Anda di halaman 1dari 6

Episteme Bayani

EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI DALAM MEMPEROLEH


PENGETAHUAN TENTANG MASHLAHAH hal 2

Secara etimologis, term bayani mengendung beragam arti yaitu: kesinambungan (al-waslu):
keterpilahan ( al-fashlu): jelas dan terang (al-zhuhur wa al-wudlhuh): dan kemampuan
membuat terang dan generic

EPISTEMOLOGI BAYANI DALAM KAJIAN USHUL FIQH hal 4

Kronologi bayani dimulai ketika masa Rasulullah. Pada masa itu Rasul menjelaskan
nash yang turun dan tidak dipahami para sahabat. Setelah itu sahabat menafsirkan nashitu
dari ketentuan-ketentuanteks yang diberikan oleh Rasul. Kemudian para tabi’in
mengakumulasi teks-teks dari Rasul dan para sahabat, kemudian mereka melakukan
penafsiran dan ijtihad dengan berpijak kepada teks. Semua itu dilakukan juga oleh generasi-
generasi setelah tabi’in hingga sekarang

Bayani, Irfani and Burhani Epistemology as the Basic of Science Development in Islam hal
293

bayani adalah metode berpikir yang berdasarakan Nash Al-quran. pada teks al-quran
memiliki otoritas penuh pada arah kebenaran. Fungsi akal hanya menjadi pengawal makna
yang terkandung di dalamnya yang dapat diketehui melalui pencermatan hubungan antara
makna dan lafaz. Dalam epistemologi bayani, akal menjadi pengekang/pengatur hawa nafsu,
justifikatif dan pengukuh kebenaran

Epistemologi ‘Irfani
EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI DALAM MEMPEROLEH
PENGETAHUAN TENTANG MASHLAHAH hal

Irfan adalah pengetahuan yang diperoleh dengan olah ruhani dimana dengan kesucian hati,
diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Dari situ kemudian
dikonsepsikan atau masuk ke dalam pikiran sebelum dikemukakan kepada orang lain.
Dengan demikian, secara metodologi, pengetahuan ruhani setidaknya diperoleh melalui tiga
tahapan yaitu persiapan, penerimaan dan pengungkapan, baik dengan lisan maupun dengan
tulisan
EPISTEMOLOGI HUKUM ISLAM- BAYANI, IRFANI DAN BURHANI

Irfani tidak didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf atau tersingkapnya rahasia-
rahasia realitas oleh Tuhan. Karena itu, pengetahuan Irfani tidak berdasarkan analisa teks
tetapi dengan olah ruhani, dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan
melimpahkan pengetahuan secara langsung melalui pikiran kemudian menjadi satu konsep
yang dapat dikemukakan kepada orang lain secara logis.
Dalam ilmu filsafat, irfani biasa difahami sebagai intuisi. Dengan intuisi, secara tiba-tiba
manusia mendapatkan pengetahuan tanpa melalui proses penalaran. Intuisi memiliki cirri
khas antara lain: Zauqi (rasa) yaitu mengalami secara langsung, ilmu huduri yaitu objek hadir
dalam diri subek dan eksistensial yaitu mengetahui secara intim tampa melalui katagorisasi.

Epistemologi Burhani
EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI DALAM MEMPEROLEH
PENGETAHUAN TENTANG MASHLAHAH hal

Burhan secara bahasa adalah argumentasi yang kuat dan jelas. Dalam istilah logika, al burhan
adalah aktifitas intelektual untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi melalui pendekatan
deduksi dengan cara menghubungkan proposisi yang satu yang telah terbukti secara
aksiomatik..Dengan demikian, burhan merupakan aktifitas intelektual untuk menetapkan
suatu proposisi tertentu

EPISTEMOLOGI HUKUM ISLAM- BAYANI, IRFANI DAN BURHANI

Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarakan atas teks suci maupun pengalaman
spritual melainkan berdasarkan keruntutan logika. kebenaran dalam spekulatif metodologi ini
persis seperti yang diperagakan oleh metode keilmuan yunani yang landasanya murni pada
cara kerja empirik. kebenaran harus dibuktikan secara empirik dan diakui menurut penalaran
logis. pendekatan burhani mampu menyusun cara kerja keilmuan dan mampu melahirkan
sejumlah teori dan praktis ilmu seperti : ilmu-lmu biologi,fisika, astronomi, geologi dan
bahkan ilmu ekonomi, pertanian dan pertambangan

