Anda di halaman 1dari 20

Kehadiran 15 %

Tugas Harian 15 %

Ujian Tengah Semester 30 %

Ujian Akhir Semester 40 %


ž Makalah ditulis dalam format jurnal
ž Font Times New Roman, Size 12, Spasi 1.5
ž Presentasi menggunakan power point.
ž Maksimal10 referensi yang terdiri dari 3
jurnal internasional
ž Taylor & Francis
ž Emerald
ž Cambridge University (Filsafat)
ž Ebscohost (jurnal berbahasa Arab)
ž Oxford Journal
ž J Stor (ilmu – ilmu keislaman)
ž Proquest
ž Garuda.risetdikti.go.id
ž Moraref
ž Philpappers.org
ž Download buku bisa di library genesis
ž Google Cendikia
ž Jurnal bereputasi Sinta
ž Mahasiswa mampu memahami
gambaran terperinci tentang berbagai
persoalan dalam pemikiran ilmu kalam.
ž Mampu mengembangkan pemikiran
keagamaan yang inklusif, toleran dan
moderat dalam kehidupan umat
beragama dan hubungan antar umat.
ž Yang disebut sebagai “kalam” adalah
Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada
Muhammad sebagai pembawa risalah
melalui perantara malaikat jibril.
ž Al-Qur’an sebagai “wahyu” Tuhan.
Sebagai wahyu Tuhan Al-Qur’an dapat
berarti alat komunikasi antara Tuhan dan
Manusia.

Kalam Allah diartikan sebagai “Tuhan


yang berbicara dengan hamba-Nya”
Proses bicara Tuhan dengan manusia
dapat dipahami melalui kerangka
linguistik.

Tuhan (Komunikator aktif) Nabi Muhammad (Komunikator pasif)


Bahasa
Arab

Model komunikasi yang melibatkan aspek linguistik


tersebut kemudian menjadi pijakan pemahaman
Al-Qur’an sebagai teks
Ahmad Hanafi menyatakan bahwa ilmu kalam
ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud
Tuhan (Allah), sifat – sifat yang mesti ada pada-
Nya, sifat – sifat yang tidak ada pada-Nya dan
sifat – sifat yang mungkin ada pada-Nya dan
membicarakan tentang rasul – rasul Tuhan, untuk
menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat –
sifat yang mesti ada padanya, sifat – sifat yang
tidak mungkin ada padanya dan sifat – sifat yang
mungkin terdapat padanya.
Sumber : Hanafi, Ahmad, 1974, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta : Bulan Bintang
Menurut Nurcholish Madjid , ilmu kalam
sering diterjemahkan sebagai teologia,
dan menempatkan Tuhan sebagai fokus
sentral bahasannya.
Sedangkan Harun Nasution menyebutnya
sebagai ilmu tauhid (‘ilm al-Tauhid). Kata
tauhid mengandung arti satu atau Esa
dan ke-Esaan dalam pandangan Islam
merupakan sifat yang terpenting
diantara segala sifat – sifat Tuhan.
Sumber : Madjid, Nurcholish, 1992, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang
Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Jakarta : Paramadina.
Nasution, Harun, 1978, Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI H-
Press.
Istilah/penamaan ilmu kalam, teologi
islam, dan ilmu tauhid pada intinya
memiliki kesamaan pengertian (tataran
etimologis), yaitu berbicara masalah –
masalah terkait 1) Kepercayaan tentang
Tuhan dengan segala wujud-Nya,
keesaan-Nya, sifat – sifat-Nya, dan
sebagainya. 2) Pertalian-Nya dengan
alam semesta, yang berarti termasuk
didalamnya persoalan terjadinya alam,
keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta
Qada dan Qodar.
Bolehkah istilah Ilmu Kalam itu diidentikkan
dengan kata teologi ?

Apakah kedua istilah tersebut dapat saling


menggantikan ?
ž Secara ontologis istilah teologi tidak
sepenuhnya sama atau identik
pengertiannya dengan istilah ilmu
kalam. Karena teologi bukan orisinil
sebagai khazanah dalam tradisi
intelektual Islam (secara historis berasal
dari khazanah dan tradisi Gereja
Kristiani).
ž Secara terminologis ada sisi – sisi yang
berbeda, karena dalam tradisi Kristiani
ternyata teologi juga mengkaji aspek
agama selain atau diluar kepercayaan
atau ketuhanan.
Memperhatikan penjelasan di atas setidaknya
dapat ditetapkan adanya dua hal penting
menyangkut ilmu kalam dan teologi.
1) Sepanjang yang dimaksudkan adalah
pengertian dari sudut kebahasaan
(etimologis), sesungguhnya pengidentikan
ilmu kalam dengan teologi dapat dibenarkan,
karena keduanya sama – sama mengarahkan
objek kajiannya pada masalah terkait
dengan Tuhan, dan penggunaannya dapat
saling menggantikan.
2) Keidentikan kedua istilah itu dalam arti
bahasa ternyata tidak dengan serta merta
menunjukkan dalam makna terminologis dan
operasional, sehingga dikalangan pemikir
Islam hingga kini masih terdapat sejumlah
pemikir yang menolak menggunakan kata
teologi untuk menyebut ilmu kalam.
Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan
saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Hubungan tersebut ada yang
bersifat berdekatan, pertengahan dan
agak jauh.

Tasawuf adalah disiplin keilmuan untuk


mengenal dan mendekatkan diri kepada
Allah, sehingga memperoleh hubungan
langsung secara sadar dengan-Nya.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu
tasawuf berfungsi sebagai pemberi
wawasan spiritual dalam pemahaman
kalam.

Penghayatan yang mendalam melalui


hati terhadap ilmu tauhid/kalam
menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau
teraplikasikan dalam perilaku.
Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali
ilmu tasawuf. Oleh karena itu jika timbul
suatu aliran yang bertentangan dengan
akidah, maka perlu adanya pengkajian
ulang. Sedangkan tasawuf mempunyai
fungsi sebagai pemberi kesadaran
rohaniah dalam perdebatan – perdebatan
kalam yang cenderung mengandung
muatan rasional, dan kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan Hati.
ž Objek kajian ilmu kalam adalah
ketuhanan/eksistensi Tuhan dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan-Nya,
ž Objek kajian filsafat adalah masalah
ketuhanan di samping masalah alam,
manusia dan segala sesuatu yang ada.

Filsafat digunakan sebagai alat untuk


mendekati realitas secara mendalam.
Filsafat sebagai dasar dari pengetahuan atau
cara berfikir akan membantu ilmu kalam
dalam memahami bahwa suatu realitas
memiliki eksistensi, fungsi, nilai, kedudukan,
hubungan sebab akibat, hubungan
dengan realitas lain dan sebagainya.
Ex : Kedudukan Allah terhadap manusia, sifat
– sifat Allah, penciptaan manusia, dan
hubungan dengan keberadaan Allah.
Fiqh adalah ilmu yang membahas hukum –
hukum syariat bidang amaliyah
(perbuatan nyata) yang diambil dari
dalil – dalil secara terperinci.
Sehingga ilmu kalam dapat menguatkan
akidah (kepercayaan ) dan syariah
(perbuatan lahiriah).

Anda mungkin juga menyukai