Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA

Sunday, 10 February 20131komentar


PENDAHULUAN

Ilmu kalam, filsafat dan tashawuf mempunyai memiliki kemiripan obyek kajian.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah
alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tashawuf
adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari
aspek obyek ketiga ilmu itu membahas yang berkaitan dengan ketuhanan.

Baik ilmu kalam, filsafat maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama,
yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari
kebenaran tentang Tuhan dan berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya
sendiri pula berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia
atau tentang Tuhan. Sementara itu tashawuf dengan metodenya yang tipikal
berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan kebenaran spiritual
menuju Tuhan. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam itu tashawuf berfungsi
sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang
mendalam lewat hati (dzauq dan wijjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam
menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku kedua ilmu
ini.

Keduanya memiliki hubungan yang kuat bahwasanya ilmu kalam berfungsi


sebagai pengendali ilmu tashawuf. Ilmu tashawuf juga memiliki fungsi sebagai
pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Untuk melihat
lebih lanjut hubungan antara ilmu kalam dengan tashawuf alangkah baiknya
menengok paparan Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul Asma Al-Husna, Al-
Ghazali telah menjelaskan dengan persoalan tauhid kepada Allah. Dengan
demikian, ilmu tashawuf merupakan penyempurnaan ilmu kalam, jika dilihat
bahwa ilmu tashawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu kalam, semua
persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak
kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN SYARIAT

Dalam bentuk (struktur) Islam, ilmu kalam itu dasar diatasnya dibangun syari’at.
Dalam Islam tanpa kalam sebagaimana syari’at tidak bisa subur dan berkembang
kalau tidak di bawah lindungan akidah. Maka syari’at  tanpa ilmu kalam tak
ubahnya bagai bangunan yang tergantung di awang-awang tiada mempunyai
sandaran kekuatan moral, yang memberikan ilham supaya syari’at dihormati,
dipatuhi dan dijalankan semestinya tanpa memerlukan bantuan kekuatan manapun
selain dari perintah jiwa sendiri.
Maka teranglah akidah dan syari’at memerlukan hubungan dan jalinan yang erat,
sehingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Akidah pokok dan pendorong
bagi syari’at. Sedang syari’at merupakan jawaban dan sambutan dari panggilan
jiwa yang ditimbulkan oleh akidah. Dengan terjadilah jalinan yang erat ini,
terbentanglah jalan menuju keselamatan yang telah disediakan Tuhan untuk
hambanya yang beriman. Maka dengan demikian, orang yang beriman dan
mempunyai akidah, tetapi menyampingkan syari’at (meninggalkan amal shaleh)
atau hanya mematuhi syari’at tetapi tidak menjunjung akidah maka orang itu
bukanlah seorang muslim sejati dalam pandangan Tuhan. Orang itu bukan pula
berjalan di sepanjang hukum Islam menuju keselamatan dan kejayaan.

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN AL-QUR’AN

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan, diantaranya QS. Al-Ikhlas (112): 3-4, Ayat ini
menunjukkan bahwa :” “Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak
ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sejajar dengan-Nya”

Ayat di atas berkaitan dengan dzat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab
itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterprestasikan rinciannya.
Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu di
sistematisasikan yang  pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan
istilah ilmu kalam.

Dengan demikian, ilmu kalam dengan Al-Qur’an adalah ilmu yang saling
berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena sumber dari ilmu kalam adalah
Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sendiri di dalam isinya banyak membahas
tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma,
perbuatan dan tuntunan sedangkan ilmu kalam juga membahas keesaan Allah swt.

HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT ISLAM

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam memiliki
hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan
keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual. Seperti
halnya Dr. Fuad Al-Ahwani dalam bukunya filsafat Islam tidak setuju kalau sama
dengan ilmu kalam.

Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan
filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu
kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan
alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat adalah alam
dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti
filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah.
Tetapi ada juga yang mengingkari  adanya wujud Allah swt. Sebagaimana aliran
materialisme.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam dan filsafat tidak
memiliki hubungan karena obyek kajiannya berbeda. Kalam obyek kajiannya
lebih mendasar pada ketuhanan sedangkan filsafat Islam objek kajiannya tentang
alam manusia yang berada pada syari’atnya.

TITIK PERBEDAAN ANTARA ILMU KALAM, FILSAFAT DAN


TASHAWUF

Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodenya. Ilmu
kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-
argumentasi naqliyah berfungsi mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang
sangat tampak  nilai apologinya. Ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan
kebenaran agama yang mempertahankan melalui argumen-argumen rasional,
sebagian ilmuan berpendapat ilmu ini keyakinan-keyakinan kebenaran agama,
praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang
dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional, metode yang digunakan adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuahkan akal budi secara radikal dan
integral serta universal. Tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh
ikatan tangannya sendiri bernama logika. Adapun ilmu tashawuf adalah ilmu yang
menekankan dari pada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tashawuf sangat
distingtif. Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh oleh rasa, ilmu tashawuf
bersifat sangat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Itulah sebabnya bahasa tashawuf aneh bila dilihat dari aspek rasio, hal ini karena
pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan.

TITIK PERSAMAAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASHAWUF

Ketiganya mempunyai obyek kemiripan. Obyek ilmu kalam ketuhanan dan yang
berkaitan dengan-Nya. Obyek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping
masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu obyek kajian
tashawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi dilihat
dari aspek obyeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan
ketuhanan. Argumentasi filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun di atas dasar
logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak dapat
dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen). Baik ilmu kalam, filsafat,
maupun tashawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran yang
rasional.

PENUTUP
Hubungan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf terletak pada aspek
metodologinya;
Ilmu kalam, sebagaimana ilmu yang mengunakan logika di samping argumentasi-
argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama
yang sangat tampak nilai-nilai ketuhananya. Sebagian ilmuwan bahkan
mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakian-keyakinan kebenaran, praktek dan
pelaksanaan ajaran agama, Seta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan
pendekatan rasional.

Sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh


kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengambarkan atau
mengalana) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta
universal tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya
sendiri yang bernama logika.

Adapun ilmu tasawwuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio.
Sebagai sebuah ilmu yang perosesnya di peroleh dari rasa, ilmu tasawwuf bersipat
subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengakaman seseorang. Di lihat dari
aspek aksiologi (manfaatya), Ilmu kalam diantaranya berperan sebagai ilmu yang
mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal tuhan
secara rasional.

Adapun filsafat, lebih berperan sebagai ilmu yang lebih berperan sebagai ilmu
yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal
tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan kajian langsung. Adapun tasawwuf
lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah
melepaskan rasio secara bebas karena tidak mempeoleh yang ingin di carinya.

Read more: http://syafieh.blogspot.com/2013/02/hubungan-ilmu-kalam-dengan-


ilmu-ilmu.html#ixzz5uO3PbrXb

Pengertian,fungsi,ruang lingkup,sejarah & hubungan ULANGAN AKIDAH SENIN DEPAN

Anda mungkin juga menyukai