Anda di halaman 1dari 4

A.

    Definisi Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf


1.       Ilmu Kalam
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-kata
(firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada
juga sekelompok orang yang mengatakan maksud kalam disini adalah kata-kata manusia,
alasannya karena dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk mempertahankan persepsi masing-
masing, mereka disebut mutakalimin yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan
yang berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman dan akidah dari berbagai
aspek dan memaparkan alasan-alasan yang memperkuat pembahasan tersebut. Ilmu kalam ini
merupakan studi tentang doktrin (akidah) dan iman Islam. Secara sederhana Murtadha
Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-
doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam. Ilmu kalam mengidentifikasi akidah-akidah
pokok dan berupaya membuktikan keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-
akidah pokok tersebut. karena sebagian besar perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar
seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan, temporalitas) atau qidam (keabadian) firman atau
kalam Allah, maka disiplin yang membahas akidah utama agama Islam pun mendapat sebutan
“ilmu kalam” (secara harfiah, ilmu firman).
2.       Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia,
philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau
kebenaran”. Secara singkat filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom) dalam
kebenaran suatu ilmu.
Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi
partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari
objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai
yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah
ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam. Tujuan mempelajari filsafat
Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:
a.      Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam dan
menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan.
b.       Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan.
3.       Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf  berasal dari kata shuf (shad,
wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”,
alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu  menjauhkan diri untuk memakai  kain
sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang berarti suci, jernih
dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan Allah SWT melalui latihan kerohania
yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang kotor
sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Muslim berada sedekat
mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu
tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Para sufi
mengembangkan suatu cara bagaimana bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak
dicapainya adalah kebahagiaan, yakni dengan persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang
memilukan bagi mereka bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan telah menjauhi dan tidak mau
bicara dengan mereka.  Objek kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya pendekatan
terhadap-Nya.

B.     Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ketuhanan  dan  segala sesuatu yang berkaitan dengannya,  objek kajian  filsafat 
adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada.
Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan
dengan ketuhanan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran.
Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang
berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran,
baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu,
tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan
dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.
Pada intinya bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi
bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Namun dalam
kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek
kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal
dengan sebutan kajian tentang Wujud dan dalam ilmu tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan
kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian tentang
Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
B.     Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ketuhanan  dan  segala sesuatu yang berkaitan dengannya,  objek kajian  filsafat 
adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada.
Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan
dengan ketuhanan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran.
Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang
berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran,
baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu,
tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan
dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.
Pada intinya bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi
bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Namun dalam
kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek
kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal
dengan sebutan kajian tentang Wujud dan dalam ilmu tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan
kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian tentang
Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.

D.    Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf


Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga
ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan
mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan
semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof.
Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam
kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar
itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.
Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu pengetahuan
dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan firman tidak
bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-isu penting
dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-masalah
kontemporer.
Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu
sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu
memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa pembahasan tentang
banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal
dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada
(pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-
nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam
mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk
menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta hubungan dengan Allah dengan Alam dan
Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci – menjadikan filsafat sebagai alat untuk 
membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali pembuktiannya
dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam
mencari wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh
argumentasi akal. Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi
dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim.
Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni Tasawuf Amali/Akhlaqi dan
Tasawuf  Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-
unsur filsafat dalam ajaran tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa,
ittihad, hulul, wahdat al-wujud).
M.T. Mishbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi yang biasanya
juga disebut dengan irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang
ditangkap melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman
inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui keterikatan Allah dan ketaatan
kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa pengetahuan mustahil adanya, dan pengetahuan
ini mesti bersandar pada sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan dan visi irfan memunculkan
masalah-masalah baru untuk diuraikan dan dikupas tuntas oleh filosof, dan memperluas
cakrawala pandang filsafat. Dalam pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-ilmu kefilsafatan,
visi-visi irfan bisa dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional
dalam filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu.
Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan
kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun
menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh
kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.

Anda mungkin juga menyukai