1. Pendekatan tasawuf
Tujuan Tasawuf adalah mencari hakikat ruhaniah dan mencari jalan tembus menuju
hakikat dimana Tuhanlah yang jadi tujuan akhirnya. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari usaha-usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari
jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia,
serta berpegang teguh pada janji Allah SWT dan mengikuti syariat Rasulullah SAW
dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan Nya. Al Qur’an dan As Sunnah adalah
nash, dalam hal inilah tasawuf pada awal pembentukannya adalah manifestasi akhlak
atau keagamaan. Syarat untuk mendalami ilmu tasawuf (tentang ihsan) terlebih dahulu
harus mengetahui ilmu fiqih (tentang Islam) dan ilmu tauhid.
Ajaran Tasawuf baru muncul sesudah zaman tiga generasi (sahabat, tabi’in dan tabi’it
tabi’at). Para sufi lebih memberi warna kepada ilmu tasawuf karena sifat amaliahnya
yang unik berdasarkan pengalaman subyektif para pengamal tasawuf. Cara pengamalan
tasawuf ini memunculkan aliran-aliran tarekat berdasarkan asal-usul penemu awal
sebuah ajaran tasawuf.(Priyono, 2020)
Beberapa ahli telah mengemukakan pendekatan tasawuf dengan berbagai metode,
diantaranya:
1) Metode tematik oleh sayyed husein nashr. Yaitu pendekatan yang mencoba
menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu.
2) Pendekatan Eksploratif oleh Mustafa Zahri. Yaitu menggali ajaran tasawuf dari
berbagai literatur ilmu tasawuf, lebih ditekankan pada ajaran yang terdapat dalam
tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama dengan mencari sandaran
dari Alquran dan Hadis.
3) Pendekatan tokoh oleh Kautsar Azhari Noor. Yaitu dilakukan dengan studi tokoh dan
dilihat dari paham yang dibawakannnya.
4) Pendekatan tematik oleh harun nasution. Yang mana hasil penelitiannya telah Beliau
tuangkan didalam bukunya yang berjudul falsafat dan misitifisme dalam islam.
5) Pendekatan kesejarahan oleh AJ. Arberry. Merupakan pendekatan kombinasi dengan
cara menggabungkan antara pendekatan tematik dengan studi tokoh. (Wanto, 2014)
2. Pendekatan filsafat
Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk
menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek
formanya. Dengan kata lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan
untuk menjelaskan apa dibalik sesuatu yang nampak.
Filsafat secara umum diartikan sebagai ilmu yang memecahkan pertanyaan apakah
hakikat segalanya. Mencakup Tuhan, alam dan manusia.
a. Al- Farabi (wafat 950 M). Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan untuk menyelidiki hakekat yang sebenarnya.
b. Pythagoras. Filsafat sebagai the love for wisdom. Menurut Pythagoras, manusia yang
paling tinggi nilainya ialah manusia pencinta kebijakan (lovers of wisdom).
Sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan
tentang Tuhan.
Dari berbagai definisi dapat kita rangkum bahwa filsafat ialah hasil daya upaya
manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan
integral serta sistimatis terhadap hakekat, yaitu:
a. hakekat Tuhan,
b. hakekat alam semesta, dan
c. hakekat manusia.
Pendekatan filosofis biasanya mencoba menjawab pertanyaan esensial ini: Apakah
agama itu? Pendekatan filosofis kemudian menjawabnya dalam dua cara. Pertama,
penyelidikan mendalam seputar makna agama, dan apakah agama itu benar atau tidak.
Kedua, pemeriksaan menyangkut makna agama bagi kehidupan manusia.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman
agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi
tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. (Pransiska, 2017)
3. Perbedaan tasawuf dan filsafat
Jadi, perbedaan pendekatan tasawuf dan filsafat itu adalah:
1. Pendekatan tasawuf lebih cenderung kepada ketuhanan atau hakekat ruhaniah dan
ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Sebagai sebuah ilmu yang
prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat
berkaitan dengan pengalaman seseorang. Ciri-cirinya, yaitu:
a. Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
b. Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri (pengetahuan akan
wujudnya sesuatu).
c. Berperan sebagai ilmu yang member kepuasan kepada orang yang telah
melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin
dicarinya.
d. Berkembang menjadi tasawuf praktis dan teorotis.
2. Pendekatan filsafat cenderung pada upaya akal manusia. Metode yang digunakan pun
adalah metode rasional, Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan
akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal
(mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri
yang bernama logika. Ciri filsafat diantaranya:
a. Menggunakan metode rasional.
b. Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-
konsep.
c. Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio
secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan
kajian alam dan ekosistemnya secara langsung.
d. Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri.