Oleh karena itu, ini
merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian orang tua.
5. Kekurangan Vitamin A
Mata adalah salah satu indera yang berperan penting bagi masa depan anak. Kekurangan
vitamin A bisa menyebabkan berbagai masalah penyakit mata yang tentu saja bila tidak
ditangani dengan baik bisa menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, sebaiknya sejak hamil ibu
sudah harus mulai memperhatikan asupan vitamin A sesuai dengan kebutuhan.
6. Kekurangan Yodium
Ini merupakan masalah klasik bagi kesehatan anak Indonesia. Banyak ditemukan anak
Indonesia yang kekurangan yodium sehingga menderita penyakit pembengkakan kelenjar
gondok. Seorang ibu yang pada saat hamil menderita penyakit pembengkakan kelenjar gondok
secara otomatis akan melahirkan bayi yang kekurangan yodium.

2.2.7 Program Pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Anak Di Indonesia


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian
ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak. Kegiatan
Pemeliharaan Kesehatan ibu diantaranya
 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
 Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
 Pemantauan tumbuh kembang balita.
 Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kalidan
campak 1 kali pada bayi.
 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
 Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam penyakit
ringan.
 Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta bayi-
bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)
 Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi sertakader-
kader kesehatan.
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang
ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya
program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian
bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu telah dicanangkan oleh badan internasional dan pemerintah guna meningkatkan
kesadaran dunia tentang pengaruh kematian dan kesakitan ibu serta untuk mendapatkan
pemecahan masalahnya.
Upaya-upaya tersebut diantaranya :
1. Safe Motherhood
Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International Conference on Safe Motherhood,
Nairobi, 1987.3 Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan
melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta
dukungan dari berbagai badan internasional.
Empat pilar Safe Motherhood adalah :
 Keluarga Berencana
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat
untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan
yang tidak diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu
banyak anak.
 Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal memiliki tujuan untuk:
a. Mencegah adanya komplikasi obstetric
b. Mendeteksi komplikasi sedini mungkin
c. Penanganan secara memadai dan professional
d. Persalinan yang bersih dan aman
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong
kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan
pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi
 Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk
risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.

2. Making Pregnancy Safer (MPS)


Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka
panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini
difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk
menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang
dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy Safer (MPS)” melalui tiga pesan kunci. Pelaksanaan
MPS sendiri memfokuskan dalam 3 hal sebagai berikut : setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat,
dan setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.

2.2.8 FORMAT PENGKAJIAN

1. PENGKAJIAN PRENATAL
DATA UMUM KLIEN DAN PASANGAN

1. Initial klien :

2. Usia :

3. Status perkawinan :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan terakhir :

7. Alamat :

8. Inisial Suami :

9. Usia :

10. Agama :
11. Pekerjaan :

12. Pendidikan terakhir :

13. Alamat :

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

NO TAHUN JENIS PENOLONG JENIS KEADAAN MASALAH


PERSALINAN KELAMIN BAYI KEHAMILAN
WAKTU
LAHIR

Pengalaman menyusui : ya/ tidak Berapa lama : …………………….

Masalah saat menyusui : ada/ tidak, kalau ada

jelaskan……………………………………………..

Riwayat ginekologi :

Menarche :…………………………….. Dismenorhea : ………………………….

Riwayat KB : (jenis, lama pemakaian, efek samping)

Riwayat kehamilan saat ini

HPHT : ……………………………………… Taksiran partus : ………………………


BB sebelum hamil : ……..kg BB saat hamil: ……..kg TB: ……. cm

Berapa kali periksa hamil : ……………………… tempat periksa/pemeriksa :

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status obstetric : G…..P…….Ab……… Usia kehamilan : ……………


Keadaan umum : ……………………….. Kesadaran : …………

Tanda – tanda vital

TD saat ini: ………………mmHg TD sebelum hamil : ………………mmHg

Nadi : ………………x/mnt Suhu : ……………˚C Pernafasan : ………… x/mnt

Pemeriksaan fisik

1. Kepala Leher

Kepala

Mata

Hidung

Mulut

Telinga

Leher

Masalah khusus : ……………………………………………………………..

2. Dada

Jantung

Paru

Payudara
Puting susu : menonjol / datar

Areola kehitaman : ya /tidak

Pengeluaran ASI :

Masalah khusus : ……………………………………………………………………

3. Abdomen

a) Uterus

Kontraksi : ya/ tidak

Leopold I : kepala/ bokong/ kosong

Tinggi fundus uteri …………cm, Taksiran Berat Janin :………… gram

Leopold II : Kanan : punggung/ bagian kecil/ bokong/ kepala

Kiri : punggung/ bagian kecil/ bokong/ kepala

Denyut jantung janin : ………. x/mnt

Leopold III : kepala/ bokong/ kosong

Leopold IV : bagian masuk PAP : …………………………………

Pigmentasi

o Linea nigra

o Strie gravidarum

b) Fungsi pencernaan : ……………………………………..

Masalah khusus : ……………………………………..

4. Perineum dan genital

Vagina varises : ya/ tidak


Kebersihan : ………………………………………

Keputihan

Jenis/ warna : ……………………………………..

Konsistensi : ……………………………………..

Bau : ……………………………………..

Hemorrhoid : derajat ………………… lokasi ………………….

Berapa lama ……………………………. Nyeri : ya/ tidak

Masalah khusus : ……………………………………………

5. Ekstremitas

Ekstremitas atas

Lingkar Lengan Atas : …… cm

Edema : ya/ tidak

Ekstremitas bawah

Edema : ya/ tidak

Varises : ya/ tidak

Reflex patella : +/ -, jika ada : +1/ +2/ +3

Masalah khusus : …………………………………………..

Eliminasi

BAK

Frekuensi :

Jumlah :
Warna Urine :

Masalah khusus :

BAB

Frekuensi :

Konsistensi :

Jumlah :

Konstipasi : ya/tidak

Masalah khusus : ……………………………………………

Istirahat dan kenyamanan

Kebiasaan tidur : lama…..…jam, frekuensi………kali,

pola tidur saat ini …………………..

Keluhan ketidaknyamanan : ya/ tidak

alokasi ……………, sifat……………, intensitas……………………

Mobilisasi dan latihan

Tingkat mobilisasi : ……………………………….

Latihan/ senam : ……………………………….

Masalah khusus : ……………………………….

Nutrisi dan cairan

Asupan nutrisi

nafsu makan : baik/ kurang/ tidak ada

Asupan cairan
cukup/ kurang

Mual/muntah : ya/tidak

Frekuensi :

Masalah khusus : ………………………………

Keadaan mental

Adaptasi psikologis : ……………………………………………

Penerimaan terhadap kehamilan : ……………………………………………

Masalah khusus : ……………………………………………

Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : ………………………………………..

Persiapan persalinan

Senam hamil

Rencana tempat melahirkan

Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu

Kesiapan mental ibu dan keluarga

Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan

Perawatan payudara

Obat – obatan yang dipakai saat ini : ……………………………………………

Hasil pemeriksaan penunjang :

…………………….………………………………………………………………………

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN


Masalah :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………

Perencanaan kunjungan rumah :

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………

3. PENGKAJIAN INTRANATAL
DATA UMUM

1. Initial klien :

2. Usia :

3. Status perkawinan :

4. Agama :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan terakhir :

7. Alamat :

8. Inisial Suami :

9. Usia :

10. Agama :

11. Pekerjaan :

12. Pendidikan terakhir :


13. Alamat :

DATA UMUM KESEHATAN

1. TB/ BB hamil / BB sebelum hamil : ………cm /…………kg /…..……kg

2. Masalah kesehatan khusus : …………………………………………

3. Obat – obatan : …………………………………………

4. Alergi (obat/makanan/bahan tertentu) : ………………………………………

5. Diet khusus : …………………………………………

6. Alat bantu yang digunakan : (gigi palsu/ kacamata/ lensa kontak/ alat bantu dengar), lain2
sebutkan……………………………………

7. Frekuensi BAK, masalah : …………………………………………

8. Frekuensi BAB, masalah : …………………………………………

9. Kebiasaan waktu tidur : …………………………………………

DATA UMUM OBSTETRI

1. Kehamilan sekarang direncanakan : ya/ tidak

2. Status obstetric : G…..P…..A……usia kehamilan……………minggu

3. HPHT………………… taksiran partus………………………….

4. Jumlah anak :

NO JENIS KELAMIN CARA LAHIR BB LAHIR KEADAAN UMUR


5. Mengikuti kelas prenatal : ya/ tidak

6. Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : ……………………

7. Tempat periksa ANC /Pemeriksa : ……………………

8. Masalah kehamilan yang lalu : ……………………

9. Masalah kehamilan sekarang : ……………………

10. Rencana KB : ya/ tidak, jenis apa, alasan tidak memakai apa………………………..

11. Makanan bayi sebelumnya : ASI/ PASI/ lainnya……………………

12. Pendidikan kesehatan yang diinginkan saat ini :……………………

Lingkari : relaksasi/ pernafasan/ manfaat ASI/ cara member minum dengan botol/ senam nifas/
metoda KB/ perawatan perineum, lain2 : sebutkan…………………………..

13. Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu mengurus bayi : suami/ teman/ orang
tua

14. Masalah dalam persalinan yang lalu : ……………………………………

RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

1. Mulai persalinan (kontraksi/ pengeluaran per vaginam) tgl/ jam : ………

2. Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatan) : ….

3. Frekuensi, kualitas, dan keteraturan denyut jantung janin : …………….

4. Pemeriksaan fisik :

a. Kenaikan BB selama kehamilan…………………kg

b. Tanda-tanda vital: TD……………mmHg, nadi……….x/mnt, suhu………0C,


RR………..x/mnt
c. Kepala/ leher : normal/ tidak

d. Jantung

e. Paru-paru

f. Payudara

g. Abdomen (secara umum dan pemeriksaan obstetric)………………

h. Kontraksi : ……………………………DJJ : …………………………

i. Ekstremitas : edema/ tidak

j. Reflex : …………………………………………………………………

5. Pemeriksaan dalam pertama :

jam …………………oleh ………………

Hasil : …………………………………………………………………………………..

6. Ketuban (utuh/ pecah), jika sudah pecah : tgl/ jam……………warna ……………..

7. Hasil laboratorium………………………………………………………………………… …

DATA PSIKOSOSIAL

1. Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang……………………………

2. Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang …………………………

3. Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang …………………

LAPORAN PERSALINAN

I. PENGKAJIAN AWAL

1. Tanggal .................................... Jam ......................


2. Tanda-tanda vital: TD…..mmHg, Nadi….x/menit, Suhu….oC, P….x/menit

3. Pemeriksaan palpasi abdomen ................................................................................................

4. Hasil periksa dalam:.....................................................................................................................

5. Persiapan perineum: ................................................................................................

6. Dilakukan klisma: (ya/tidak), jelaskan................................................................................

7. Pengeluaran pervaginam................................................................................................

8. Perdarahan pervaginam (ya/tidak), jelaskan ................................................................

9. Kontraksi uterus (frekuensi, lamanya, kekuatan) ................................................................

10.Denyut jantung janin (frekuensi, kualitas).....................................................................

11. Status janin (hidup/tidak, jumlah, presentasi) ................................................................

II. KALA PERSALINAN


KALA I

1. Mulai persalinan: tanggal ............................................. jam ...........................

2. Tanda dan gejala: .................................................................................................................

3. Tanda-tanda vital: TD….mmHg, Nadi…..x/menit, Suhu……oC, P……x/menit

4. Lama kala I ...................... jam ................... menit .................. detik

5. Keadaan psikososial...............................................................................................

6. Kebutuhan khusus klien ................................................................................................

7. Tindakan ................................................................................................................................

8. Pengobatan ................................................................................................................................
KALA II

1. Mulai persalinan: tanggal ............................................. jam ...........................

2. Tanda-tanda vital: TD ............... mmHg, Nadi ........... x/menit, Suhu………oC,

P ...................... x/menit

3. Lama kala II ...................... jam ................... menit .................. detik

4. Tanda dan gejala:....................................................................................................................

5. Keadaan psikososial..................................................................................................................

6. Kebutuhan khusus klien ................................................................................................

7. Tindakan ................................................................................................................................

KALA III

1. Tanda dan gejala: ..............................................................................................................

2. Plasenta lahir jam ......................................................................................................................

3. Cara lahir plasenta .....................................................................................................................

4. Karakteristik plasenta

o Ukuran ............. cm × ................ cm × .............. cm

o Panjang tali pusat ....................... cm

o Jumlah pembuluh darah: ..................... arteri ................... vena

o Kelainan ....................................................................................

5. Perdarahan .................... ml, karakteristik....................................................................................


6. Keadaan psikososial...................................................................................................................

7. Kebutuhan khusus....................................................................................................................

8. Tindakan ................................................................................................................................

9. Pengobatan ................................................................................................................................

KALA IV

1. Mulai jam ............................

2. Tanda-tanda vital: TD ............... mmHg, Nadi ........... x/menit, Suhu………oC,

P ...................... x/menit

3. Kontraksi uterus .........................................................................................................................

4. Perdarahan .................... ml, karakteristik.....................................................................................

5. Bonding ibu dan bayi ................................................................................................

6. Tindakan ................................................................................................................................

BAYI

1. Bayi lahir tanggal/jam ............................

2. Jenis kelamin ........................................

3. Nilai APGAR ................................................................................................................................

4. BB/PB/lingkar kepala bayi: .................... gram ............... cm ................ cm

5. Karakteristik khusus bayi ................................................................................................

6. Kaput: suksedaneum/cephalhematom
7. Suhu............... oC

8. Anus: berlubang/tertutup

9. Perawatan tali pusat .................................................................................................................

10. Perawatan mata ........................................................................................................................

4. PENGKAJIAN POSTPARTUM
DATA UMUM KLIEN

1 Initial Klien .................................... Initial Suami .....................................

2 Usia .................................... Usia .....................................

3 Status Perkawinan .................................... Status Perkawinan .....................................

4 Pekerjaan .................................... Pekerjaan .....................................

5 Pendidikan Terakhir .................................... Pendidikan Terakhir .....................................

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Lahir Keadaan Masalah


Persalinan Kelamin bayi Kehamilan
waktu
lahir

1
2
3
4
5

Pengalaman menyusui: ya/tidak Berapa lama:


Riwayat Kehamilan Saat Ini (berupa narasi)

1. Berapa kali periksa hamil:

2. Masalah kehamilan

Riwayat Persalinan

1. Jenis persalinan: Spontan (letkep/letsu) / SC a/I..........................................


Tgl/Jam: .................................
2. Jenis kelamin bayi: L/P, BB/PB ....................gram/ .............. cm, A/S: ..............................
3. Perdarahan .................. cc
4. Masalah dalam persalinan ................................................................................................

Riwayat Ginekologi

1. Masalah Ginekologi

2. Riwayat KB (jenis, lama pemakaian, efek samping)

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status Obstretik: P ............... A ........... Bayi Rawat Gabung: ya/tidak

o Jika tidak alasan:........................................................................................................

Keadaan Umum .........................................................

Kesadaran ................................................................

o BB/TB .................. kg/ ................ cm

Tanda Vital

o Tekanan Darah ................ mmHg, Nadi ............... x/menit, Suhu ................. oC

o Pernafasan ................. x/menit


Kepala Leher

o Kepala

o Mata

o Hidung

o Mulut

o Telinga

o Leher

o Masalah khusus:..................................................................................................................

Dada

o Jantung

o Paru

o Payudara

o Puting Susu

o Pengeluaran ASI

o Masalah khusus:............................................................................................................

Abdomen

o Involusi uterus

o Fundus uterus: .............................

Kontraksi:…………………Posisi: .........................................................

o Kandung kemih

o Fungsi pencernaan
o Masalah khusus:.................................................................................................................

Perineum dan Genital

o Vagina: Integritas kulit………Edema…….Memar................. Hematom ..............

o Perineum: Utuh/Episotomi/Ruptur

o Tanda REEDA

R: kemerahan: ya/tidak

E: bengkak: ya/tidak

E: echimosis: ya/tidak

D: discharge: serum/pus/darah/tidak ada

A: approximate: baik/tidak

o Kebersihan

o Lokia

o Jumlah

o Jenis/warna

o Konsistensi

o Bau

o Hemorrhoid: derajat………lokasi…….berapa lama……….nyeri: ya/tidak

o Masalah khusus:....................................................................................................

Ekstremitas

o Ekstremitas Atas : edema: ya/tidak, lokasi ................................................................

o Ekstremitas Bawah : edema : ya/tidak, lokasi ..............................................................


o Varises : ya/tidak, lokasi......................................................................

o Tanda Homan : +/- o Masalah khusus:.........................................................

Eliminasi

o BAK : Kebiasaan BAK ................................................................................................


o BAK saat ini ..................................nyeri: ya/tidak

o BAB : Kebiasaan BAB o

BAB saat ini ..................................konstipasi: ya/tidak

o Masalah khusus: ...............................................................................................

Istirahat dan Kenyamanan

o Pola tidur: Kebiasaan: tidur…..lama ..... jam, frekuensi……..pola tidur saat ini……….

o Keluhan ketidaknyamanan: ya/tidak, lokasi……….sifat ……intensitas ...................

Mobilisasi dan latihan

o Tingkat mobilisasi

o Latihan/senam

o Masalah khusus:...............................................................................................

Nutrisi dan Cairan

o Asupan nutrisi: .............................................Nafsu makan: baik/kurang/tidak ada

o Asupan cairan:………….cukup/kurang

o Masalah khusus:

................................................................................................................................
Keadaan Mental

o Adaptasi psikologis

o Penerimaan terhadap bayi

o Masalah khusus:

................................................................................................................................

