NIM : 160207094
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ulumul Qur’an dan apa saja ruang lingkup dari
Ulumul Qur’an?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Ulumul Qur’an?
3. Sebutkan tokoh-tokoh Ulumul Qur’an dan hasil karyanya !
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ulumul Qur’an beserta ruang
lingkup dari Ulumul Qur’an.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ulumul Qur’an.
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dari Ulumul Qur’an beserta
hasil karyanya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata ulum secara etimologi adalah jamak dari kata ‘ilmu. Menurut bahasa,
kata ilmu adalah masdar yang maknanya sinonim dengan paham dan makrifat.
Menurut sebagian pendapat, kata ilmu itu merupakan isim jinis yang berarti
pengetahuan. Kemudian pengertian kata ilmu ini berkembang dalam berbagai
istilah dan dipakai sebagai nama dari pengetahuan tentang Alquran ini.
Demikian arti kata ulum dalam kalimat Ulumul Qur’an. Ringkasnya, ilmu
ialah mengetahui masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam satu disiplin
pengetahuan yang terdapat dalam akal pikiran, sehingga mengharuskan
pemiliknya mampu membedakan sesuatu dari yang lain, setelah jelas baginya
sesuatu tersebut.
1
Ahmad Izzan. Ulumul Qur’an Edisi Revisi. (Bandung : Tafakkur, 2009), hal 3-5
B. Objek Ulumul Qur’an
Objek Ulumul Qur’an yang Mudawwan ialah kitab Al-Qur’an dari seluruh
segi-segi kitab tersebut, yang disebutkan dalam definisi tersebut diatas. berbeda
dengan objek Ulumul Qur’an yang idhafi, objeknya ialah hanya salah satu segi
dari beberapa segi Al-Qur’an yang termasuk dibawah namanya. Jadi, objek
masing-masing Ulumul Qur’an yang idhafi tersebut ialah Al-Qur’an dari suatu
segidari segi-segi Ulumul Qur’an. Contohnya: Objek Ilmu Qira’at adalah Al-
Qur’an dari segi bacaan lafal-lafalnya saja. Objek Ilmu Rasmil Qur’an objeknya
membahas kitab Al-Qur’an, namun hanya khusus dari segi lafal sumpah Allah di
dalamnya saja. Hal tersebut berbeda dengan objek pembahasan dari Ulumul
Qur’an Bi Ma’nal Mudawaan (yang sudah sistematis), yang membahas seluruh
segi kitab suci Al-Qur’an tadi, baik dari segi turunnya, pengumpulannya, atau
pembacaan da penafsiran ayat-ayatnya, maupun dari segi Makki-Madani, Nasikh-
Mansukhnya, Muhkam-Mutasyabih dan lain-lainya.
Dengan demikian objek pembahasan Ulumul Qur’an yang Idhafi/Laqabi
itu lebih sedikit atau lebih sempit, karena hanya membicarakan sesuatu segi dari
beberapa segi Kitab Suci Al-Qur’an yang banyak sekali. Justru dnegan hanya
membicarakan sesuatu segi Al-Quran’an, pembahsan Ulumul Qur’an yang
Idhafi/Laqabi itu bahkan dapat lebih mendalam, sehingga kupasan-kupasannya
lebih panjang lebar. Berbeda dengan objek pembahasan Ulumul Qur’an Bi Ma’nal
Mudawwan yang lebih luas dan lebih menyeluruh, karena membicarakan berbagai
segi Kitab Suci Al-Qur’an sehingga pembahannya terkadang kurang mendalam.
