DALALAH QUR’AN
TERHADAP HUKUM
Dosen Pengampu :
Dr. H. M. Hasan Ubaidillah, SHI,
MSi
Kelompok 1
01
Luluk Imro’atus Sholikah (05040421082)
02
Raden Nadiah Maulidina Akhsani (05040421098)
03
Pengertian Al-Quran
Al-Qur’an ialah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang diturunkan kepadanya secara berangsur-angsur
melalui perantara malaikat Jibril. Secara etimologis, kata al-Quran berasal dari Bahasa Arab dengan bentuk mashdar
yang bermakna membaca. Makna bahasa ini dapat ditemukan dalam al-Quran surat al-
dari kata kerja qara’aرأ00ق
Qiyamah ayat 17-18.
Alquran mempunyai arti menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar dari
kata qara’a, qira’atan, qur’anan.
Pengertian Al-Qur’an menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia
merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca
lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.
Pengertian Al-Quran
Sementara menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara istilah adalah:
“Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang
melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi Muhammad
SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir,
membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas”
Faktor penting yang menjadi faktor
karakteristik Alquran
6. Membaca Alquran dicatat sebagai amal ibadah. Di antara sekian banyak bacaan, hanya
membaca Alquran saja yang dianggap ibadah, sekalipun membaca tidak tahu
maknanya, apalagi jika ia mengetahui makna ayat atau surat yang dibaca dan mampu
mengamalkannya. Adapun bacaam-bacaan lain tidak dinilai ibadah kecuali disertai
niat yang baik seperti mencari Ilmu. Jadi, pahala yang diperoleh pembaca selain
Alquran adalah pahala mencari Ilmu, bukan substansi bacaan sebagaimana dalam
Alquran.
Pengertian Dalalah
Dalalah berasal Secara bahasa kata adalah bentuk mashdar (dari kata dasar)
yang berarti menunjukkan dan kata dalalah sendiri berarti petunjuk atau
penunjukkan dalalah. Sedangkan dalalah menurut istilah adalah penunjukkan
suatu lafadz nash kepada pengertian yang dapat dipahami, sehingga dengan
pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan hukum dari sesuatu dalil
nash. Tegasnya, dalalah lafadz itu ialah makna atau pengertian yang ditunjukkan
oleh suatu lafadz nash dan atas dasar pengertian tersebut kita dapat mengetahui
ketentuan hukum yang dikandung oleh sesuatu dalil nash. Nash al-Qur‟an dan as-
Sunnah adalah merupakan kumpulan lafadz-lafadz yang dalam ushul fiqh disebut
pula dengan dalil dan setiap dalil memiliki dalalah atau dilalah tersendiri.
Pengertian Dalalah
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa makna yang terkandung dalam
lafadz dapat difahami langsung dari bentuk sighatnya, baik yang dipahami secara asli
dari lafadz itu atau secara tersirat dalam lafadz itu, dan makna tersebut adalah yang
dimaksudkan dari susunan kalimatnya, sepanjang makna itu zhahir pemahamannya
dari shighat nash. Sedangkan nash disusun untuk menjelaskan dan menetapkannya,
maka ia adalah yang ditunjukan oleh ibarat nash, yang juga disebut dengan makna
literal bagi nash
Macam – macam Dalalah Menurut
Ulama Hanafiyah
2. Isyarat Nash
“Isyarat nash adalah penunjukan lafadz pada suatu makna yang tidak dimaksud secara
langsung dari lafadznya tidak pula secara susunannya, tetapi merupakan kelaziman
bagi arti yang diucapkan diungkapkan untuk itu”.
Jadi yang dimaksud isyarat nash adalah suatu dalalah yang didapat bukan dari makna
secara lafadznya atau pemahaman yang diambil dari isyarah nash (bersumber dari
esensial makna) yang dipahami dari ungkapan yang ada, dengan kata lain maknanya
tersirat bukan tersurat.
Macam – macam Dalalah Menurut
Ulama Hanafiyah
3. Dilalah Nash
Dilalah nash adalah petunjuk lafal atas suatu ketetapan hukum yang disebutkan
nashnya berlaku pula atas sesuatu yang tidak disebutkan karena (maskut anhu) antara
kedua, yang disebutkan dan yang tidak disebutkan, terdapat pertautan, illat hukum,
dimana dimungkinkan pemahaman atas keduanya dapat dilakukan dengan analisa
kebahasaan dan tidak memerlukan Ijtihad dengan mengerahkan segala kemampuan
daya nalar. Jadi apabila terdapat suatu perkara yang tidak diketahui hukumnya, maka
ia diberlakukan sama dengan perkara yang ada hukumnya, tetapi yang memiliki
kesamaan illat diantara kedua perkara tersebut.
Macam – macam Dalalah Menurut
Ulama Hanafiyah
4. Iqtidlo‟ Nash
Iqtidha‟ al-nash ialah penunjukkan lafal nash kepada sesuatu makna yang tidak
disebutkan, akan tetapi kebenaran lafadznya dapat dikira-kirakan atas makna
dimaksud secara syara‟.
iqtidho‟ itu sendiri mengandung arti (thalab) meminta, sedangkan yang dimaksud
dalam lafadz adalah meminta makna sebenarnya. Oleh karenanya maka harus
mengira-ngira makna yang terkandung dalam lafadz itu.
Urgensi Dilalah dalam
Ilmu Ushul Fiqh
Memahami dalalah dalam hal ini menjadi suatu keharusan, mengingat nash syar'i atau
perundang-undangan wajib diamalkan sesuai dengan sesuatu yang dipahami dari ibaratnya (susunan
kalimatnya), atau isyaratnya, atau dalalahnya, atau juga iqtidha'nya. Karena segala sesuatu yang
dipahami dari nash dengan salah satu jalan dari empat jalan tersebut, maka ia termasuk di antara
madlul (yang ditunjuk) oleh nash, sedangkan nash adalah hujjah atasnya, “Apabila pengertian yang
difahami dengan salah satu jalan tersebut bertentangan dengan pengertian lainnya yang dipahami
melalui jalan dari jalan-jalan tersebut, maka makna yang difahami dari ibarat dimenangkan atas makna
yang dipahami melalui isyarat; dan makna yang dipahami melalui salah satu dari dua jalan tersebut
dimenangkan atas makna yang difahami melalui dalalah”.
Penetapan metode kajian dalalah dalam lafadz ini dilakukan sesuai dengan urutan dalam dalalah yaitu