Kemampuan
menyusui............................................................................................................................

Oban-obatan
............................................................................................................................................................
Keadaan umum ibu ....................................

Tanda vital ............................................................................................

Jenis persalinan .........................................

Proses persalinan ................................................................

Kala I ......................... jam

Indikasi....................................................... Kala II .......................... menit

Komplikasi persalinan: Ibu ............................................................ Janin


................................................................

Lamanya ketuban: pecah ...........................................kondisi ketuban............................................

KEADAAN BAYI SAAT LAHIR

Lahir tanggal: ........................................... Jam: ................... Jenis Kelamin ...........................


Kelahiran: tunggal/gemelli*)
NILAI APGAR

TANDA NILAI JUMLAH


0 1 2
Denyut Jantung Tidak ada <100 >100
Usaha nafas Tidak ada Lambat Menangis
kuat
Tonus otot Lumpuh Extremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Iritabilitas Tidak Gerakan Reaksi
refleks bereaksi sedikit melawan
Warna Biru/pucat Tubuh Kemerahan
kemerahan
tangan dan kaki
biru
Keterangan: penilaian menit ke-1, penilaian menit ke-5

Tindakan resusitasi

...............................................................................................................................

Plasenta: Berat .................................. Talipusat: Panjang .....................................................


Ukuran ................................... Jumlah pembuluh darah ......................................................
Kelainan
............................................................................................................................................................

Hasil pemeriksaan penunjang

................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN

Masalah:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Perencanaan Pulang

............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................

Diagnosa Keperawatan

Trimester I

a. Kecemasan
b. Nyeri
c. Gangguan nutrisi
d. Perubahan pola seksual
Trimester II
a. Nyeri
b. Gangguan gambaran diri
c. Perubahan proses keluarga
d. Kecemasan
e. Perubahan pola seksual
Trimester III
a. Nyeri
b. Pola nafas tidak efektif
c. Perubahan pola tidur
d. Intoleransi aktivitas
e. Perubahan pola seksual

2.3 ASPEK BUDAYA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS


2.3.1 Aspek budaya dalam keperatan maternitas

Asuhan keperawatan maternitas sebagai wujud pelaksanaan asuhan keperawatan


professional yang holistic juga tidak terlepas dari aspek budaya dalam penerapannya. Latar
belakang budaya sangat mempengaruhi sikap, nilai,dan perilaku sehat tiap individu.
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia bersifat plural (majemuk)ditambah sekarang
memasuki era globalisasi dimana pasien tidak hanya bangsa Indonesia saja, melainkan juga
orang-orang asing yang mempunyai latar belakang budaya yang sangat jauh berbeda dengan
kebudayaan Indonesia. Kenyaatan ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi.

Aspek budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi pada
budaya dikalimantan selatan seperti : sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil tidak
diperbolehkan untuk menyiapakan perlengkapan bayinya dengan alas an persiapan sebelum
waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu. Kerugiannya bila
bayi yang dilahirkan premature (28 minggu kehamilan), maka tidak ada persiapan matang untuk
memenuhi perlengkapan bayi. Oleh sebab keperatawan maternitas harus mampu
mengidentifikasi budaya daerah masing-masing.

Usia kehamilan usia 28 minggu, ibu hamil dianjurkan melakukan mandi-mandi atau
siraman dengan menggunakan air bunga dan mayang kelapa yang ditepuk-tepukkan ke seluruh
badan ibu hamil dengan alas an agar bayi yang dilahirkan selamat dan terhindar dari gangguan
roh gaib. Dan selama masa kehamilan ibu hamil maupun keluarganya tidak diperbolehkan tidak
memakan ikan yang disembelih dan tidak boleh melihat hal-hal yang aneh atau mengejek orang
lain karena diyakinkan dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin dan mereka berkeyaninan bayi yang akan dilahirkan akan menjadi cacat
atau seperti binatang yang dilukai.

Bagi ibu yang hamil dan bapak bayi tidak diperbolehkan mandi dengan mengguanakan
sarung atau kain panjang yang dililitkan ke lehernya, dengan alas an dapat membuat lilitan tali
pusat pada bayi sehingga mempersulit kelahiran. Perawat harus mengkaji budaya yang ada di
masyarakatnya untuk memudahkan dalam menentukan penegakkan diagnosa keperawatan
metenitas.

4.4 RAGAM BUDAYA INDONESIA YANG BERHUBUNGAN DENGAN


MATERNITAS

2.4.1 Kebudayaan bagi wanita hamil :


2.4.1.1 Jawa
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkan perhatian
mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-
tahapan kehidupan yang harus dijalani didunia.Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa
krisis yang berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak kehamilan
sampai kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan serangkaian upacara baggi wanita
hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam
kandungan hingga saat lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering menitikberatkan
perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat
mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran
bayi.Biasanya upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat
kelahirannya,walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah melakukannya
sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan.upacara –upacara adat jawa yang bertujuan
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya
itu adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan air
bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri yang sedang menantikan
bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat atau sepupuh yang dihormati Selanjutnya
diadakan upacara memecah buah kelapa bergambar wayang dengan tokoh dewa kamajaya dan
dewi ratih oleh sang calon ayah,yang sebelumnya dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan
oleh si calon ibu ketika dimandikan,mulai dari ujung sarung pada batas menyentuh tanah.Namun
sebelum menyentuh tanah,sang calon ayah harus bisa menagkap buah kelapa itu pada ujung
sarung dekat kaki istrinya.Upacara ini dimkasudkan agar kelak proses kelahiran bayidapat
berjalan lancar dan bayi yang akan lahir tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut.
Rangkain upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,yakni
harapan agar ia sempurna dan utuh fisiknya,tampan atau cantik wajahnya,dan selamat serta
lancar kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni bubur putih
yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khusus bertujuan agar sang bayi mudah lahir
dan rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan membuat sajian
nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak kluarga untuk memberitahukan kelahiran
sang bayi. Pusat perhatian orang jawa mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan
kelahiran terletak pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai
krisis kehidupan yang mengandung bahaya dan harus ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi
janin dan ibunya.Maka upacara kelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam bentuk kenduri
besar dengan mengundang banyak handai-taulani.
Selain di jawa di Setiap daerah juga mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda
dikalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya yang ada di beberapa
daerah terhadap kesehatan ibu hamil :

1. Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang
makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar
bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya
kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti
pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).

 Kebudayaan ibu nifas.


Macam-macam mitos yang ada pada msyarakat mengenai ibu nifas diantaranya:
1. Tidak boleh bersenggama
2. Kaki harus lurus
3. Tidak boleh tidur siang
4. Tak boleh keramas
5. Hindari makan jeruk
6. Tidak boleh berpergian

2.4.1.2 Budaya Madura dalam Perawatan Kehamilan

Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan responden cukup kuat
seperti adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan. Ini dikarenakan pendidikan yang
rendah dan budaya generasi sebelumnya serta kepatuhan terhadap anjuran orang tua. Mitos
atau pantangan yang harus dilakukan oleh ibu hamil yaitu pantangan terhadap makanan yang
berasal dari sumber hewani (telur dan ikan laut) dan nabati (nanas, terong). Misalnya, nanas
tidak boleh dimakan khawatir menimbulkan rasa panas dan tidak boleh makan makanan
pedas karena khawatir bayinya sakit mata. Beberapa responden mempercayai adanya mitos
atau pantangan tersebut karena khawatir akan mengalami keguguran dan biasanya anjuran
orang tua sering terkabul.

Adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan, didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Emiliana dan Moh. Hakimi di Kecamatan Banyuurip bahwa walaupun kuat
dalam beragama dan tekun beribadah, masyarakat Banyuurip masih melakukan pantangan-
pantangan makanan tertentu berkenaan dengan kehamilan[4]. Makanan yang dipantang yaitu
sumber hewani dan nabati. Selain itu, ibu hamil juga melakukan pantangan yang lain seperti
duduk di tengah pintu dan duduk di lantai tanpa alas/ tikar/bangku kecil serta mereka masih
percaya pada adanya gangguan jin yang dapat mengancam keselamatan bayi dalam
kandungan atau bayi yang baru saja dilahirkan.

Adanya pengaruh budaya (mitos) seputar kehamilan yang cukup kuat mengakibatkan
sebagian besar responden lebih mempercayai budaya tersebut daripada anjuran tenaga
kesehatan (dokter dan bidan). Mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun
karena menganggap bahwa dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat
melakukan pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan. Ketika periksa kehamilan ke
pelayanan kesehatan, mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa kondisinya sehat
dan diberi obat. Oleh karena itu, ketika akan bersalin sebagian responden lebih memilih
bersalin ke dukun daripada bidan, karena bersalin ke bidan dianggap persalinan yang
susah/sulit sehingga akan menjadi aib (dilihat dan dibicarakan banyak orang) bagi ibu hamil
dan keluarga ibu hamil.

