Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Baca tulis Al-
Qur’an yaitu salah satu metode belajar praktis dalam belajar membaca Al-
Qur’an yaitu metode yang mengajarkan membaca huruf-huruf Al-Qur’an yang
sudah berharokat secara langsung tanpa mengeja, langsung praktek secara
mudah dan praktis bacaan tajwid secara baik dan benar serta materi pelajaran
diberikan secara bertahap dan berkesinambungan.
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti bisa atau dapat,
kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran–an menjadi kemampuan, yang
berarti kecakapan , kesanggupan dan kebolehan melakukan sesuatu (Hidayat,
2010, hal. 27).
24
Sejalan dengan itu menurut Robbins dalam (Indrawati, 2006, hal. 46)
kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu pekerjaan.
manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam. Salah satu
keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an dan tidak dimiliki oleh kitab suci
lainnya adalah ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat kepada orang
yang senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an. Mengingat betapa pentingnya
Al-Qur’an bagi kehidupan manusia, maka pendidikan Al-Qur’an menjadi hal
yang sangat penting bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa .
Tidak ada bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tata cara bacaannya,
mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus ucapannya,
dimana tempat yang terlarang, atau boleh atau harus memulai dan berhenti,
bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya (shihab,
2003, hal. 3). Pendapat lain mengatakan Kemampuan membaca Al-Qur’an
menurut Mas’ud Syafi’i diartikan sebagai kemampuan dalam melafadzkan Al-
Qur’an dan membaguskan huruf atau kalimat Al-Qur’an satu persatu dengan
terang, teratur, perlahan dan tidak terburu-buru bercampur aduk, sesuai dengan
hukum tajwid.
Tujuan dari kemampuan baca tulis Al-Qur’an secara umum adalah agar
setiap pembaca mampu mengenal, membaca, dan menulis huruf, kata, serta
kalimat dan potongan-potongan ayat Al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah
ilmu tajwid (Dalman, 2014, hal. 11)
ابتثجحخدذرزسشصضطظعغفقكلمنوهءي
darinya (Suwaid, 2015, hal. 18). Tajwid adalah ilmu yang memberikan
kepada huruf akan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan
asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna
tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan (Al-Qathan,
2007, hal. 270).
d) Saktah ialah berhenti sejenak sekedar satu alif dan tidak boleh
bernafas, di dalam Al-Qur‟an hanya ada empat .
shifatul huruf adalah ukuran betul atau tidaknya dalam membaca huruf
sesuai dengan tempat maupun sifatnya. Penjelasan mengenai shifatul huruf
jarang digunakan dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur‟an. Sifat-sifat
huruf yaitu al-hams, asy-syiddah, al-isti’la, al-ithbaq, dan al-idzlaq.
1). Al-Hams
2). Asy-syiddah
3) Al-isti’la
4) Al-ithbaq
5) Al-idzlaq
a) Faktor Internal
Faktor ini bearsal dari diri individu itu sendiri. Faktor internal
terdiri dari dua faktor, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis
(djabidi, 2016, hal. 108).
(1) Faktor Fisiologis (jasmaniah)
Faktor fisiologis adalah hal-hal yang berhubungan dengan
keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan Diantara
keadaan fisik yang perlu diperhatikan antara lain:
(a) Kondisi fisik yang normal
Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak
kandungan sejak lahir sangat menentukan keberhasilan belajar
seseorang, contoh seseorang yang sumbing tentu akan
mengganggu keaktifan membaca dalam hal itu juga akan
menjadi hambatan yang paling utama apalagi dengan membaca
Al-Qur’an.
(b) Kondisi kesehatan
Fisik Kesehatan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Sebaliknya
apabila kondisi fisik yang lemah dan sakit-sakitan maka akan
mengurangi semangat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
membaca Al-Qur’an membutuhkan konsentrasi yang penuh,
karena apabila ada kekeliruan dalam membaca Al-Qur’an baik
tajwid ataupun yang lainnya, maka akan mengubah arti dari
kata itu sendiri dan pada akhirnya akan mempengaruhi kalimat.
Sehingga kondisi kesehatan fisik yang baik diperlukan daam
rangka mencapai kemampuan membaca Al-Qur’an. Hal ini
32
dari sini akan muncul perasaan senang atau tidak senang, perasaan
tertarik atau tidak tertarik pada sesuatu yang akhirnya mempengaruhi
untuk belajar atau tidak belajar. Tidak adanya minat seorang anak
terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan suatu kesulitan dalam
belajar.
c) Motivasi
Menurut Crawley dan Mountain dalam (Rahim, 2008, hal. 20)
menjelaskan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong
seseorang belajar atau melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya menentukan tujuan seseorang, sehingga
semakin besar motivasi seseorang maka akan semakin besar
kesuksesan belajarnya. Dalam kemampuan membaca Al-Quran,
motivasi akan sangat menentukan besar kecilnya tingkat pencapaian
prestasi seseorang. Adanya usaha yang tekun dan terutama
didasarkan adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar diri individu. Faktor ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial. (djabidi, 2016, hal. 113)
(1) Faktor Lingkungan Sosial
a. Keluarga
Keluarga pada umumnya terdiri dari ayah, ibi, dan saudara
merupakan tempat pembelajaran yang pertama dan utama bagi
anak. Dari orang tua anak belajar tentang nilai-nilai keyakinan,
etika dan norma-norma ataupun keterampilan hidup. Dengan
saudara anak dapat belajar berbagi, bertenggang rasa, saling
menghormati, dan menghargai.
b. Sekolah
Dalam lingkungan sekolah anak-anak sering berinteraksi
dengan guru-guru dan temannya.
34
c. Masyarakat
Jika keluarga dalam masyarakat itu baik, maka anak-anak
mendapat kontribusi yang juga baik dalam proses interaksinya
(helmawati, 2016, hal. 199).
(2) Faktor lingkungan non Sosial
a. Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu gelap,
suasana sejuk dan tenang.
b. Faktor instrumental
Perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat- belajar,
fasilitas belajar dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran ( yang diajarkan ke siswa)
Guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat di terapkan sesuai dengan kondisi siswa
(djabidi, 2016, hal. 114)