DISCOVERY LEARNING 1
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas 1
Oleh :Kelompok 3
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Akhr kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami dan dipelajari bagi
siapapun yang membacanya. Sekian kata pengantar yang dapat kami sampaikan akhirul kalam
wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
Kelompok 3 DL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .............................................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 5
Latar belakang ........................................................................................................................................ 5
Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 6
Tujuan ..................................................................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 7
2.1 KONSEP TENTANG BUDAYA DAN KEHIDUPAN ................................................................................. 7
2.1.1 Definisi Budaya dan kebudayaan ................................................................................................. 7
2.1.2 Unsur-unsur Budaya dan Kebudayaan......................................................................................... 7
2.1.3 Wujud Budaya .............................................................................................................................. 9
2.1.4 Pemahaman tentang Nilai.......................................................................................................... 10
2.1.5 Macam-Macam Nilai .................................................................................................................. 10
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS ........................................................................... 12
Keperawatan Maternitas .................................................................................................................... 12
Standar Etik dan Aspek Legal Dalam Keperawatan Maternitas .......................................................... 13
Trend dan Isu Keperawatan Maternitas (Kesehatan Reproduksi Pranikah) dan Konsep Family Centre
............................................................................................................................................................ 14
Pengelolaan Pelayanan Asuhan Keperawatan Maternitas ................................................................. 18
Memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif pada bayi, ibu dan keluarga pada masa
post partum ........................................................................................................................................ 20
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia ...................................................................................... 21
Program Pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Anak Di Indonesia............................................................. 24
2.2.8 FORMAT PENGKAJIAN ................................................................................................................ 26
2.3 ASPEK BUDAYA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS ................................................................ 47
BAB III .......................................................................................................................................................... 69
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 69
kesimpulan ........................................................................................................................................... 69
Saran ..................................................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 71
BAB I
PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang
sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS
dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas,
membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal
selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi
tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan
menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40
hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisiyang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
1.3 Tujuan
Mengerti dan mengetahui konsep tentang budaya dan kebudayaan
Memahami konsep asuhan keperawatan maternitas
Mengetahui aspek budaya apa sajakah yang ada dalam keperawatan maternitas
Mengetahui dan memahami ragam indonesia yang berhubungan dengan maternitas
Mengetahui pengaruh budaya terhadap keperawatan maternitas
Mengerti dan mengetahui Larangan dan anjuran budaya apa sajakah yang
berhubungan dengan medis
Mengetahui dan memahami Larangan dan anjuran budaya apa sajakah yang
bertentangan dengan medis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP TENTANG BUDAYA DAN KEHIDUPAN
2.1.1 Definisi Budaya dan kebudayaan
Budaya merupakan suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “ daya
dari budi” yang berupa cipta,karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasul dari cipta,
karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu di tiadakan. Kata budaya di
sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama.
(Nooorkasiani dkk,2014)
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia yang meruoakan
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat). Selain itu, bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
awalnya bersifat tertib dan damai.
A.L. Kroeber dan C. Khuckhohn dalam bukunya Culture, Acritcal Review of Concepts
and Definitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau enjelmaan kerja
jiwa manusia dalam arti seluas luasnya.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan , nilai, norma, peraturan,
dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
didoto. Lokasinya ada didalam kepala atau alam pikiran masyarakat tempat kebudaan itu hidup.
Bila masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, lokasi dari kebudayaan
ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis dari masyarakat
bersangkutan. Sekarang, kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi
mikro-film dan microfish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer. (Nooorkasiani dkk,2014)
Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat dan
memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu tidak lepas satu dari yang lainnya, tetapi selalu
berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini adalah
sistem budaya. Dalam bahasa indonesia, terdapat pula istilah lain yang sangat tepat untuk
menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yakni adat atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya.
(Nooorkasiani dkk,2014)
Wujud kedua dari kebudayaan yang di sebut sistem sosial berkaitan dengan tindakan
berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yangberinteraksi, berhubuangan, serta bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari,
dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret,
terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat di observasi, difoto, dan didokumentasi. (Nooorkasiani
dkk,2014)
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebuyaan fisisk, dan tidak memerlukan banyak
penjelasan. Kebudayaan fisik merupakan semua hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat sehingga bersifat nyata dan berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Terdapat benda-benda yang sangat besar, misalnya gadung
yang tinggi. Ada pula benda-benda yang amat kompleks dan canggih, seperti CT Scan atau
benda-benda yang besar dan bergerak seperti pesawat terbang; ada bangunan hasil karya seni
arsitek seperti candi yang indah; ada pula benda-benda kecil, sperti kain batik atau yang lebih
kecil lagi, yaitu kancing baju. (Nooorkasiani dkk,2014)
Nilai yang dalam bahasa Inggrisnya adalah value biasa diartikan sebagai harga,
penghargaan, atau taksiran. Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau
penghargaan terhadap sesuatu. Bambang Daroeso (1986:20) mengemukakan bahwa nilai adalah
suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku
seseorang. Darji Darmodiharjo (1995: 1) mengatakan bahwa nilai adalah kualitas atau keadaan
sesuatu yang bermanfat bagi manusia, baik lahir maupun batin. Sementara itu Widjaja (1985:
155) mengemukakan bahwa menilai berati menimbang, yaitu kegiatan menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain (sebagai standar), untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan
itu dapat menyatakan : berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, indah atau tidak
indah, baik atau tidak baik dan seterusnya. Menurut Fraenkel, sebagaimana dikutip oleh
Soenarjati Moehadjir dan Cholisin (1989:25), nilai pada dasarnya disebut sebagai standar
penuntun dalam menentukan sesuatu itu baik, indah, berharga atau tidak.
Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono (1991: 15) membagi nilai
menjadi tujuh macam, yaitu :
(1) nilai intelektual.
(2) nilai personaldan fisik.
(3) nilai kerja.
(4) nilai penyesuaian.
(5) nilai social.
(6) nilai keindahan.
(7) nilai rekreasi.
Sementara itu Notonagoro membagai nilai menjadi tiga macam, yaitu :
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan
atau aktivitas
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, yang meliputi :
a. Nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber pada unsur akal
manusia (rasio, budi, cipta)
b. Nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis)
c. Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau kemauan
manusia (karsa, etis)
d. Nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, nilai kerohanian yang tertinggi
dan mutlak
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
Konsep keperawatan maternitas berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran
merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial
dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai
pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya
sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan
yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi Konsep
1. Gizi Buruk
Pemahaman orang tua akan pentingnya pemenuhan gizi bagi anak masih belum maksimal
terutama pada orang tua di daerah. Minimnya pendidikan serta tingginya kepercayaan
masyarakat terhadap mitos membuat masalah gizi buruk ini menjadi agak susah untuk ditangani.
Dan tentu saja, faktor kemiskinan memegang peranan penting pada masalah kesehatan anak
Indonesia ini.
2. ASI
Apapun alasannya, ASI tetap yang terbaik bagi bayi dan anak. Namun sayangnya, tidak
banyak orang tua yang sadar dan mengetahui bahwa ASI bisa membantu anak untuk memiliki
sistem kekebalan tubuh yang prima sehingga banyak orang tua yang cenderung memilih untuk
memberikan susu formula bila dibanding dengan memberikan ASI bagi anak mereka. Tenaga
kesehatan, baik itu bidan, dokter, dll memegang peranan penting untuk bisa mensosialisasikan
tentang pentingnya ASI bagi kesehatan anak Indonesa.
3. Imunisasi
Walaupun masih terjadi pro dan kontra di masyarakat tentang arti pentingnya imunisasi,
namun yang perlu digaris bawahi adalah imunisasi merupakan salah satu upaya orang tua untuk
mengantisipasi anak mereka supaya tidak terpapar beberapa jenis penyakit.
4. Kekurangan Zat Besi
Bisa dibilang hampir sebagian besar anak Indonesia kekurangan zat besi karena sebenarnya
sejak usia 4 bulan bayi harus diberi tambahan zat besi. Namun tidak semua orang tua menyadari
dan mengetahui masalah ini. Kekurangan zat besi atau yang terkadang disebut dengan defisiensi
zat besi akan berdampak bagi pertumbuhan anak di kemudian hari. Oleh karena itu, ini
merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian orang tua.
5. Kekurangan Vitamin A
Mata adalah salah satu indera yang berperan penting bagi masa depan anak. Kekurangan
vitamin A bisa menyebabkan berbagai masalah penyakit mata yang tentu saja bila tidak
ditangani dengan baik bisa menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, sebaiknya sejak hamil ibu
sudah harus mulai memperhatikan asupan vitamin A sesuai dengan kebutuhan.
6. Kekurangan Yodium
Ini merupakan masalah klasik bagi kesehatan anak Indonesia. Banyak ditemukan anak
Indonesia yang kekurangan yodium sehingga menderita penyakit pembengkakan kelenjar
gondok. Seorang ibu yang pada saat hamil menderita penyakit pembengkakan kelenjar gondok
secara otomatis akan melahirkan bayi yang kekurangan yodium.
1. PENGKAJIAN PRENATAL
DATA UMUM KLIEN DAN PASANGAN
1. Initial klien :
2. Usia :
3. Status perkawinan :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terakhir :
7. Alamat :
8. Inisial Suami :
9. Usia :
10. Agama :
11. Pekerjaan :
13. Alamat :
jelaskan……………………………………………..
Riwayat ginekologi :
Pemeriksaan fisik
1. Kepala Leher
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
2. Dada
Jantung
Paru
Payudara
Puting susu : menonjol / datar
Pengeluaran ASI :
3. Abdomen
a) Uterus
Pigmentasi
o Linea nigra
o Strie gravidarum
Keputihan
Konsistensi : ……………………………………..
Bau : ……………………………………..
5. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Eliminasi
BAK
Frekuensi :
Jumlah :
Warna Urine :
Masalah khusus :
BAB
Frekuensi :
Konsistensi :
Jumlah :
Konstipasi : ya/tidak
Asupan nutrisi
Asupan cairan
cukup/ kurang
Mual/muntah : ya/tidak
Frekuensi :
Keadaan mental
Persiapan persalinan
Senam hamil
Perawatan payudara
…………………….………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………
3. PENGKAJIAN INTRANATAL
DATA UMUM
1. Initial klien :
2. Usia :
3. Status perkawinan :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terakhir :
7. Alamat :
8. Inisial Suami :
9. Usia :
10. Agama :
11. Pekerjaan :
6. Alat bantu yang digunakan : (gigi palsu/ kacamata/ lensa kontak/ alat bantu dengar), lain2
sebutkan……………………………………
4. Jumlah anak :
10. Rencana KB : ya/ tidak, jenis apa, alasan tidak memakai apa………………………..
Lingkari : relaksasi/ pernafasan/ manfaat ASI/ cara member minum dengan botol/ senam nifas/
metoda KB/ perawatan perineum, lain2 : sebutkan…………………………..
13. Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu mengurus bayi : suami/ teman/ orang
tua
4. Pemeriksaan fisik :
d. Jantung
e. Paru-paru
f. Payudara
j. Reflex : …………………………………………………………………
Hasil : …………………………………………………………………………………..
7. Hasil laboratorium………………………………………………………………………… …
DATA PSIKOSOSIAL
LAPORAN PERSALINAN
I. PENGKAJIAN AWAL
7. Pengeluaran pervaginam................................................................................................
5. Keadaan psikososial...............................................................................................
7. Tindakan ................................................................................................................................
8. Pengobatan ................................................................................................................................
KALA II
P ...................... x/menit
5. Keadaan psikososial..................................................................................................................
7. Tindakan ................................................................................................................................
KALA III
4. Karakteristik plasenta
o Kelainan ....................................................................................
7. Kebutuhan khusus....................................................................................................................
8. Tindakan ................................................................................................................................
9. Pengobatan ................................................................................................................................
KALA IV
P ...................... x/menit
6. Tindakan ................................................................................................................................
BAYI
6. Kaput: suksedaneum/cephalhematom
7. Suhu............... oC
8. Anus: berlubang/tertutup
4. PENGKAJIAN POSTPARTUM
DATA UMUM KLIEN
1
2
3
4
5
2. Masalah kehamilan
Riwayat Persalinan
Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi
Kesadaran ................................................................
Tanda Vital
o Kepala
o Mata
o Hidung
o Mulut
o Telinga
o Leher
o Masalah khusus:..................................................................................................................
Dada
o Jantung
o Paru
o Payudara
o Puting Susu
o Pengeluaran ASI
o Masalah khusus:............................................................................................................
Abdomen
o Involusi uterus
Kontraksi:…………………Posisi: .........................................................
o Kandung kemih
o Fungsi pencernaan
o Masalah khusus:.................................................................................................................
o Perineum: Utuh/Episotomi/Ruptur
o Tanda REEDA
R: kemerahan: ya/tidak
E: bengkak: ya/tidak
E: echimosis: ya/tidak
A: approximate: baik/tidak
o Kebersihan
o Lokia
o Jumlah
o Jenis/warna
o Konsistensi
o Bau
o Masalah khusus:....................................................................................................
Ekstremitas
Eliminasi
o Pola tidur: Kebiasaan: tidur…..lama ..... jam, frekuensi……..pola tidur saat ini……….
o Tingkat mobilisasi
o Latihan/senam
o Masalah khusus:...............................................................................................
o Asupan cairan:………….cukup/kurang
o Masalah khusus:
................................................................................................................................
Keadaan Mental
o Adaptasi psikologis
o Masalah khusus:
................................................................................................................................
Kemampuan
menyusui............................................................................................................................
Oban-obatan
............................................................................................................................................................
Keadaan umum ibu ....................................
Tindakan resusitasi
...............................................................................................................................
................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
Masalah:
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Perencanaan Pulang
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Diagnosa Keperawatan
Trimester I
a. Kecemasan
b. Nyeri
c. Gangguan nutrisi
d. Perubahan pola seksual
Trimester II
a. Nyeri
b. Gangguan gambaran diri
c. Perubahan proses keluarga
d. Kecemasan
e. Perubahan pola seksual
Trimester III
a. Nyeri
b. Pola nafas tidak efektif
c. Perubahan pola tidur
d. Intoleransi aktivitas
e. Perubahan pola seksual
Aspek budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi pada
budaya dikalimantan selatan seperti : sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil tidak
diperbolehkan untuk menyiapakan perlengkapan bayinya dengan alas an persiapan sebelum
waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu. Kerugiannya bila
bayi yang dilahirkan premature (28 minggu kehamilan), maka tidak ada persiapan matang untuk
memenuhi perlengkapan bayi. Oleh sebab keperatawan maternitas harus mampu
mengidentifikasi budaya daerah masing-masing.
Usia kehamilan usia 28 minggu, ibu hamil dianjurkan melakukan mandi-mandi atau
siraman dengan menggunakan air bunga dan mayang kelapa yang ditepuk-tepukkan ke seluruh
badan ibu hamil dengan alas an agar bayi yang dilahirkan selamat dan terhindar dari gangguan
roh gaib. Dan selama masa kehamilan ibu hamil maupun keluarganya tidak diperbolehkan tidak
memakan ikan yang disembelih dan tidak boleh melihat hal-hal yang aneh atau mengejek orang
lain karena diyakinkan dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin dan mereka berkeyaninan bayi yang akan dilahirkan akan menjadi cacat
atau seperti binatang yang dilukai.
Bagi ibu yang hamil dan bapak bayi tidak diperbolehkan mandi dengan mengguanakan
sarung atau kain panjang yang dililitkan ke lehernya, dengan alas an dapat membuat lilitan tali
pusat pada bayi sehingga mempersulit kelahiran. Perawat harus mengkaji budaya yang ada di
masyarakatnya untuk memudahkan dalam menentukan penegakkan diagnosa keperawatan
metenitas.
1. Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang
makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar
bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya
kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti
pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan responden cukup kuat
seperti adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan. Ini dikarenakan pendidikan yang
rendah dan budaya generasi sebelumnya serta kepatuhan terhadap anjuran orang tua. Mitos
atau pantangan yang harus dilakukan oleh ibu hamil yaitu pantangan terhadap makanan yang
berasal dari sumber hewani (telur dan ikan laut) dan nabati (nanas, terong). Misalnya, nanas
tidak boleh dimakan khawatir menimbulkan rasa panas dan tidak boleh makan makanan
pedas karena khawatir bayinya sakit mata. Beberapa responden mempercayai adanya mitos
atau pantangan tersebut karena khawatir akan mengalami keguguran dan biasanya anjuran
orang tua sering terkabul.
Adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan, didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Emiliana dan Moh. Hakimi di Kecamatan Banyuurip bahwa walaupun kuat
dalam beragama dan tekun beribadah, masyarakat Banyuurip masih melakukan pantangan-
pantangan makanan tertentu berkenaan dengan kehamilan[4]. Makanan yang dipantang yaitu
sumber hewani dan nabati. Selain itu, ibu hamil juga melakukan pantangan yang lain seperti
duduk di tengah pintu dan duduk di lantai tanpa alas/ tikar/bangku kecil serta mereka masih
percaya pada adanya gangguan jin yang dapat mengancam keselamatan bayi dalam
kandungan atau bayi yang baru saja dilahirkan.
Adanya pengaruh budaya (mitos) seputar kehamilan yang cukup kuat mengakibatkan
sebagian besar responden lebih mempercayai budaya tersebut daripada anjuran tenaga
kesehatan (dokter dan bidan). Mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun
karena menganggap bahwa dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat
melakukan pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan. Ketika periksa kehamilan ke
pelayanan kesehatan, mereka hanya ingin diperiksa dan memastikan bahwa kondisinya sehat
dan diberi obat. Oleh karena itu, ketika akan bersalin sebagian responden lebih memilih
bersalin ke dukun daripada bidan, karena bersalin ke bidan dianggap persalinan yang
susah/sulit sehingga akan menjadi aib (dilihat dan dibicarakan banyak orang) bagi ibu hamil
dan keluarga ibu hamil.
Dalam perawatan kehamilan Budaya Madura dalam perawatan kehamilan sudah sejak
lama, dipercaya oleh masyarakat pada saat itu, berkembang dari mulut ke mulut hingga
akhirnya budaya perawatan kehamilan dilakukan oleh ibu hamil di desa. Perawatan
kehamilan yang berasal dari budaya tersebut menunjukkan adanya keterlibatan orang tua atau
mertua dalam mengambil peran selama masa kehamilan ibu hamil.
Proses pewarisan budaya perawatan kehamilan berasal dari anjuran orang tua atau
mertua yang akhirnya lingkungan sosial (ibu-ibu yang pernah hamil) juga ikut terpengaruh
untuk saling berbagi pengalaman selama masa kehamilan dan saat melakukan perawatan
kehamilan. Selain dari anjuran keluarga, ibu hamil juga meniru kebiasaan keluarganya dalam
perawatan kehamilan sebelumnya, sehingga tidak sulit bagi ibu hamil untuk mempraktekkan
atau melakukan hal yang serupa. Budaya perawatan kehamilan diturunkan secara terus-
menerus ke anak cucunya sehingga budaya perawatan kehamilan tersebut tetap terjag dan
terus ada hingga kini walaupun ilmu pengetahuan medis telah menyentuh ke dalam berbagai
aspek kehidupannya.
Suami dan istri yang hamil selama bayi dalam kandungan diharapkan selalu berbuat
kebajikan, deramwan, selalu beribadah dan mencari kegemaran yang bermanfaat, seperti
membersihkan rumah atau pekarangan, memperbaiki rumah dan lain-lain.
2. Syukuran kelahiran
1. Upacara menanam Ari-Ari (placenta)
2. Upacara puput puser (lepas tali pusar)
3. Upacara cukur rambut
1. Padang
Upacara Kehamilan di Minangkabau
Pada beberapa nagari ada kebiasaan sebelum mengadakan upacara kelahiran harus
melaksanakan upacara kehamilan lebih dahulu.
Ketika roh ditiupkan kedalam seorang ibu pada saat janin berusia 16 minggu, maka
disaat inilah beberapa kalangan masyarakat mengharapkan doa dari kerabatnya. Pengertian
kerabat disini terdiri dari para ipar dan besan dari masing-masing pasangan isteri. Biasanya
diadakan acara seperti mengadakan syukuran.
Seperti pada umumnya setiap hajat kebaikan, maka keluarga yang akan membangun
kehidupan baru menjadi pasangan keluarga sakinah ma waddah wa rahmah memohon kepada
Yang Maha Kuasa agar awal kehidupan janin membawa harapan yang dicita-citakan.
Upacara Kelahiran Minangkabau
Pada zaman dahulu biasanya kelahiran bayi biasanya dibantu oleh seorang dukun atau
bidan, yang ditunggui oleh ibu mertua. Namun pada zaman sekarang sudah dilakukan oleh
dokter dirumah sakit atau rumah bersalin.
Untuk menyambut kelahiran sang bayi, diadakan pertunjukan musik Talempong
sebbagai pernyataan kegembiraan dan rasa syukur keluarga tersebut. Plasenta bayi (uri)
dimasukkan kedalam tanah dan ditutupi dengan kain putih. Penguburan plasenta (batanam
uri) dilakukan oleh salah seorang yang dianggap terpandang dalam lingkungan keuarga.