A. Pola pewarisan budaya Madura

Dalam perawatan kehamilan Budaya Madura dalam perawatan kehamilan sudah sejak
lama, dipercaya oleh masyarakat pada saat itu, berkembang dari mulut ke mulut hingga
akhirnya budaya perawatan kehamilan dilakukan oleh ibu hamil di desa. Perawatan
kehamilan yang berasal dari budaya tersebut menunjukkan adanya keterlibatan orang tua atau
mertua dalam mengambil peran selama masa kehamilan ibu hamil.

Proses pewarisan budaya perawatan kehamilan berasal dari anjuran orang tua atau
mertua yang akhirnya lingkungan sosial (ibu-ibu yang pernah hamil) juga ikut terpengaruh
untuk saling berbagi pengalaman selama masa kehamilan dan saat melakukan perawatan
kehamilan. Selain dari anjuran keluarga, ibu hamil juga meniru kebiasaan keluarganya dalam
perawatan kehamilan sebelumnya, sehingga tidak sulit bagi ibu hamil untuk mempraktekkan
atau melakukan hal yang serupa. Budaya perawatan kehamilan diturunkan secara terus-
menerus ke anak cucunya sehingga budaya perawatan kehamilan tersebut tetap terjag dan
terus ada hingga kini walaupun ilmu pengetahuan medis telah menyentuh ke dalam berbagai
aspek kehidupannya.

2.4.1.3 Budaya betawi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran


1. Tabu saat kehamilan (betawi)

Menurut soimon berdasarkan kepercayaan masyarakat betawi selama istri sedang


hamil beelaku larangan-larangan yang menurut istilah mereka disebut “pamali”. Pantangan
yang tidak boleh dilanggar kalau ingin persalinan berlangsung dengan lancar dan selamat
kelak. Dengan demikian maka suami istri harus saling mengingatkan untuk tidak melakukan
perbuatan yang terlarang. Bagi suami dan istri yang sedang hamil berlaku pantangan-
pantangan, antara lain:
a. Tidak boleh keluar rumah pada waktu maghrib.
b. Tidak boleh duduk diambang pintu.
c. Tidak boleh mandi diwaktu maghrib.
d. Tidak boleh mengisi kapuk dalam bantal atau guling.
e. Tidak boleh membunuh binatang.
f. Tidak boleh menyembelih binatang, misalnya ayam, kambing dan lain-lain.
g. Tidak boleh mencela bentuk-bentuk yang aneh, terutama apabila terdapat pada seseorang,
misalnya kaki pincang, mata buta, bibir sumbing, dan cacat tubuh lainnya.

Suami dan istri yang hamil selama bayi dalam kandungan diharapkan selalu berbuat
kebajikan, deramwan, selalu beribadah dan mencari kegemaran yang bermanfaat, seperti
membersihkan rumah atau pekarangan, memperbaiki rumah dan lain-lain.

2. Syukuran kelahiran
1. Upacara menanam Ari-Ari (placenta)
2. Upacara puput puser (lepas tali pusar)
3. Upacara cukur rambut

2.4.1.4 Keberagaman Budaya Daerah Sumatera Tentang Maternitas

1. Padang
 Upacara Kehamilan di Minangkabau
Pada beberapa nagari ada kebiasaan sebelum mengadakan upacara kelahiran harus
melaksanakan upacara kehamilan lebih dahulu.
Ketika roh ditiupkan kedalam seorang ibu pada saat janin berusia 16 minggu, maka
disaat inilah beberapa kalangan masyarakat mengharapkan doa dari kerabatnya. Pengertian
kerabat disini terdiri dari para ipar dan besan dari masing-masing pasangan isteri. Biasanya
diadakan acara seperti mengadakan syukuran.
Seperti pada umumnya setiap hajat kebaikan, maka keluarga yang akan membangun
kehidupan baru menjadi pasangan keluarga sakinah ma waddah wa rahmah memohon kepada
Yang Maha Kuasa agar awal kehidupan janin membawa harapan yang dicita-citakan.
 Upacara Kelahiran Minangkabau
Pada zaman dahulu biasanya kelahiran bayi biasanya dibantu oleh seorang dukun atau
bidan, yang ditunggui oleh ibu mertua. Namun pada zaman sekarang sudah dilakukan oleh
dokter dirumah sakit atau rumah bersalin.
Untuk menyambut kelahiran sang bayi, diadakan pertunjukan musik Talempong
sebbagai pernyataan kegembiraan dan rasa syukur keluarga tersebut. Plasenta bayi (uri)
dimasukkan kedalam tanah dan ditutupi dengan kain putih. Penguburan plasenta (batanam
uri) dilakukan oleh salah seorang yang dianggap terpandang dalam lingkungan keuarga.
- Menyambuik Kelahiran
Setelah bayi yang dikandung oleh ibunya dan dilahirkan dengan selamat, maka pihak
bako (keluarga ayah) dari si bayi harus segera dikabari. Kemudian bako akan menyilau
(melihat) anak pada hari kelahirannya itu juga dengan membawa buah tangan berupa
ameh (emas) sabantuak. Pada saat itu bako si bayi menanyakan pada ibu si bayi tersebut
kapan si bayi boleh dibawa pulang dari rumah bersalin. Pada hari yang telah ditentukan
untuk membawa pulang si bayi, maka bako si bayi datang untuk menjapuik (menjemput)
si bayi dan membawa si bayi pulang kerumah ibunya. Saat menjapuik bayi tersebut
induak bako membawa sebuah kain panjang baru untuk menggendong si bayi. Bayi
mungil itu akan digendong bakonya sampai ke rumah ibunya. Biasanya pada saat
menjapuik bayi kerumah bersalin, bako menyewa satu kendaraan. Setelah sampai
dirumah ibu si bayi bako menidurkan si bayi ditempat yang disediakan. Kemudian bako
akan menyampaikan rencana turun mandi si bayi kepada pihak keluarga ibu si bayi.
Setelah berbincang sejenak, pihak bako meminta diri untuk pulang kerumahnya. Kain
panjang yang dipakai untuk menggendong si bayi tidak boleh dibawa agi oleh bako,
melainkan diberikan kepada si bayi.
- Turun Mandi
Tiga hari setelah si bayi dibawa pulang dari rumah bersalin, sesuai dengan rencana
induak buko, maka pada hari ketiga itu akan dilangsungkan acar turun mandi. Upacara
turun mandi dilakukan setelah bayi berumur 40 hari. Acara turun mandi biasanya
dilakukan pada pagi hari. Pada saat acara turun mandi bako membawakan kain balapak,
maniak kudo-kudo dan perlengkapan mandi untuk pisangnya. Sesampai dirumah si bayi,
bako akan memasangkan kain balapak disekeliling badansi bayi dan mengalungkan
maniak kudo-kudo dileher si bayi. Setelah itu bako akan menggendong si bayi dengan
kain panjang yang dipakai untuk membawa si bayi dari rumah bersalin dulu ketempat
pemandian umum yang biasanya disebut dengan pancuran. Sesampai dipancuran, induak
bako akan memandikan anak pisangnya. Setelah selesai dimandikan si bayi dibedung dan
dipasangkan lagi kain balapak dan maniak kudo-kudo. Kemudian bako mengantarkan si
bayi kembali ke rumah ibunya. Tujuan dari acara turun mandi ini adalah agar si bayi
mengenal lingkungannya dengan baik dan dapat menjadi bagian dari lingkungan itu.
- Maambiak Abuak
Acara maabiak abuak dilakukan enam hari setelah kelahiran bayi. Pada hari yang telah
ditentukan itu induak bako pergi kerumah anak pisangnya dengan membawa nasi lamak,
godok, goreng, dan singgang ayam. Acara maambiak abuak dilakukan oleh alim ulama,
tujuannya adalah agar si bayi terhindar dari segala kejelekan dan kejahatan. Pada acara
ini biasanya juga disertai dengan acara maagiah namo untuk si bayi. Acara dimulai
dengan proses mendo’a, kemudian maagiah namo si bayi yang dilanjutkan dengan
memotong rambut si bayi yang dipotong lebih kurang 7 helai rambut setiap sisi kepala si
bayi. Kemudian rambut yang telah dipotong ditaruh diatas daun pisang yang didalamnya
terdapat berbagai jenis kembang yang diberi wewangian. Tujuannya adalah agar si bayi
dapat menjadi anak yang baik dan disenangi semua orang. Pembawaan induak bako akan
ditinggalkan dirumah anak pisangnya sebanyak separuh, sementara yang separuhnya
dibawa kemabli pulang oleh induk bako. Selain itu pembawaan induak bako akan diganti
dengan gulai ikan, dan pengganan lainnya oleh pihak keluarga anak pisang.
- Aqiqah
Acara aqiqah adalah acara yang bernafaskan ajaran agama islam. Hadist dari Nabi
Muhammad SAW mengatakan bahwa anak yang baru lahir hendaklah diqaqiqahkan.
Waktu pelaksanaan aqiqah sebaiknya adalah pada hari ke tujuh kelahiran, atau hari
keempat belas kelahiran, atau hari ke dua puluh satu kelahiran. Jika tidak mampu
melakukannya pada tiga jangka waktu itu, maka anak harus diaqiqahkan sebelum ia
menikah. Untuk mengaqiqahkan anak laki-laki disediakan dua ekor kambing, sedangkan
untuk mengaqiqahkan anak perempuan disediakan satu ekor kambing. Kambing jantan
yang digunakan untuk aqiqah adalah kambing jantan yang telah berumur tiga tahun dan
tidak cacat. Acara aqiqah dimulai dengan penyampaian niat aqiqah dari orangtua si bayi
kepada alim ulama serta semua keluarga dan undangan. Kemudian dilanjutkan dengan
acara mendo’a syukuran dan persiapan pemotongan. Setelah itu kambing disembelih,
llalu dibersihkan dan dimasak. Setelah gulainya masak, dibacakan do’a aqiqah di atas
rumah serta diteruskan dengan acara makan-makan.
- Manjapuik Anak
Acara manjapuik anak dilakukan setelah anak berumur antara satu sampai tiga bulan.
Acara manjapuik anak dilakukan oleh pihak bako si anak. Induak bako sebelum pergi
manjapuik anak ke rumah ibunya terlebih dahulu memberitahu kapan anak akan
dijemput. Kemudian induak bako akan menjemput anak pisangnya sesuai dengan
kesepakatan yang telah direncanakan. Pada saat manjapuik anak, induak bako membawa
kain balapak dan maniak kudo-kudo yang kemudian dipasangkan pada si anak. Setelah
sampai dirumah si anak, induak bako menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya
pada tuan rumah. Atas persetujuan dari tuan rumah, maka induak bako memasangkan
kain balapak dan maniak kudo-kudo pada si anak dan tidak boleh pulang kerumahnya
dalam tiga hari itu. Setelah anak dan ibunya berada tiga hari dirumah bako si anak, maka
pada hari keempat si anak dan ibunya boleh kembali kerumahnya. Anak dan ibunya tidak
dibiarkan pulang sendiri melainkan akan diantarkan kembali oleh induk bako si anak. Si
anak belum boleh pergi kerumah bakonya sendiri sebeum dia dijapuk oleh bakonya.
- Mantaan Anak
Setelah si anak dan ibunyaa berada dirumah bako si anak selama tiga hari, maka pada
hari keempat anak dan ibunyaa tersebut akan diantarkan kembali oleh induak bako si
anak ke rumah ibunya. Acara ini dikenal juga dengan nama acara mantaan anak. Pada
acara mantaan anak semua pihak bako si anak berkumpul dirumah bako kontansi anak
dengan membawa bangkiah yang berisi satu liter beras untuk mengiringi anak
kerumahnya. Sementara bako kontan si anak akan memberi anak seekor kambing atau
seekor ayam betina untuk bekalo bagi si ibu dalam membesarkan anak. Anak yang akan
diantarkan, setelah dimandikan dipakaikan kain balapak dan maniak kudo-kudo.
Kemudian akan digendong oleh bako kontannya dan diarak beramai-ramai dengan diikuti
oleh semua bako dan undangan yang membawa bangkiah tadi untuk diantarkan sampai
kerumah ibu si anak. Sesampai disana si anak akan ditidurkan ditempat yang disediakan
dan acara dilanjutkan dengan acara makan-makan. Setelah itu induak bakodan semua
pihak yang ikut mengantarkan si anak tadi mohon diri untuk kembali kerumah mereka.
Isi bangkiah para pengiring dalam acara maantaan anak ini, diganti dengan sebungkus
nasi lengkap dengan lauknya.

 Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Sumatera


2. Budaya Sumatera Barat
Suku minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia yang
berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Suku ini merupakan etnik mayoritas setelah Batak
Mandailing dan Mentawai. Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang
sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang.
Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum menurut
budaya Minang meliputi minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah
(betangeh), pemanasan batu bata (duduk diatas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami
diatas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, dan membersihkan alat
kelamin dengan rebusan daun sirih.
Budaya yang Merugikan
1. Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dimasyarakat kerinci, Sumatra Barat.
Ada suatu kebiasaan yang ada pada masyarakat daerah ini yang kurang baik untuk
nutrisi bayi, yaitu ibu bayi tidak langsung memberikan ASInya pada bayi tapi ibu bayi
membuang ASI yang pertama kali keluar. Padahal ASI yang pertama kali keluar
mengandung colostrums yang sangat berperan dalam kekebalan tubuh bayi. Masyarakat ini
mengaggap coostrums sebagai ASI yang sudah rusak karena warnanya yang kekuningan.
Selain itu, colostrums juga dianggap dapatmenyebabkan diare, muntah, dan masuk angina
pada bayi.
3. Palembang
 Adat pasca melahirkan daerah Palembang
Di Palembang dulunya saat setelah kelahiran maka orang tua daru suami akan
mengantarkan atau memberikan cupu-cupu kecil kepada istri dari anaknya/anak menantunya
sebagat bentuk kegembiraan yang disertai dengan beberapa lembar kain.
Di Palembang di ada tradisi yang disebut “Ngunting” (cukuran/marhaban), mungkin
sama seperti tradisi di daerah lainnya di Indonesia saat melakukan aqiqah atau pemberian
nama, saat ngunting di Palembang akan terlihat bendera yang berwarna-warni dimana
bendera tersebut ada di lekukan uang permen bahnkan sebagian menggunakan telur, dan
diikuti oleh bayi yang akan di gunting rambutnya yang biasanya yang menggendong dilapisi
dengan kain songket.
“Singep” bukan merupakan kata yang asing di telinga yang biasanya merupakan
perlengkapan dalam pernikahan ataupun sarung keris tetapi di Palembang singep merupakan
salah satu perlengkapan yang digunakan dalam acara aqiqah anak atau marhabadimana dari
tumpukan kain yang di alasi dengan kain songketdan si bayi juga dikerudungi dengan
songket.
 Adat Nimbang Bunting
Nimbang bunting merupakan salah satu adat asli Palembang nimbang bunting
merupakan adat mendoakan usia kehamilan tujuh bulan. Kepala UPTD Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang, sekaigus ketua DEwan Pembina Adat kota Palembang,
Raden Muhammad Ali Hanafiah menuturkan bagaimana adat Nimbang bunting
dilaksanakan.
Dalam adat ini, ibu dengan usia kehamilan tujuh bulan, didudukkan di papan pasang,
dengan menggunakan pakaian adat Nimbang Bunting, yakni kain (sewet) yang diilit seperti
kemben menutupi tubuh. Kedua tangan si ibu diletakkan di atas timbangan untuk ditimbang,
dan berat tangan itu yang menentukkan berat sewet yang akan digunakan.
Lalu tubuh sang ibu (diuar busana adat yang dikenakan) dibaluri dengan bedak tiga
warna, yakni warna putih, merah dan hijau. Ini melambangkan hidup yang akan dijalani
calon jabang bayi, berwarna-warni.
Sebelumnya, dalam upacara adat tersebut, dibacakan Kitab Manakib Syech
Muhammad Saman, seorang tokoh dari Mekkah yang menjadi panutan bagi masyarakat kota
Palembang.
Berdasarkan catatan sejarah, Syech Muhammad Saman adalah seorang anak yang
sangat mencintai kedua orangtuanya. Perilakunya sangat berbakti kepada orangtua, bahkan
rela untuk tidak makan demi agar kedua orantuanya cukup makan.
Setellah itu, barulah sang ibu hamil dimandikan oleh ibu hamil dimandikan oleh ibu
kandung dan ibu mertua, kerabat perempuan terdekat. Setiap kali disiram dan basah, maka si
ibu hamil akan berganti sewet hingga 7 kali.
Setelah ritual siraman, ibu hamil akan disuapi dengan nasi kunyit panggang ayam.
Ali Hanafiah menuturkan, biasanya ada ibu-ibu yang memimpin adat Nimbang
Bunting ini.
1. Subang
Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya
kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi.
2. Timur Tengah Selatan (TTS)
Masyarakat Timur Tengah Selatan (TTS) masih berkutat pada pemenuhan kebutuhan
yang sangat dasar, yaitu makan dan minum. Sebagian lagi sudah berpikir tentang bagaimana
melindungi tubuh dari panas dan hujan,serta memiliki rumah yang layak huni.Pendidikan bukan
menjadi prioritas utama bagi masyarakat terutama kaum perempuan.
a. Budaya melahirkan di Rumah Bulat
Dinding Rumah Bulat (umek bubu) melingkar dengan garis tengah antara tiga sampai lima
meter. Atapnya berbentuk seperti kepala jamur merang terbuat dari rumput alang-alang.Ujung
alang-alangnya hampir menyentuh permukaan tanah.Dindingnya terbuat dari potongan-potongan
kayu dan bambu.Pintunya setengah lonjong dengan ketinggian kurang satu meter. Untuk
masuk,orang dewasa harus membungkukkan badan terlebih dahulu.
Rumah bulat menjadi ciri khas adat dan budaya orang Timor yang masih dipertahankan sampai
saat ini, padahal sebetulnya ia juga sumber persoalan. Sulit menemukan rumah bulat
berjendela.Lubang angin pun tidak menjadi pertimbangan dalam membangun rumah bulat.Udara
dan sinar matahari hanya bisa menerobos dari lubang-lubang kecil pada dinding-dinding bambu.
Kebiasaan masyarakat yang mengharuskan perempuan melahirkan di dalam rumah bulat yang
penuh debu dari tungku dan asap akan menyebabkan bayi dan ibunya mudah terkena ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
b. Setelah melahirkan dipanggang dengan bara api dibawahnya
Proses panggang di rumah bulat juga dipercaya masyarakat menjadi penangkal dari sakit
berat terlebih wanita sehabis melahirkan.Ada pula ketakutan dari para orang tua:jika proses ini
tak dilakukan ,kondisi badan anak akan lembek dan tak kuat, bahkan akan menimbulkan
kegilaan pada si ibu. Namun pada kenyataannya hal ini berakibat buruk. Bukan hanya
kemungkinan akan terbakarnya tubuh sang ibu maupun bayi, namun berpengaruh terhadap
kesembuhan luka-luka pada tubuh ibu setelah melahirkan.
c. Tubuh Ibu dikompres dengan air panas
Setelah seorang ibu melahirkan, ia kemudian dikompres menggunakan air mendidih atau
air panas. Dikompres pula dengan cara menekan-nekan perut dan bagian luka yang ada setelah
melahirkan. Seperti halnya dipanggang, hal ini bisa menimbulkan infeksi pada organ tubuh yang
luka, terlebih organ yang sangat sensitif (daerah kemaluan) sang ibu. Kesembuhan luka-lukanya
menjadi butuh waktu yang relatif lama.Ini merupakan salah satu kekerasan fisik terhadap kaum
ibu.
d. Tidak boleh makan daging, sayur santan, dan lain-lain
Rendahnya tingkat pendapatan ekonomi keluarga dan masih banyak lagi praktik lokal
yang sangat merugikan ibu,seperti pantang makanan tertentu (ikan, telur, cumi. ayam, udang,
kepiting, sayur-sayuran) yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan ibu maupun setelah menjadi bayi dan
untuk proses metabolisme ibu serta sebagai pengganti energi setelah melahirkan dan laktasi
kelak. Saat hamil dan melahirkan seorang perempuan harus tetap memperhatikan makanan yang
ia konsumsi agar bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat dan terpenuhi segala macam nutrisi
untuk tumbuh kembang sang bayi. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah seorang
perempuan hamil harus memgkonsumsi makanan yang mengandung asam folat dan vitamin B
kompleks.Kedua jenis makanan ini bahkan harus dikonsumsi sebelum seorang perempuan hamil
atau saat yang bersangkutan merencanakan hamil. Asam folat dan vitamin B kompleks
diperlukan saat pembentukan sel-sel saraf terutama pada masa awal kehamilan.Peningkatan
konsumsi kedua zat ini terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan bayi secara signifikan.
Zat lain dari makanan yang dibutuhkan perempuan hamil adalah protein. Sebagai zat
pembangun, protein terutama dibutuhkan saat pembentukan sel tubuh dan sel darah.Jenis
makanan yang banyak mengandung protein adalah daging, telur dan kacang-kacangan. Selain
mengandung protein, daging mengandung zat besi yang berguna untuk pembentukkan sel dan
mencegah terjadinya anemia baik bagi sang ibu maupun bayinya. Perempuan yang sedang
mengandung juga harus mengkonsunsi karbohidrat yang cukup.Karbohidrat merupakan bahan
bakar pembentukan energi untuk aktifitas sehari-hari. Saat hamil, peningkatan berat badan dan
perubahan hormonal menyebabkan menyebabkan seorang perempuan membutuhkan energi
ekstra. Meskipun demikian, perempuan hamil juga harus tetap menjaga keseimbangan energi
dengan cara rutin melakukan olahraga yang khusus diperuntukkan bagi perempuan hamil.
Di samping protein dan karbohidrat, perempuan yang sedang hamil juga harus senantiasa
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan mineral.Seperti yang kita ketahui
bersama, kalsium merupakan bahan yang sangat penting untuk pembentukkan tulang, juga untuk
fungsi sel-sel saraf. Vitamin A, C, B12, D dan lain-lain diperlukan untuk menjaga kesehatan
kulit dan tulang serta menjaga fungsi sel-sel saraf. Vitamin-vitamin ini dengan mudah kita
temukan pada sayur-sayuran dan buah-buahan.
e. Tidak memberikan ASI Pertama pada bayi
Kolostrum adalah ASI berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah
melahirkan, sebaliknya diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Karena warnanya yang
kekuningan membuat masyarakat TTS terutama kaum ibu menyimpulkan bahwa ASI
pertama/kolostrum tersebut merupakan ASI yang kotor atau mengandung banyak kuman,
sehingga ASI tersebut dibuang dan tidak diberikan kepada bayi yang baru lahir. Padahal manfaat
kolostrum sangat besar antara lain:
a. Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan nutrisi yang
diterima bayi selama di dalam rahim.
b. Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya
c. Seperti imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi (perlindungan terhadap
penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu sebelumnya).
d. Kolostrum juga mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan dan membersihkan
sistem pencernaan bayi dari mekonium. \
e. Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan bayi kuning)
sehingga bayi lebih terhindar dari jaundis.
f. Kolostrum juga membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk pencernaan
Kolostrum adalah konsentrasi tinggi karbohidrat, protein, dan zat kebal tubuh. Zat kebal
yang ada antara lain adalah: IgA dan sel darah putih. Kolostrum amat rendah lemak, karena bayi
baru lahir memang tidak mudah mencerna lemak. Satu sendok teh kolostrum memiliki nilai gizi
sesuai dengan kurang lebih 30 cc susu formula. Usus bayi dapat menyerap 1 sendok teh
kolostrum tanpa ada yang terbuang, sedangkan untuk 30 cc susu formula yang diisapnya, hanya
satu sendok teh sajalah yang dapat diserap ususnya. Pada hari pertama mungkin hanya diperoleh
30 cc. Namun, dalam setiap tetesnya terdapat berjuta-juta satuan zat antibodi.SIgA adalah
antibodi yang hanya terdapat dalam ASI. Kandungan SIgA dalam kolostrum pada hari pertama
adalah 800 gr/100 cc. Selanjutnya mulai berkurang menjadi 600 gr/100 cc pada hari kedua, 400
gr/100 cc pada hari ketiga, dan 200 gr/100 cc pada hari keempat. Maka dari itu, kolostrum
memiliki fungsi yang sangat vital dalam 10 hari pertama kehidupan bayi.

2.4.1.5 Budaya masyarakat timur tengah selatan

Larangan-larangan yang ada pada masyarakat Bali.

1. Larangan masuki PURA atau tempat-tempat suci lainnya.

Wanita datang bulan tergolong mengalami salah satu “Cuntaka” dari Catur Cuntaka. Cuntaka
artinya kotor, dalam bahasa Bali “leteh”. Menurut tradisi yang tergolong Catur Cuntaka adalah :

 Wanita sedang datang bulan.


 Kematian yang masih dalam masa cuntaka. Masa cuntaka di tiap-tiap daerah berbeda-
beda, sesuai dengan keputusan rapat adat.
 Ibu yang melahirkan serta bayi yang masa cuntakanya belum berakhir (masa nifas).
 Pengantin baru yang masih dalam masa cuntaka.

Mereka tersebut dilarang memasuki pura karena mencemari kesucian pura. Bila dilanggar
hukumannya adalah hukuman spiritual dan bila diketahui oleh masyarakat, yang bersangkutan
diwajibkan mengadakan upacara “pecaruan” (upacara penyucian) dan menghaturkan sesajen di
pura tersebut.