BAYANI, BURHANI DAN IRFANI TRILOGI EPISTEMOLOGI KEGELISAHAN SEORANG MUHAMMAD ABID
AL JABIRI hal 14

Tipe argumentasi burhani adalah menunjukkan bukti-bukti empirik hasil dari eksplorasi dan temuan
yang telah diverifikasi sehingga dapat dijelaskan dengan tepat. Dengan tipe argumentatif tersebut,
kerangka teori burhani membangun pengetahuan, setelah mengetahui sebab musabab (kausalitas)
sebagai hasil eksploratif dan verifikatif
Episteme Bayani
Secara etimologis, term bayani mengendung beragam arti yaitu: kesinambungan (al-waslu):
keterpilahan (al-fashlu): jelas dan terang (al-zhuhur wa al-wudlhuh): dan kemampuan
membuat terang dan generic
Kronologi bayani dimulai ketika masa Rasulullah. Pada masa itu Rasul menjelaskan nash
yang turun dan tidak dipahami para sahabat. Setelah itu sahabat menafsirkan nashitu dari
ketentuan-ketentuanteks yang diberikan oleh Rasul. Kemudian para tabi’in mengakumulasi
teks-teks dari Rasul dan para sahabat, kemudian mereka melakukan penafsiran dan ijtihad
dengan berpijak kepada teks. Semua itu dilakukan juga oleh generasi-generasi setelah tabi’in
hingga sekarang
bayani adalah metode berpikir yang berdasarakan Nash Al-quran. pada teks al-quran
memiliki otoritas penuh pada arah kebenaran. Fungsi akal hanya menjadi pengawal makna
yang terkandung di dalamnya yang dapat diketehui melalui pencermatan hubungan antara
makna dan lafaz. Dalam epistemologi bayani, akal menjadi pengekang/pengatur hawa nafsu,
justifikatif dan pengukuh kebenaran
Epistemologi ‘Irfani
Irfan adalah pengetahuan yang diperoleh dengan olah ruhani dimana dengan kesucian hati,
diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Dari situ kemudian
dikonsepsikan atau masuk ke dalam pikiran sebelum dikemukakan kepada orang lain.
Dengan demikian, secara metodologi, pengetahuan ruhani setidaknya diperoleh melalui tiga
tahapan yaitu persiapan, penerimaan dan pengungkapan, baik dengan lisan maupun dengan
Irfani tidak didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf atau tersingkapnya rahasia-
rahasia realitas oleh Tuhan. Karena itu, pengetahuan Irfani tidak berdasarkan analisa teks
tetapi dengan olah ruhani, dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan
melimpahkan pengetahuan secara langsung melalui pikiran kemudian menjadi satu konsep
yang dapat dikemukakan kepada orang lain secara logis.
Dalam ilmu filsafat, irfani biasa difahami sebagai intuisi. Dengan intuisi, secara tiba-tiba
manusia mendapatkan pengetahuan tanpa melalui proses penalaran. Intuisi memiliki cirri
khas antara lain: Zauqi (rasa) yaitu mengalami secara langsung, ilmu huduri yaitu objek hadir
dalam diri subek dan eksistensial yaitu mengetahui secara intim tampa melalui katagorisasi.
Epistemologi Burhani
Burhani secara bahasa adalah argumentasi yang kuat dan jelas. Dalam istilah logika, al
burhan adalah aktifitas intelektual untuk membuktikan kebenaran suatu proposisi melalui
pendekatan deduksi dengan cara menghubungkan proposisi yang satu yang telah terbukti
secara aksiomatik..Dengan demikian, burhan merupakan aktifitas intelektual untuk
menetapkan suatu proposisi tertentu
Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarakan atas teks suci maupun pengalaman
spritual melainkan berdasarkan keruntutan logika. kebenaran dalam spekulatif metodologi ini
persis seperti yang diperagakan oleh metode keilmuan yunani yang landasanya murni pada
cara kerja empirik. kebenaran harus dibuktikan secara empirik dan diakui menurut penalaran
logis. pendekatan burhani mampu menyusun cara kerja keilmuan dan mampu melahirkan
sejumlah teori dan praktis ilmu seperti: ilmu-lmu biologi,fisika, astronomi, geologi dan
bahkan ilmu ekonomi, pertanian dan pertambangan
Tipe argumentasi burhani adalah menunjukkan bukti-bukti empirik hasil dari eksplorasi dan temuan
yang telah diverifikasi sehingga dapat dijelaskan dengan tepat. Dengan tipe argumentatif tersebut,
kerangka teori burhani membangun pengetahuan, setelah mengetahui sebab musabab (kausalitas)
sebagai hasil eksploratif dan verifikatif
Nama(tahun).juduljurnal,judulatikel,vol(nomor),hlm.
Makiah Z.(2014),Syariah: Jurnal Hukum dan Pemikiran.Epitemologi Bayani, Burhani dan Irfani
Dalam Memperoleh Pengetahuan Tentang Mashlahah,vol.14,no.2(2014):
http://dx.doi.org/10.18592/syariah.v14i2.217

Fithoroini D.(2022),Opinia De Journal.Epistemologi Bayani Dalam Kajian Ushul


Fiqih,vol.2,no.2(2022),hlm.1-17

Muzammil A. Syamsuri. A.Hasan Alfarisi(2022),Al Irfan: Jounrnal of Arabic Literature and Islamic
Studies,Bayani, Irfani dan Burhani Epistemology as Baxic of Science Development in
Islam,vol.5,no.2(2022),hlm.284-302

Wibiwo A.(2017).Epitemologi Hukum Islam: Bayani, Irfan dan Burhani.hlm.1-8

Bahri S.(2015),Cakrawala Hukum.Bayani. Burhani dan Irfani Trilogi Epistemologi Kegelisahan Seorang
Muhammad Abid Al Jabiri,vol.11,no.1(2015),hlm.1-18

Anda mungkin juga menyukai