Makalah ditulis dalam format jurnal Font Times New Roman, Size 12, Spasi 1.5 Presentasi menggunakan power point. Maksimal10 referensi yang terdiri dari 3 jurnal internasional Taylor & Francis Emerald Cambridge University (Filsafat) Ebscohost (jurnal berbahasa Arab) Oxford Journal J Stor (ilmu – ilmu keislaman) Proquest Garuda.risetdikti.go.id Moraref Philpappers.org Download buku bisa di library genesis Google Cendikia Jurnal bereputasi Sinta Mahasiswa mampu memahami gambaran terperinci tentang berbagai persoalan dalam pemikiran ilmu kalam. Mampu mengembangkan pemikiran keagamaan yang inklusif, toleran dan moderat dalam kehidupan umat beragama dan hubungan antar umat. Yang disebut sebagai “kalam” adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad sebagai pembawa risalah melalui perantara malaikat jibril. Al-Qur’an sebagai “wahyu” Tuhan. Sebagai wahyu Tuhan Al-Qur’an dapat berarti alat komunikasi antara Tuhan dan Manusia.
Kalam Allah diartikan sebagai “Tuhan
yang berbicara dengan hamba-Nya” Proses bicara Tuhan dengan manusia dapat dipahami melalui kerangka linguistik.
Tuhan (Komunikator aktif) Nabi Muhammad (Komunikator pasif)
Bahasa Arab
Model komunikasi yang melibatkan aspek linguistik
tersebut kemudian menjadi pijakan pemahaman Al-Qur’an sebagai teks Ahmad Hanafi menyatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah), sifat – sifat yang mesti ada pada- Nya, sifat – sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat – sifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan tentang rasul – rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat – sifat yang mesti ada padanya, sifat – sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat – sifat yang mungkin terdapat padanya. Sumber : Hanafi, Ahmad, 1974, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta : Bulan Bintang Menurut Nurcholish Madjid , ilmu kalam sering diterjemahkan sebagai teologia, dan menempatkan Tuhan sebagai fokus sentral bahasannya. Sedangkan Harun Nasution menyebutnya sebagai ilmu tauhid (‘ilm al-Tauhid). Kata tauhid mengandung arti satu atau Esa dan ke-Esaan dalam pandangan Islam merupakan sifat yang terpenting diantara segala sifat – sifat Tuhan. Sumber : Madjid, Nurcholish, 1992, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Jakarta : Paramadina. Nasution, Harun, 1978, Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI H- Press. Istilah/penamaan ilmu kalam, teologi islam, dan ilmu tauhid pada intinya memiliki kesamaan pengertian (tataran etimologis), yaitu berbicara masalah – masalah terkait 1) Kepercayaan tentang Tuhan dengan segala wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat – sifat-Nya, dan sebagainya. 2) Pertalian-Nya dengan alam semesta, yang berarti termasuk didalamnya persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, serta Qada dan Qodar. Bolehkah istilah Ilmu Kalam itu diidentikkan dengan kata teologi ?
Apakah kedua istilah tersebut dapat saling
menggantikan ? Secara ontologis istilah teologi tidak sepenuhnya sama atau identik pengertiannya dengan istilah ilmu kalam. Karena teologi bukan orisinil sebagai khazanah dalam tradisi intelektual Islam (secara historis berasal dari khazanah dan tradisi Gereja Kristiani). Secara terminologis ada sisi – sisi yang berbeda, karena dalam tradisi Kristiani ternyata teologi juga mengkaji aspek agama selain atau diluar kepercayaan atau ketuhanan. Memperhatikan penjelasan di atas setidaknya dapat ditetapkan adanya dua hal penting menyangkut ilmu kalam dan teologi. 1) Sepanjang yang dimaksudkan adalah pengertian dari sudut kebahasaan (etimologis), sesungguhnya pengidentikan ilmu kalam dengan teologi dapat dibenarkan, karena keduanya sama – sama mengarahkan objek kajiannya pada masalah terkait dengan Tuhan, dan penggunaannya dapat saling menggantikan. 2) Keidentikan kedua istilah itu dalam arti bahasa ternyata tidak dengan serta merta menunjukkan dalam makna terminologis dan operasional, sehingga dikalangan pemikir Islam hingga kini masih terdapat sejumlah pemikir yang menolak menggunakan kata teologi untuk menyebut ilmu kalam. Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut ada yang bersifat berdekatan, pertengahan dan agak jauh.
Tasawuf adalah disiplin keilmuan untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.
Penghayatan yang mendalam melalui
hati terhadap ilmu tauhid/kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, maka perlu adanya pengkajian ulang. Sedangkan tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan – perdebatan kalam yang cenderung mengandung muatan rasional, dan kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan Hati. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan/eksistensi Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya, Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada.
Filsafat digunakan sebagai alat untuk
mendekati realitas secara mendalam. Filsafat sebagai dasar dari pengetahuan atau cara berfikir akan membantu ilmu kalam dalam memahami bahwa suatu realitas memiliki eksistensi, fungsi, nilai, kedudukan, hubungan sebab akibat, hubungan dengan realitas lain dan sebagainya. Ex : Kedudukan Allah terhadap manusia, sifat – sifat Allah, penciptaan manusia, dan hubungan dengan keberadaan Allah. Fiqh adalah ilmu yang membahas hukum – hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil – dalil secara terperinci. Sehingga ilmu kalam dapat menguatkan akidah (kepercayaan ) dan syariah (perbuatan lahiriah).