- Menyambuik Kelahiran
Setelah bayi yang dikandung oleh ibunya dan dilahirkan dengan selamat, maka pihak
bako (keluarga ayah) dari si bayi harus segera dikabari. Kemudian bako akan menyilau
(melihat) anak pada hari kelahirannya itu juga dengan membawa buah tangan berupa
ameh (emas) sabantuak. Pada saat itu bako si bayi menanyakan pada ibu si bayi tersebut
kapan si bayi boleh dibawa pulang dari rumah bersalin. Pada hari yang telah ditentukan
untuk membawa pulang si bayi, maka bako si bayi datang untuk menjapuik (menjemput)
si bayi dan membawa si bayi pulang kerumah ibunya. Saat menjapuik bayi tersebut
induak bako membawa sebuah kain panjang baru untuk menggendong si bayi. Bayi
mungil itu akan digendong bakonya sampai ke rumah ibunya. Biasanya pada saat
menjapuik bayi kerumah bersalin, bako menyewa satu kendaraan. Setelah sampai
dirumah ibu si bayi bako menidurkan si bayi ditempat yang disediakan. Kemudian bako
akan menyampaikan rencana turun mandi si bayi kepada pihak keluarga ibu si bayi.
Setelah berbincang sejenak, pihak bako meminta diri untuk pulang kerumahnya. Kain
panjang yang dipakai untuk menggendong si bayi tidak boleh dibawa agi oleh bako,
melainkan diberikan kepada si bayi.
- Turun Mandi
Tiga hari setelah si bayi dibawa pulang dari rumah bersalin, sesuai dengan rencana
induak buko, maka pada hari ketiga itu akan dilangsungkan acar turun mandi. Upacara
turun mandi dilakukan setelah bayi berumur 40 hari. Acara turun mandi biasanya
dilakukan pada pagi hari. Pada saat acara turun mandi bako membawakan kain balapak,
maniak kudo-kudo dan perlengkapan mandi untuk pisangnya. Sesampai dirumah si bayi,
bako akan memasangkan kain balapak disekeliling badansi bayi dan mengalungkan
maniak kudo-kudo dileher si bayi. Setelah itu bako akan menggendong si bayi dengan
kain panjang yang dipakai untuk membawa si bayi dari rumah bersalin dulu ketempat
pemandian umum yang biasanya disebut dengan pancuran. Sesampai dipancuran, induak
bako akan memandikan anak pisangnya. Setelah selesai dimandikan si bayi dibedung dan
dipasangkan lagi kain balapak dan maniak kudo-kudo. Kemudian bako mengantarkan si
bayi kembali ke rumah ibunya. Tujuan dari acara turun mandi ini adalah agar si bayi
mengenal lingkungannya dengan baik dan dapat menjadi bagian dari lingkungan itu.
- Maambiak Abuak
Acara maabiak abuak dilakukan enam hari setelah kelahiran bayi. Pada hari yang telah
ditentukan itu induak bako pergi kerumah anak pisangnya dengan membawa nasi lamak,
godok, goreng, dan singgang ayam. Acara maambiak abuak dilakukan oleh alim ulama,
tujuannya adalah agar si bayi terhindar dari segala kejelekan dan kejahatan. Pada acara
ini biasanya juga disertai dengan acara maagiah namo untuk si bayi. Acara dimulai
dengan proses mendo’a, kemudian maagiah namo si bayi yang dilanjutkan dengan
memotong rambut si bayi yang dipotong lebih kurang 7 helai rambut setiap sisi kepala si
bayi. Kemudian rambut yang telah dipotong ditaruh diatas daun pisang yang didalamnya
terdapat berbagai jenis kembang yang diberi wewangian. Tujuannya adalah agar si bayi
dapat menjadi anak yang baik dan disenangi semua orang. Pembawaan induak bako akan
ditinggalkan dirumah anak pisangnya sebanyak separuh, sementara yang separuhnya
dibawa kemabli pulang oleh induk bako. Selain itu pembawaan induak bako akan diganti
dengan gulai ikan, dan pengganan lainnya oleh pihak keluarga anak pisang.
- Aqiqah
Acara aqiqah adalah acara yang bernafaskan ajaran agama islam. Hadist dari Nabi
Muhammad SAW mengatakan bahwa anak yang baru lahir hendaklah diqaqiqahkan.
Waktu pelaksanaan aqiqah sebaiknya adalah pada hari ke tujuh kelahiran, atau hari
keempat belas kelahiran, atau hari ke dua puluh satu kelahiran. Jika tidak mampu
melakukannya pada tiga jangka waktu itu, maka anak harus diaqiqahkan sebelum ia
menikah. Untuk mengaqiqahkan anak laki-laki disediakan dua ekor kambing, sedangkan
untuk mengaqiqahkan anak perempuan disediakan satu ekor kambing. Kambing jantan
yang digunakan untuk aqiqah adalah kambing jantan yang telah berumur tiga tahun dan
tidak cacat. Acara aqiqah dimulai dengan penyampaian niat aqiqah dari orangtua si bayi
kepada alim ulama serta semua keluarga dan undangan. Kemudian dilanjutkan dengan
acara mendo’a syukuran dan persiapan pemotongan. Setelah itu kambing disembelih,
llalu dibersihkan dan dimasak. Setelah gulainya masak, dibacakan do’a aqiqah di atas
rumah serta diteruskan dengan acara makan-makan.
- Manjapuik Anak
Acara manjapuik anak dilakukan setelah anak berumur antara satu sampai tiga bulan.
