Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH STUDI QUR’AN HADIST

DOSEN ; AGUSWAN RASYID Lc.MA, Ph D

PPS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUMBAR 2021

TAFSIR QUR’AN PADA ERA NABI MUHAMMAD SAW

Kelompok : Anzalman

Almasykura

Firman

Al Quran sebagai Kitab yang diturunkan untuk petunjuk arah bagi manusia ,sudah seharusnya dapat
difahami oleh seluruh manusia yang memakai beragam macam bahasa. Al Quran menggunakan
bahasa Arab yaitu bahasa yang elastis luar dalamnya dan .bisa diucapkan dalam berbagai bentuk
cara dan mempunyai beraneka ragam makna.

Memahami Alquran diperlukan Ilmu Tafsir,yaitu Seperangkat Ilmu yang digunakan dalam membaca
dan memahami Al Quran .Tafsir muncul berbarengan dengan Al Quran ,yaitu Ketika ia diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Defenisi Tafsir secara Etimologi berasal dari kata al-fasru yang artinya menyingkap sesuatu yang
tertutup ,sedangkan TAFSIR menurut istilah Menjelaskan makna makna Al Qur’anul Karim .

Belajar Tafsir Al Quran hukumnya Wajib bagi Muslim,Firman Allah Surat Shad ayat 29 yang artinya;

‘Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah ,supaya mereka
memperhatikan ayat ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang orang yang berfikiran”

Surat Muhammad ayat 24 ;

“Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

PEMBAHASAN

Umat terdahulu menempuh metode yang diwajibkan Allah ini, yakni mereka mempelajari lafazh
sekaligus makna Alquran karena hanya dengan cara inilah mereka dapat mengamalkan Alquran
sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Membaca Alquran yang memuat dasar dasar ajaran Islam
yang didalamnya berisi tentang segala Perintah dan larangan ,yang halal dan haram,baik dan
buruk,dstrnya..ia memberikan Petunjuk dan Pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan akhirat dalam bentuk ajaran Akidah,Akhlak,Ibadah,sejarah.dll.

Untuk mengungkap hal hal yang menyeluruh didalam Alquran , tidaklah cukup hanya
membacanya ,lebih jauh diperlukan kemampuan memahami dan mengungkap isi serta mengetahui
prinsip prinsip yang dikandungnya,kemampuan seperti inilah yang diberikan TAFSIR dalam
mengungkap maksud dan kandungan Alquran.

Penafsiran terhadap al quran telah dimulai dan tumbuh sejak awal perkembangan Islam ,adanya
ayat ayat tertentu yang maksud dan kandungannya tidak difahami oleh para sahabat,kecuali harus
merujuk kepada Rasulullah yang pada masa itu Tugas KeNabian yang sedang diemban sebagai
penerima wahyu quran sudah menjadi kewajibannya untuk menyampaikan serta menjelaskan segala
apa yang telah diFirmankan oleh Allah didalam al quran . maka Peran Nabi sebagai Penafsir al quran
pertama sangat central / pemegang otoritas al quran.

Nabi sebagai Mufassir’

Defenisi mufassir yakni seseorang yang mampu menjelaskan ,menyingkap maupun menampakkan
sebuah ayat dalam arti yang lain atau arti yang mirip dengan menggunakan perangkat keIlmuan
yang dimilikinya. Nabi selain perannya sebagai penerima wahyu berupa al quran ,ia juga seorang
yang sangat memahami al quran secara global dan terperinci setelah Allah memberikan kekuatan
hafalan dan penjelasan kepada Nabi.sebagaimana Allah firmankan dalam Srt Al qiyamah ayat
17,18,19. Yang artinya ; ‘ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (didadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya.Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaan itu,Kemudian,Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah Penjelasannya”

Ibnu Khaldun mengatakan dalam Mukaddimahnya,’Rasulullah SAW menjelaskan al quran secara


umum,membedakan ayat ayat yang Nasikh dan Mansukh,kemudian memberitahukan kepada para
sahabat sehingga mereka memahami sebab musabab turunnya ayat (asbabun nuzul)dan situasi yang
mendukungnya.dari penjelasan diatas sudah jelas dan terang bahwa Nabi Muhammad SAW orang
pertama yang menafsirkan al quran dan penafsirannya mencakup semua Ibadah -ibadah ,muamalah-
muamalah ,dan Akidah yang dibawanya dan mencakup semua yang berhubungan dengan manusia .

Motif Penafsiran Nabi Muhammad SAW

Ada 3 motif Penafsiran Nabi yang bertujuan ‘

1. Al Irsyadi (untuk Pengarahan)


Tafsir Nabi yang memberikan pengarahan ini maksudnya Nabi saw memberikan arahan yang
lebih baik lagi daripada yang sebelumnya. Contoh Penafsiran sehubungan firman Allah SWT
dalam srt Al Imran 92’ yang artinya’
‘Kamu sekali kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),sebelum kamu
menafkahkan Sebagian harta yang kamu cintai’
Ketika ayat ini turun,seorang sahabat bernama Abu thalhah yang memiliki kebun kurma di
daerah yarha’ diMadinah menyampaikan keinginannya untuk menyedekahkan tanah yang
dimilikinya dan disayanginya ..maka Nabi SAW lalu bersabda: “Wah.itu adalah harta yang
menguntungkan ! Aku telah mendengar yang engkau katakan,namun aku melihat sepertinya
itu lebih baik engkau sedekahkan untuk kerabat kerabatmu.”lalu Abu Thalhah berkata;
‘Wahai Rasulullah,aku akan melakukannya.’ Maka Abu Thalhah pun membagi bagikan
kepada kerabat dan anak -anak pamannya.
2. AL-Tatbiqi (untuk Petunjuk Pelaksanaan)
Tafsir yang berupa penjelasan Aplikatif melalui Peragaan