1. Selain bentuk upacara, ada beberapa mitos (larangan) makanan bagi wanita hamil,
seperti tidak dibolehkan makan daging ayam karena ayam sering berkelahi dengan
sesamanya. Hal ini mengandung makna bila si ibu suka makan daging ayam, maka akan
mempengaruhi jiwa anak yang nantinya juga akan suka berkelahi. Dalam perkembangan
selanjutnya bahkan dianjurkan agar si ibu tidak memakan daging dan semua makhluk
yang bernyawa, tetapi hanya dibolehkan makan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
2. Larangan lainnya yang perlu diindahkan antara lain tertuang dalam transkripsi Lontar
Arda Semara, yaitu larangan-larangan/pantangan-pantangan bahwa orang hamil tidak
boleh sering-sering tidur, tidak boleh menyembah mayat, tidak boleh diberi kata-kata
kasar, tidak boleh didatangi atau mendatangi orang yang sedang melangsungkan
pernikahan, tidak boleh berkumpul dengan laki-laki lain, tidak boleh mengucapkan kata-
kata kasar (wakcapala), mencela orang cacat fisik, mencaci maki (wakparusya) atau
melihat orang menyembelih binatang (ahimsa karma) apabila binatang dalam keadaan
menggelepar-gelepar saat disembelih sebab semuanya itu akan mempengaruhi janin
yang sedang dikandung. Selain itu ibu harus selalu bersih dalam penampilan dan menjaga
kesehatan, rajin membaca hal-hal yang menyokong pengetahuan tentang kehamilan, tidak
dibenarkan ribut/berkelahi dengan suami, banyak mendengar nasihat dari lagu-lagu yang
mencerminkan tata susila dan pemujaan (kerohanian), tidak menonton film yang
membuat tegang, dan sebagainya.
3. orang yang hamil tidak boleh potong gigi (matatah/mesangih), si suami dilarang potong
rambut sebagai tanda kecintaan dan kesetiaannya terhadap istri, tidak dibenarkan pula
mencela orang cacat jasmanis dan mental, tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat
menyakitkan hati, dapat memenuhi perasaan istri, dilarang membangun rumah dan
temakuh, suami harus hormat pada istri yang berarti pula hormat pada bayi yang sedang
dikandung dan sebagainya.

2.4.1.6 Budaya maternitas di Nusa Tenggara barat

Seperti halnya masyarakat tradisional lain di Indonesia, Suku Sasak yang tinggal di Pulau
Lombok juga mengenal tradisi selamatan ketika usia kandungan calon ibu pada kehamilan
pertama berumur tujuh bulan atau umumnya dikenal dengan tujuh bulanan. Tradisi tujuh bulanan
dalam masyarakat Sasak disebut Bretes atau Bisoq Tian.

Bretes dalam bahasa Sasak artinya putus atau merupakan upacara daur hidup dalam
tradisi masyarakat Sasak yang aplikasinya dalam bentuk rowah (keselamatan). Kegiatan bretes
tidak dilakukan siang hari seperti pada umumnya, melainkan diselenggarakan hari Kamis malam
atau malam Jumat. Saat usia kehamilan tujuh bulan ini, secara tradisional dianggap bayi yang
dikandung sudah matang atau sudah bisa dilahirkan. Artinya usia tersebut sesungguhnya bayi
sudah siap lahir. Namun, usia sembilan bulan adalah usia kehamilan yang dianggap benar-benar
telah siap.

Tradisi Bretes dilakukan untuk menyiapkan calon ibu dalam menghadapi proses
melahirkan ketika saatnya tiba. Seluruh proses kegiatan selamatan ini dikenal dengan nama
rowah bretes. Suasana islami dalam tradisi Bretes, kental mewarnai tiap protes ritualnya.Hal ini
disebabkan karena masyarakat suku Sasak secara umum beragama Islam. Ketika calon ibu yang
tengah mengandung itu akan menjalankan prosesi Bretes, saat mandi air bunga setaman atau
bunga rampai, posisi duduknya menghadap ke arah kiblat.

Usai mandi dengan air bunga setaman yang dilakukan oleh dukun beranak – dalam tradisi
aslinya – calon ibu akan mengitari dukun beranak tersebut atau ibunda dari calon ibu tujuh kali.
Prosesi mengelilingi ini dilakukan sebanyak tujuh kali seperti orang tawaf (ritual mengelilingi
Ka’bah).

Selama prosesi Bretes berlangsung, doa-doa dari ayat suci Al-Quran terus berkumandang
dalam zikir serakalan yang mengiringinya. Namun, sebelum serakalan dimulai, dilakukan
kegiatan membaca Surat Maryam. Salah satu surat yang menggambarkan kemuliaan dan
keluhuran seorang ibu ketika melahirkan Nabi Isa A.S / Yesus., tanpa ayah secara nyata. Zikir
dan doa yang dilantunkan adalah untuk kebaikan dan kelancaran persalinan yang akan dihadapi
oleh calon ibu tersebut. Doa – doa tersebut sengaja dikumandangkan untuk menyuntikkan
keberanian, semangat dan dukungan psikis bagi ibu menghadapi hari – hari “berat” sekaligus
membahagiakan ketika melewati proses melahirkan kelak.

Prosesi bretes diawali dengan menyiapkan air yang akan dipakai untuk memandikan
calon ibu. Air tersebutlah yang dimaksud dengan air bunga setaman atau bunga rampai yang
dikenal masyarakat Sasak sebagai air kumkuman, yang akan dipakai untuk ritual mandi bagi
calon ibu. Air tersebut diambil dari sebuah sumur atau jika ada mata air khusus yang biasa
dianggap suci bagi masyarakat di desa atau perkampungan tersebut. Ada juga yang memakai air
yang diambil dari tujuh mata air. Kesemuanya ini tergantung dari kebiasaan yang telah dilakukan
secara turun-menurun masyarakat tersebut. Tujuannya sama, memandikan si calon ibu dengan
air yang suci sehingga jauh dari bibit-bibit penyakit dan bersih.
Air kumkuman ini biasanya ditempatkan di sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat
atau yang dikenal dengan gentong. Bukan hanya air kumkuman yang disiapkan, melainkan air
bersih lain dari beberapa wadah lainnya sebagai pembilas. Ketika melaksanakan ritual mandi air
kumkuman, ada yang khas yang dilakukan masyarakat komunitas masyarakat adat Sasak, yakni,
selain si calon ibu duduk menghadap arah kiblat, ia juga di dudukkan persis di bawah petirisan
(pancuran yang ada pada tiap sudut atap rumah tempat jatuhnya air hujan dalam volume yang
lebih besar dari lainnya, berupa sambungan atap genteng). Posisi duduknya membelakangi
petirisan tersebut.

Calon ibu diguyur air kumkuman dari arah belakang, seolah-olah air mandi tersebut
langsung jatuh dari petirisan tersebut. Selama prosesi adat bretes berlangsung, selalu ada
kemenyan yang dibakar dan ditempatkan di tengah-tengah acara tersebut. Ini merupakan bagian
dari menyemarakkan prosesi dengan mengharumkan suasana. Juga merupakan bagian dari
komunikasi masyarakat adat Sasak dengan para leluhurnya. Masyarakat tradisional Sasak
percaya ketika mereka menyelenggarakan kegiatan semacam ini, para leluhurnya akan pulang
dan disumsikan mereka ikut menyaksikan segala prosesi ritual atau upacara adat tersebut. Karena
itulah, selama prosesi berlangsung, dalam rumah tempat diselenggarakannya kegiatan disiapkan
dulang (nare) berisi makanan yang dimaksudkan untuk “menjamu” para leluhur. Menghormati
leluhur namun tidak menyembahnya. Semacam bentuk komunikasi gaib antara yang hidup
secara nyata dengan yang tidak nyata.

Dalam prosesi tersebut juga akan dibacakan kisah-kisah legenda Sasak atau yang diambil
dari cerita lontar Sasak seperti Angling Darma, yang menggambarkan tentang seorang anak laki-
laki yang hebat. Bentuk-bentuk dan cerita lontar dan legenda ini diungkapkan dalam kegiatan
bretes adalah mengungkapkan pengharapan baik bagi si anak yang lahir kelak, sesuai dengan
tokoh-tokoh yang menjadi sentral dalam cerita tersebut.

Dalam upacara bretes tidak hanya menyiapkan mental si calon ibu, melainkan ada
beberapa hal yang juga disiapkan untuk si bayi yang akan lahir kelak. Misalnya menyiapkan
sebuah kain khas yang ditenun secara tradisional yang disebut kain tembasan. Kain ini
merupakan kain khusus untuk si bayi yang terbuat dari benang mentah (kasar). Selain itu,
dulunya, ada juga yang menggunakan umbaq kombong. Kain ini kelak akan menjadi “kawan”
bagi si bayi ketika sakit yang akan dipakai untuk menyelimuti. Tidak jarang, saat sakit melanda
bayi tersebut, kain ini akan direndam dan airnya diberikan kepada si bayi untuk diminum.

Usai prosesi mandi dengan air kumkuman di bawah petirisan, calon ibu di-sembeq
(mengoleskan ramuan tertentu di kening seperti orang India) di tiap pergelangan dan di sela dua
alis. Mengolesnya dilakukan dari atas ke bawah. Maknanya untuk memberikan rasa optimisme
bagi calon ibu. Bahan untuk sembeq ini terbuat dari lekoq (daun sirih), buah pinang yang disebut
buaq, gambir dan apuh mamaq (kapur sirih). Sembeq dilakukan oleh seorang belian (dukun atau
“orang pintar” yang legalitasnya diterima dalam masyarakat tradisi Sasak). Sembeq yang
dianggap paling afdol adalah yang dimamaq atau dikunyah belian. Meskipun demikian ada juga
yang menumbuk halus bahan sembeq tersebut menggunakan alat penumbuk. Sembeq adalah
akhir dari prosesi adat bretes.

Dalam masyarakat tradisional Sasak juga mengenal pendidikan pre-natal (pra kelahiran).
Selain calon ibu tak lagi boleh bekerja semenjak mulai mengadung, terutama menjelang masa-
masa penantian melahirkan, calon ibu tidak diperbolehkan sama sekali berkata-kata yang tidak
sopan apalagi memaki-maki. Namun, bukan berarti perempuan yang tidak mengandung boleh
melakukan itu. Calon ibu akan senantiasa diingatkan oleh orang disekitarnya untuk tidak
melakukan hal tersebut. Ini juga merupakan bentuk perhatian keluarga dan masyarakat sosial
bagi kebaikan calon ibu dan bayinya kelak.

Jika hal tersebut dilakukan, dipercaya anaknya kelak juga akan terbiasa melakukan hal-
hal yang dilakukan oleh si ibu. Karena, dianggap secara langsung dapat mempengaruhi mental
anak dalam kandungan.

Beberapa hal lain yang ditabukan dalam masyarakat Sasak, saat seorang perempuan
mengandung adalah suaminya tidak boleh memotong rambut sampai istrinya melahirkan. Suami
juga tidak boleh membunuh binatang. Bagi para tukang jagal, biasanya akan menghentikan
aktifitas menjagal ketika istri-istri mereka mengandung. Mereka kembali menekuni profesi
tersebut setelah istrinya melahirkan. Masyarakat tradisional Sasak memiliki keyakinan yang
kuat. Jika itu dilanggar anak yang dilahirkan akan cacat.

2.4.1.6 Budaya maternitas di Nusa tenggara timur


Kehamilan Dalam Pengetahuan Orang Rembong Suku Flores,Nusa tenggara Timur

Kehamilan dalam pengetahuan orang rembong dianggap sebagai sebuah siklus hidup yang harus
dihormati dengan upacara adat. Tujuannya untuk menjaga keselamatan ibu yang hamil dan janin
yang dikandungnya dari gangguan roh jahat.

Orang rembong adalah nama Salah satu di Flores,Nusa Tenggara Timur. Suku ini
memiliki adat istiadat yang unik dan sacral dalam penyelenggaraannya,salah satunya ritual yang
berhubungan dengan siklus hidup berupa kehamilan. Unik karena ritual tersebut diadakan
dengan upacra yang melibatkan banyak pihak dan dipenuhi banyak sesaji. Sementara itu, sacral
karena dipenuhi oleh mantra yang dibacakan oleh ketua adat selama proses berlangsung.
Menurut cerita dari masyarakat Rambong ,adat istiadat ini merupakan ajaran leluhur sejak
dulu,mereka meneruskan hingga hari sekarang (Ignatius Egi Dado,1997).

2.5 ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN, PERSALINAN, MASA NIFAS KALIMANTAN


SELATAN SUKU BANJAR
Provinsi Kalimantan Selatan didiami oleh berbagai sukubangsa. Salah satu diantaranya
adalah sukubangsa Banjar. Mereka mempercayai bahwa kehidupan manusia selalu diiringi
dengan masa-masa kritis, yaitu suatu masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya
(Koentjaraningrat.2007).
Masa-masa itu adalah peralihan dari tingkat kehidupan yang satu ke tingkat kehidupan
lainnya (dari manusia masih berupa janin sampai meninggal dunia). Oleh karena masa-masa
tersebut dianggap sebagai masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya, maka diperlukan
adanya suatu usaha untuk menetralkannya, sehingga masa-masa tersebut dapat dilalui dengan
selamat. Usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk upacara yang kemudian dikenal sebagai
upacara lingkaran hidup individu yang meliputi: kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan
kematian. Tulisan ini terfokus pada upacara kehamilan, persalinan, dan masa nifas pada
masyarakat Banjar.
1. Masa Kehamilan
Pada masyarakat di Kalimantan tepatnya di Kalimantan Selatan, ada beberapa
pantangan yang harus dipatuhi oleh ibu hamil maupun suaminya yaitu :
1. Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
2. Tidak boleh keluar rumah pada waktu senja hari menjelang waktu maghrib,
dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.
3. Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan
akan kembar dempet atau siam.
4. Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar,
karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang
buntung.
5. Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
6. Dilarang pergi ke hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan mereka
baunya harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
7. Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan
berdempet menjadi satu.
BAB III

PENUTUP
3.1 kesimpulan
Budaya merupakan suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “
daya dari budi” yang berupa cipta,karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasul
dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu di
tiadakan. Kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan dari kebudayaan
dengan arti yang sama.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia yang
meruoakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman
(kodrat dan masyarakat). Selain itu, bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) yang berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganyadan mendidik WUS dan melakukan
tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas,
membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan
normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan,
memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu
dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas
dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim
kesehatan lain untuk kondisikondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Aspek budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi
pada budaya dikalimantan selatan seperti : sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil
tidak diperbolehkan untuk menyiapakan perlengkapan bayinya dengan alas an persiapan
sebelum waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu.
Kerugiannya bila bayi yang dilahirkan premature (28 minggu kehamilan), maka tidak ada
persiapan matang untuk memenuhi perlengkapan bayi. Oleh sebab keperatawan
maternitas harus mampu mengidentifikasi budaya daerah masing-masing.

3.2 Saran
Pengkajian budaya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas akan sangat
bermanfaat untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan. Manfaat yang akan diperoleh seperti:

 Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga dapat mengatasi masalah


kesehatan dengan tepat sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar
yang telah ditetapkan.
 Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya pelayanan kesehatan yang di bawah standar dan ataupun berlebihan akibat
efek samping atau komplikasi dari pelayanan kesehatan yang dibawah standar.
 Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, erat
hubungannya dengan kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan
pemakai jasa pelayanan.
 Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya
gugatan hukuman.
 Asuhan keperawatan maternitas sebagai pelayanan keperawatan profesional yang di
tujukan kepada wanita usia subur, bayi beserta keluarganya agar dapat beradaptasi secara
holistic, maka peran perawat perlu ditingkatkan dalam menerapkan proses keperawatan
yang tidak terlepas dari kemampuan perawat dalam menggali latar belakang budaya klien
dan keluarga agar sikap, nilai dan perilaku sehat yang dimilikinya tetap dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
 A.W. Widjaja. 2009. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat. Jakarta :
Akademika Pressindo
 Ali Zaidin. 2008. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Jakarta : Widya Medika
 BAPPENAS.2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
di Indonesia. Jakarta
 Central Bureau of Statistics et al.1995. Indonesia DemograQhic and Health Survey
Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994. Jakarta: Pusat Data
Indonesia.
 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. Proyek penelitian dan Pencatatan
Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Adat-Istiadat Daerah
Kalimantan Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
 Emily Slone McKinney, dkk. 2009. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunders Company.
 F.Swasono,Meutia.(1998). Kehamilan,Kelahiran, Perawatan Ibu Dan Bayi Dalam
konteks Budaya. Jakarta : Salemba Medika
 Hamilton Mary P . 2010 . Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas . Jakarta : EGC
 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Nilai%20dan%20Norma_0.pdf. DI AKSES PADA
22 Mei 2017
 J. Van Baal, (2011), Teori Antropologi Budaya. Jakarta : Gramedia
 Keesing, Roger. 2007. Antropologi Budaya Edisi ke dua. Jakarta: Erlangga.
 Koentjaraningrat. 2007. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
 Kusworini. 2012. Buku Panduan Praktek Profesi Mahasiswa Keperawatan Maternitas.
Malang : FK-UB
 Melalatoa, J. 2005. Ensiklopedi Sukubangsa di Indonesia A-K. Jakarta
 Naniek I. Taufan.(2011).Tradisi dalam Siklus Hidup Masyarakat Sasak, Samawa, k dan
Mbojo. Bima : Museum Kebudayaan Samparaja Bima.
 Nooorkasiani dkk. 2014. Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC
 pahlefi, abdur razak. 2009. Analisis perbandingan pandangan daur hidup (Tsukagirel)
dalam masyarakat jepang dan betawi. Jakarta : USU Repositori
 Shrimarti R. Devy dkk. 2011. Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di
Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Jurnal
Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62
 Siti Rahma. (2011) Tradisi Hang Wue Dalam Upacara Kelahiran Di Desa Siru,
Kec.Lembor, Kab. Manggarai Barat, NTT. Skripsi thesis. Yogyakarta : UIN Sunan
Kalijaga.
 Suryawati, C. 2007. Faktor Sosial Budaya Dallam Praktik Perawatan Kehamilan,
Persalinan, dan pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsi Kabupaten Jepara. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol.2/ No.1/ Januari 2007.
 Trisetyaningsih, Yanita. 2011. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil. Yoggyakarta : Stikes A.
Yani

Anda mungkin juga menyukai