Acara manjapuik anak dilakukan oleh pihak bako si anak. Induak bako sebelum pergi
manjapuik anak ke rumah ibunya terlebih dahulu memberitahu kapan anak akan
dijemput. Kemudian induak bako akan menjemput anak pisangnya sesuai dengan
kesepakatan yang telah direncanakan. Pada saat manjapuik anak, induak bako membawa
kain balapak dan maniak kudo-kudo yang kemudian dipasangkan pada si anak. Setelah
sampai dirumah si anak, induak bako menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya
pada tuan rumah. Atas persetujuan dari tuan rumah, maka induak bako memasangkan
kain balapak dan maniak kudo-kudo pada si anak dan tidak boleh pulang kerumahnya
dalam tiga hari itu. Setelah anak dan ibunya berada tiga hari dirumah bako si anak, maka
pada hari keempat si anak dan ibunya boleh kembali kerumahnya. Anak dan ibunya tidak
dibiarkan pulang sendiri melainkan akan diantarkan kembali oleh induk bako si anak. Si
anak belum boleh pergi kerumah bakonya sendiri sebeum dia dijapuk oleh bakonya.
- Mantaan Anak
Setelah si anak dan ibunyaa berada dirumah bako si anak selama tiga hari, maka pada
hari keempat anak dan ibunyaa tersebut akan diantarkan kembali oleh induak bako si
anak ke rumah ibunya. Acara ini dikenal juga dengan nama acara mantaan anak. Pada
acara mantaan anak semua pihak bako si anak berkumpul dirumah bako kontansi anak
dengan membawa bangkiah yang berisi satu liter beras untuk mengiringi anak
kerumahnya. Sementara bako kontan si anak akan memberi anak seekor kambing atau
seekor ayam betina untuk bekalo bagi si ibu dalam membesarkan anak. Anak yang akan
diantarkan, setelah dimandikan dipakaikan kain balapak dan maniak kudo-kudo.
Kemudian akan digendong oleh bako kontannya dan diarak beramai-ramai dengan diikuti
oleh semua bako dan undangan yang membawa bangkiah tadi untuk diantarkan sampai
kerumah ibu si anak. Sesampai disana si anak akan ditidurkan ditempat yang disediakan
dan acara dilanjutkan dengan acara makan-makan. Setelah itu induak bakodan semua
pihak yang ikut mengantarkan si anak tadi mohon diri untuk kembali kerumah mereka.
Isi bangkiah para pengiring dalam acara maantaan anak ini, diganti dengan sebungkus
nasi lengkap dengan lauknya.
Wanita datang bulan tergolong mengalami salah satu “Cuntaka” dari Catur Cuntaka. Cuntaka
artinya kotor, dalam bahasa Bali “leteh”. Menurut tradisi yang tergolong Catur Cuntaka adalah :
Mereka tersebut dilarang memasuki pura karena mencemari kesucian pura. Bila dilanggar
hukumannya adalah hukuman spiritual dan bila diketahui oleh masyarakat, yang bersangkutan
diwajibkan mengadakan upacara “pecaruan” (upacara penyucian) dan menghaturkan sesajen di
pura tersebut.
1. Selain bentuk upacara, ada beberapa mitos (larangan) makanan bagi wanita hamil,
seperti tidak dibolehkan makan daging ayam karena ayam sering berkelahi dengan
sesamanya. Hal ini mengandung makna bila si ibu suka makan daging ayam, maka akan
mempengaruhi jiwa anak yang nantinya juga akan suka berkelahi. Dalam perkembangan
selanjutnya bahkan dianjurkan agar si ibu tidak memakan daging dan semua makhluk
yang bernyawa, tetapi hanya dibolehkan makan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
2. Larangan lainnya yang perlu diindahkan antara lain tertuang dalam transkripsi Lontar
Arda Semara, yaitu larangan-larangan/pantangan-pantangan bahwa orang hamil tidak
boleh sering-sering tidur, tidak boleh menyembah mayat, tidak boleh diberi kata-kata
kasar, tidak boleh didatangi atau mendatangi orang yang sedang melangsungkan
pernikahan, tidak boleh berkumpul dengan laki-laki lain, tidak boleh mengucapkan kata-
kata kasar (wakcapala), mencela orang cacat fisik, mencaci maki (wakparusya) atau
melihat orang menyembelih binatang (ahimsa karma) apabila binatang dalam keadaan
menggelepar-gelepar saat disembelih sebab semuanya itu akan mempengaruhi janin
yang sedang dikandung. Selain itu ibu harus selalu bersih dalam penampilan dan menjaga
kesehatan, rajin membaca hal-hal yang menyokong pengetahuan tentang kehamilan, tidak
dibenarkan ribut/berkelahi dengan suami, banyak mendengar nasihat dari lagu-lagu yang
mencerminkan tata susila dan pemujaan (kerohanian), tidak menonton film yang
membuat tegang, dan sebagainya.
3. orang yang hamil tidak boleh potong gigi (matatah/mesangih), si suami dilarang potong
rambut sebagai tanda kecintaan dan kesetiaannya terhadap istri, tidak dibenarkan pula
mencela orang cacat jasmanis dan mental, tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat
menyakitkan hati, dapat memenuhi perasaan istri, dilarang membangun rumah dan
temakuh, suami harus hormat pada istri yang berarti pula hormat pada bayi yang sedang
dikandung dan sebagainya.
Seperti halnya masyarakat tradisional lain di Indonesia, Suku Sasak yang tinggal di Pulau
Lombok juga mengenal tradisi selamatan ketika usia kandungan calon ibu pada kehamilan
pertama berumur tujuh bulan atau umumnya dikenal dengan tujuh bulanan. Tradisi tujuh bulanan
dalam masyarakat Sasak disebut Bretes atau Bisoq Tian.