3. AL -Tashihi (untuk Koreksi)


Tafsir Nabi yang dimaksudkan untuk mengkoreksi kesalahan dalam memahami ayat. Contoh
Ketika mengkoreksi pemahaman sahabat Adi bin Hatim mengenai makna QS Al-baqarah 187
yang beliau salah dalam memahami ayatnya.’ “yang artinya “ Dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dan benang hitam ,yaitu Fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam “
Dalam ayat tersebut ada Majaz (metafora) kata al -khaitul abyad(benang putih) dan al-
khaytul aswad (benang hitam). Adi bin hatim rupanya memahami secara apa adanya,maka
ia mengambil benang yang berwarna hitam dan putih pada malam harinya,ia mengamati
terus menerus ,namun tetap saja tidak jelas perbedaannya mana yang berwarna putih dan
mana yang hitam. Ke esokannya hal itu dilaporkan kepada Nabi SAW ,bahwa yang dimaksud
ayat tersebut adalah informasi tentang kebolehan seseorang untuk makan dan minum
dimalam bulan Ramadhan hingga munculnya Fajar Subuh.

SEJAUH MANA PENAFSIRAN NABI TERHADAP AL QURAN ?

Ada 2 Pendapat para Ulama terhadap cakupan Penafsiran Nabi terhadap Alquran
1. Semua sudah dijelaskan(ex: Ibnu Taimiyah) ,Mereka berargumen Bahwa maksud dari
Lafaz “Litubayyin” dalam Surat An Nahal 44 yang artinya ‘Menerangkan ‘ Mencakup
menerangkan semua makna yang terkandung dalam Alquran ,disamping penjelasan
tentang lavaz lavaznya.dan juga berdalil dengan hadis yang artinya” Telah menceritakan
kepada kami seorang Sahabat Nabi Salallahu alaihi wassallamyang pernah mengajari
Bacaan Alquran kepada kami,bahwa mereka mempelajari sepuluh ayat dari Rasulullah
mereka tidak mempelajari sepuluh ayat lain hingga mereka mengetahui Ilmu dan
Amal’yang ada didalamnya.’Kami mengetahui Ilmu dan Amal,’atsar(Berita) dari para
Sahabat ini menunjukkan bahwa para Sahabat mempelajari dari Rasulullah seluruh
Makna yang terkandung dalam Alquran disamping lavaz lafaznya.
2. Tidak semuanya sudah ditafsirkan oleh Nabi SAW (ex: Al Khubi dan Al Suyuti) mereka
berpendapat makna “Litubayyin dalam srt An Nahal 44 , Nabi hanya menjelaskan apa
apa yang sulit difahami oleh Sahabat dari Alquran ,tidak menjelaskan seluruh lavaz
Alquran. Dan untuk Hadis yang dijadikan Hujjah oleh kelompok pertama (Semua sudah
ditafsirkan ) maksudnya Sahabat memperoleh hasil pemahaman yang tuntas’ (Ilmu dan
Amal) tidak hanya dari Rasulullah saja ,tapi juga bisa dari Sahabat yag lain. Bahkan bisa
dari hasil Pemikiran mereka ,manakala Allah telah membukakan Rahasia Alquran itu
kepada mereka baik melalui pengamatan/observasi dan Ijtihad.

Namun titik persamaan dari kedua pendapat itu adalah Rasulullah SAW Banyak
menjelaskan Makna makna Alquran kepada para Sahabatnya yang merupakan generasi
terbaik yang dijaga,teruji keimananya,terjauh dari hawa nafsu dan telah dijamin Syurga
oleh Allah dan menjadi Panutan dan Rujukan bagi Langkah para Mufassir berikutnya.
Karakteristik dan KeIstimewaan Tafsir Nabi Muhammad SAW

1. Dijamin KeShahihannya karena selalu berada dalam Bimbingan Wahyu Ilahi’


2. Mufassirnya langsung dari Nabi SAW yang bersifat Otoritatif’,yang mana beliau
adalah Rasul yang diberi Wahyu berupa Alquran oleh Allah sang Pemilik Wahyu.

Kepustakaan

Ahmad Hariyanto – Mhswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - jurnal 2016 M.

Al-‘Utsaimīn, Muhammad bin Shālih. Syarh Ushūl at-Tafsīr. Riyādh: t.p, 1434 H.

Al-Qațțān, Mannā’ Khalīl. Mabāhith Fī ‘Ulūm al-Qur’ān. Cairo: Maktabah Wahbah, t.th.

Arifin, M.Zainal. Pemetaan Kajian Tafsir: Perspektif Historis. Metodologis, Corak, dan Geografis.
Kediri: STAIN Kediri Press, 2010.

As-Sayūthī, Jalaluddīn. al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur’an. Beir…

Anda mungkin juga menyukai