Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Dimana beliau
diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin. Oleh karenanya dalam menyampaikan
ajaran Islam beliau menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan
Naqli (tradisional), ‘Aqli (rasional), dan Kasyfi (mistis). Ketiga pendekatan itu
terus dipergunakan oleh ulama-ulama Islam setelah beliau wafat sampai sekarang
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model pendekatan Bayani?
2. Bagaimana model pendekatan ‘Irfani?
3. Seperti apa model pendekatan Burhani?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui model pendekatan bayani.
2. untuk memahami model pendekatan irfani.
3. untuk mengetahui model pendekatan burhani.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara historis, pendekatan semacam ini lebih banyak dilakukan oleh ulama
yamg menganggap dirinya sebagai ulama salaf dan salafiah. Karenanya metode
pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan tradisional.
Model pemikiran semacam ini sudah lama digunakan oleh para Fuqaha,
Mutakallimun, dan Ushulliyun. Mereka berpendapat bahwa bayani adalah
pendekatan untuk:
1
Abu Muhammad Iqbal “Pemikiran Pendidikan Islam”. Hal. 504.
2
Drs. Abdul Rozak, MA. “Cara Memahami Islam”. Hal. 65.
3
(b). Mengambil istinbath hukum-hukum dari al-nusus al-diniyah dan al-
Qur’an khususnya.3
(2). Bayan al-i’tiqad, yaitu penjelasan mengenai segala sesuatu yang meliputi
makna haq, makna muasyabbih fih, dan makna bathil.
(3). Bayan al-ibarah yang terdiri dari: al-bayan al-dzahir (tidak membutuhkan
tafsir) dan bayan al-bathin (yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal, dan khabar.
Dalam pendekatan bayani, karena dominsi teks sedemikian kuat, peran akal
hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami
atau diinterpretasi. Namun, menggunakan pendekatan bayani saja, tidaklah cukup
karena terkadang tidak didapat penjelasan teks (nash) al-Qur’an maupun al-Hadis
yang berkaitan dengan seni tradisi. Misalnya, teks atau nash yang berkaitan
dengan seni tradisi Hadhrah, Tahlilan, barjanji, dsb.5
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan atau perspektif lain yang lebih bersifat
terbuka, luwes, dan toleran, yaitu pendekatan burhani dan irfani.
B. Pendekatan Irfani
‘irfan dalam bahasa Arab merupakna mashdar dari ‘arafa yang semakna
dengan ma’rifah. Dalam kamus lisan al-‘arabi, al’irfan diartikan dengan al-’ilm.
Di kalangan para sufi, kata ‘irfan diperguanakan untuk menunjukkan jenis
3
Abu Muhammad Iqbal, op.cit., Hal. 505
4
Loc.cit.
5
Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag. “Pengantar Studi Islam”. Hal. 241-242.
4
pengetahuan yang tertinggi, yang dihadirkan dalam qalbu dengan cara kasyf atau
ilham.6
Analogi dalam manhaj ini mencakup: (a). Analogi berdasarkan angka atau
jumlah seperti ½ = 2/4 = 4/8, dst. (b). Tamthil yang meliputi silogisme dan
induksi, dan (c). Surah dan ashkal. Dengan demikian, al-mumathilah adalah
manhaj iktishafi dan bukan manhaj kashfi.
6
Loc.cit
7
Abu Muhammda Iqbal, Op.cit., hlm. 506.
8
Ibid, hlm. 506
5
Pengalaman batin Rasulullah SAW. dalam menerima wahyu al-Qur’an
merupakan contoh konkret dari pengetahuan ‘irfani. Namun, dengan keyakinan
yang kita pegangi selama ini, pengetahuan ‘irfani akan dikembangkan dalam
kerangka ittiba’ ar-rasul.9
Melalui pendekatan ‘irfani makna hakikat atau makna terdalam di balik teks
dan konteks dapat diketahui. Jika asumsi dasar atau paradigma bayani lebih
melihat teks sebagai sebuah fenomena kebahasaan, sementara burhani lebih
melihat teks sebagai suatu yang berkaitan dengan konteks, paradigma ‘irfani lebih
melihat teks sebagai sebuah simbol dan isyarat yang menuntut penggalian maqam
terdalam dengan melibatkan kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan
kecerdasan spiritual.10
C. Pendekatan Burhani
Jika dibandingkan dengan kedua epistemologi yang lain; bayani dan ‘irfani,
dimana bayani menjadikan teks (nash), ijma’, dan ijtihad sebagai otoritas dasar
dan bertujuan untuk membangun konsepsi tentang alam untuk memperkuat akidah
agama, yang dalam hal ini islam. Sedang ‘irfani menjadikan al-kashf sebagai satu-
9
Loc.cit
10
Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag. op.cit., hlm. 245
11
Ibid. Hlm. 246
12
Ibid, hlm. 246
6
satunya jalan di dalam memperoleh pengetahuan dan sekaligus bertujuan untuk
mencapai maqam bersatu dengan tuhan. Maka burhani lebih bersandar pada
kekuatan natural manusia berupa indera, pengalaman, dan akal di dalam mencapai
pengetahuan.13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
13
Abu Muhammad Iqbal, Op.cit., hlm.
7
bayani adalah pendekatan dengan cara menganalisis teks. Maka sumber
epistemologi bayani adalah teks. Sumber teks dalam Islam dikelompokkan
menjadi dua, yakni: teks nash (al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.)
dan teks non-nash berupa karya para ulama. Adapun corak berpikir yang
diterapkan dalam ilmu ini cenderung deduktif. Pendekatan bayani disebut juga
pendekatan tekstual.
DAFTAR PUSTAKA
8
Iqbal, Abu Muhammad. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Rozak, Abdul. 2001. Cara Memahami Islam. Bandung: Gema Media Pusakatama