Bretes dalam bahasa Sasak artinya putus atau merupakan upacara daur hidup dalam
tradisi masyarakat Sasak yang aplikasinya dalam bentuk rowah (keselamatan). Kegiatan bretes
tidak dilakukan siang hari seperti pada umumnya, melainkan diselenggarakan hari Kamis malam
atau malam Jumat. Saat usia kehamilan tujuh bulan ini, secara tradisional dianggap bayi yang
dikandung sudah matang atau sudah bisa dilahirkan. Artinya usia tersebut sesungguhnya bayi
sudah siap lahir. Namun, usia sembilan bulan adalah usia kehamilan yang dianggap benar-benar
telah siap.
Tradisi Bretes dilakukan untuk menyiapkan calon ibu dalam menghadapi proses
melahirkan ketika saatnya tiba. Seluruh proses kegiatan selamatan ini dikenal dengan nama
rowah bretes. Suasana islami dalam tradisi Bretes, kental mewarnai tiap protes ritualnya.Hal ini
disebabkan karena masyarakat suku Sasak secara umum beragama Islam. Ketika calon ibu yang
tengah mengandung itu akan menjalankan prosesi Bretes, saat mandi air bunga setaman atau
bunga rampai, posisi duduknya menghadap ke arah kiblat.
Usai mandi dengan air bunga setaman yang dilakukan oleh dukun beranak – dalam tradisi
aslinya – calon ibu akan mengitari dukun beranak tersebut atau ibunda dari calon ibu tujuh kali.
Prosesi mengelilingi ini dilakukan sebanyak tujuh kali seperti orang tawaf (ritual mengelilingi
Ka’bah).
Selama prosesi Bretes berlangsung, doa-doa dari ayat suci Al-Quran terus berkumandang
dalam zikir serakalan yang mengiringinya. Namun, sebelum serakalan dimulai, dilakukan
kegiatan membaca Surat Maryam. Salah satu surat yang menggambarkan kemuliaan dan
keluhuran seorang ibu ketika melahirkan Nabi Isa A.S / Yesus., tanpa ayah secara nyata. Zikir
dan doa yang dilantunkan adalah untuk kebaikan dan kelancaran persalinan yang akan dihadapi
oleh calon ibu tersebut. Doa – doa tersebut sengaja dikumandangkan untuk menyuntikkan
keberanian, semangat dan dukungan psikis bagi ibu menghadapi hari – hari “berat” sekaligus
membahagiakan ketika melewati proses melahirkan kelak.
Prosesi bretes diawali dengan menyiapkan air yang akan dipakai untuk memandikan
calon ibu. Air tersebutlah yang dimaksud dengan air bunga setaman atau bunga rampai yang
dikenal masyarakat Sasak sebagai air kumkuman, yang akan dipakai untuk ritual mandi bagi
calon ibu. Air tersebut diambil dari sebuah sumur atau jika ada mata air khusus yang biasa
dianggap suci bagi masyarakat di desa atau perkampungan tersebut. Ada juga yang memakai air
yang diambil dari tujuh mata air. Kesemuanya ini tergantung dari kebiasaan yang telah dilakukan
secara turun-menurun masyarakat tersebut. Tujuannya sama, memandikan si calon ibu dengan
air yang suci sehingga jauh dari bibit-bibit penyakit dan bersih.
Air kumkuman ini biasanya ditempatkan di sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat
atau yang dikenal dengan gentong. Bukan hanya air kumkuman yang disiapkan, melainkan air
bersih lain dari beberapa wadah lainnya sebagai pembilas. Ketika melaksanakan ritual mandi air
kumkuman, ada yang khas yang dilakukan masyarakat komunitas masyarakat adat Sasak, yakni,
selain si calon ibu duduk menghadap arah kiblat, ia juga di dudukkan persis di bawah petirisan
(pancuran yang ada pada tiap sudut atap rumah tempat jatuhnya air hujan dalam volume yang
lebih besar dari lainnya, berupa sambungan atap genteng). Posisi duduknya membelakangi
petirisan tersebut.
Calon ibu diguyur air kumkuman dari arah belakang, seolah-olah air mandi tersebut
langsung jatuh dari petirisan tersebut. Selama prosesi adat bretes berlangsung, selalu ada
kemenyan yang dibakar dan ditempatkan di tengah-tengah acara tersebut. Ini merupakan bagian
dari menyemarakkan prosesi dengan mengharumkan suasana. Juga merupakan bagian dari
komunikasi masyarakat adat Sasak dengan para leluhurnya. Masyarakat tradisional Sasak
percaya ketika mereka menyelenggarakan kegiatan semacam ini, para leluhurnya akan pulang
dan disumsikan mereka ikut menyaksikan segala prosesi ritual atau upacara adat tersebut. Karena
itulah, selama prosesi berlangsung, dalam rumah tempat diselenggarakannya kegiatan disiapkan
dulang (nare) berisi makanan yang dimaksudkan untuk “menjamu” para leluhur. Menghormati
leluhur namun tidak menyembahnya. Semacam bentuk komunikasi gaib antara yang hidup
secara nyata dengan yang tidak nyata.
Dalam prosesi tersebut juga akan dibacakan kisah-kisah legenda Sasak atau yang diambil
dari cerita lontar Sasak seperti Angling Darma, yang menggambarkan tentang seorang anak laki-
laki yang hebat. Bentuk-bentuk dan cerita lontar dan legenda ini diungkapkan dalam kegiatan
bretes adalah mengungkapkan pengharapan baik bagi si anak yang lahir kelak, sesuai dengan
tokoh-tokoh yang menjadi sentral dalam cerita tersebut.