Sebab, mereka harus membahas segi Al-Qur’an yang banyak sekali. Meski
demikian, pembahasan Ulumul Qur’an Bi Ma’nal Mudawwan tersebut
memungkinkan meluas dan melebar, karena meliputi berbagai segi Kitab Suci
Al-qur’an, sehingga seluruh segi bidang pembahasan kitab Al-qur’an tersebut
dapat dicakupnya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai sejauh mana objek pembahasan
Ulumul Qur’an, adalah sebagai berikut:
Juhmur ulama berpendapat, objek pembahasan Ulumul Qur’an yang mencakup
berbagai segi kitab Al-Qur’an itu berkisar diantara ilmu-ilmu bahasa arab dan
ilmu-ilmu pengetahuan agama islam. Sebab, yang dibahas dalam Ulumul Qur’an
itu ialah ilmu-ilmu yang membicarakan Al-qur’an itu sebagai kitab I’jaz dan
Hidayah (kitab mukjizat dan pedoman hidup). Dalam membahas Alqur’an
sebagai kita mukjizat, tercakup berbagai cabang-cabang ilmu bahasa Arab,
seperti Ilmu I’rab, Ilmu Qira’at, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Badi’, Ilmu
Ma’ani, Ilmu Bayan, Ilmu Adabin Nushush, Ilmu Majazil Qur’an, Ilmu Gharibil
Qur’an, Ilmu Muhkam wal Mutasyabih, dan lain sebagainya. Dalam membahas
Al-Qur’an sebagai Kitab Hidayah/pedoman hidup, termasuk Ilmu Kalam/ Ilmu
Tauhid, lmu Nuzuli Qur’an Ilmu Asbabin Nuzul, Ilmu Tarikhil Qur’an Ilmu
Makki wal Madani, Ilmu Nasikh wal Mansukh, Ilmu Aqsamil Qur’an, Ilmu
Amtsalil Qur’an, dan lain sebagainya.
Sebagian ulama, diantaranya Imam As-Suyuthi berpendapat, bahwa yang
termasuk Ulumul Qur’an itu beberapa pengetahuan umum yaitu: Seperti Ilmu
Alam, Ilmu Ukur, Ilmu Kedokteran, Ilmu Kimia, dan sebagainya tidak hanya
terdiri dari ilmu agama islam dan bahasa arab saja.
Pada abad pertama hijriah ini ada beberapa orang perintis asas-asas Ulumul
Qur’an, yaitu:
Tujuh orang diatas adalah para perawi tafsir dari kalangan sahabat.
- Mujahid
- Atha’ bin Abu Rabah
- Ikrimah
- Qatadah bin Di’amah
- Al-Hasan Al-Bashri
- Sa’id bin Jubair
- Zaid bin Aslam
Tujuh orang diatas adalah para perawi tafsir dari tabi’in.
Pada abad kedua hijriah ini, muncul beberapa penulis tafsir, sebagai berikut:
Pada abad keenam ini banyak ulama yang sibuk menulis Ulumul Qur’an,
seperti:
Pada abad ketujuh hijrah ini juga banyak ulama yang mengarang kitab
Ulumul Qur’an, sebagai berikut:
2
Abdul Djalal. Ulumul Qur’an Edisi Lengkap. (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hal
25-27s
BAB III
KESIMPULAN
Kata ulum secara etimologi adalah jamak dari kata ‘ilmu. Menurut
bahasa, kata ilmu adalah masdar yang maknanya sinonim dengan paham
dan makrifat. Kata Alquran merupakan masdhar yang maknanya sinonim
dengan kata qira’ah (bacaan). Ulumul Qur’an merupakan kumpulan ilmu-
ilmu agama arabiah gabungan yang mencakup seluruh cabang-cabangnya.
Objek Ulumul Qur’an yang Mudawwan ialah kitab Al-Qur’an dari seluruh
segi-segi kitab dan objek Ulumul Qur’an yang idhafi, objeknya ialah
hanya salah satu segi dari beberapa segi Al-Qur’an. Perkembangan
Ulumul Qur’an terdiri dari Ulumul Qur’an pada Masa Nabi dan Sahabat,
masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, dan sampai
perkembangan Ulumul Qur’an pada zaman modern.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Djalal. 1997. Ulumul Qur’an Edisi Lengkap. Surabaya: Dunia Ilmu