Dalam upacara bretes tidak hanya menyiapkan mental si calon ibu, melainkan ada
beberapa hal yang juga disiapkan untuk si bayi yang akan lahir kelak. Misalnya menyiapkan
sebuah kain khas yang ditenun secara tradisional yang disebut kain tembasan. Kain ini
merupakan kain khusus untuk si bayi yang terbuat dari benang mentah (kasar). Selain itu,
dulunya, ada juga yang menggunakan umbaq kombong. Kain ini kelak akan menjadi “kawan”
bagi si bayi ketika sakit yang akan dipakai untuk menyelimuti. Tidak jarang, saat sakit melanda
bayi tersebut, kain ini akan direndam dan airnya diberikan kepada si bayi untuk diminum.
Usai prosesi mandi dengan air kumkuman di bawah petirisan, calon ibu di-sembeq
(mengoleskan ramuan tertentu di kening seperti orang India) di tiap pergelangan dan di sela dua
alis. Mengolesnya dilakukan dari atas ke bawah. Maknanya untuk memberikan rasa optimisme
bagi calon ibu. Bahan untuk sembeq ini terbuat dari lekoq (daun sirih), buah pinang yang disebut
buaq, gambir dan apuh mamaq (kapur sirih). Sembeq dilakukan oleh seorang belian (dukun atau
“orang pintar” yang legalitasnya diterima dalam masyarakat tradisi Sasak). Sembeq yang
dianggap paling afdol adalah yang dimamaq atau dikunyah belian. Meskipun demikian ada juga
yang menumbuk halus bahan sembeq tersebut menggunakan alat penumbuk. Sembeq adalah
akhir dari prosesi adat bretes.
Dalam masyarakat tradisional Sasak juga mengenal pendidikan pre-natal (pra kelahiran).
Selain calon ibu tak lagi boleh bekerja semenjak mulai mengadung, terutama menjelang masa-
masa penantian melahirkan, calon ibu tidak diperbolehkan sama sekali berkata-kata yang tidak
sopan apalagi memaki-maki. Namun, bukan berarti perempuan yang tidak mengandung boleh
melakukan itu. Calon ibu akan senantiasa diingatkan oleh orang disekitarnya untuk tidak
melakukan hal tersebut. Ini juga merupakan bentuk perhatian keluarga dan masyarakat sosial
bagi kebaikan calon ibu dan bayinya kelak.
Jika hal tersebut dilakukan, dipercaya anaknya kelak juga akan terbiasa melakukan hal-
hal yang dilakukan oleh si ibu. Karena, dianggap secara langsung dapat mempengaruhi mental
anak dalam kandungan.
Beberapa hal lain yang ditabukan dalam masyarakat Sasak, saat seorang perempuan
mengandung adalah suaminya tidak boleh memotong rambut sampai istrinya melahirkan. Suami
juga tidak boleh membunuh binatang. Bagi para tukang jagal, biasanya akan menghentikan
aktifitas menjagal ketika istri-istri mereka mengandung. Mereka kembali menekuni profesi
tersebut setelah istrinya melahirkan. Masyarakat tradisional Sasak memiliki keyakinan yang
kuat. Jika itu dilanggar anak yang dilahirkan akan cacat.
Kehamilan dalam pengetahuan orang rembong dianggap sebagai sebuah siklus hidup yang harus
dihormati dengan upacara adat. Tujuannya untuk menjaga keselamatan ibu yang hamil dan janin
yang dikandungnya dari gangguan roh jahat.
Orang rembong adalah nama Salah satu di Flores,Nusa Tenggara Timur. Suku ini
memiliki adat istiadat yang unik dan sacral dalam penyelenggaraannya,salah satunya ritual yang
berhubungan dengan siklus hidup berupa kehamilan. Unik karena ritual tersebut diadakan
dengan upacra yang melibatkan banyak pihak dan dipenuhi banyak sesaji. Sementara itu, sacral
karena dipenuhi oleh mantra yang dibacakan oleh ketua adat selama proses berlangsung.
Menurut cerita dari masyarakat Rambong ,adat istiadat ini merupakan ajaran leluhur sejak
dulu,mereka meneruskan hingga hari sekarang (Ignatius Egi Dado,1997).
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Budaya merupakan suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti “
daya dari budi” yang berupa cipta,karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasul
dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu di
tiadakan. Kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan dari kebudayaan
dengan arti yang sama.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia yang
meruoakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman
(kodrat dan masyarakat). Selain itu, bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional
keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) yang berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganyadan mendidik WUS dan melakukan
tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas,
membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan
normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan,
memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu
dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas
dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim
kesehatan lain untuk kondisikondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Aspek budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi
pada budaya dikalimantan selatan seperti : sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil
tidak diperbolehkan untuk menyiapakan perlengkapan bayinya dengan alas an persiapan
sebelum waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu.
Kerugiannya bila bayi yang dilahirkan premature (28 minggu kehamilan), maka tidak ada
persiapan matang untuk memenuhi perlengkapan bayi. Oleh sebab keperatawan
maternitas harus mampu mengidentifikasi budaya daerah masing-masing.
3.2 Saran
Pengkajian budaya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas akan sangat
bermanfaat untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan. Manfaat yang akan diperoleh seperti: