Anda di halaman 1dari 10

Analisis Penguasaan Kitab Matan Tuhfatul Athfal Terhadap Kefasihan

Bacaan Al-Qur’an di Rumah Tahfizh Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah


NandaLifia Alfisyah1 Rizka Harfiani2 Zailani

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Ndalifia00@gmail.com

Abstrak
Kitab matan tuhfathul athfal merupakan kitab yang berisi kaidah-kaidah ilmu tajwid karya
Syaikh Sulaiman Al-Jamzury yang merupakan ulama Mesir. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis penguasaan kitab matan tuhfatul athfal santri terhadap kefasihan membaca dan
menghafal Al-Qur’an santri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman santri
terhadap kitab matan tuhfathul athfal yang berisi kaidah-kaidah ilmu tajwid dan berfokus
kepada pembahasan bab nun sukun. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan penelitian deskriptif analistik. Pengumpulan data dilakukakn melalui observasi,
wawancara, tes dan dokumentasi. Data kemudian di analisis dengan cara mereduksi data,
menyajikan dan menarik kesimpulan. Data yang terkumpul diuji keabsahannya melalui
triangulasi data. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa: (1) Santri di rumah tahfizh
Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah pada dasarnya secara keseluruhan dapat membaca Al-
Qur’an sebagaimana pelafalan pada huruf-huruf Al-Qur’an. (2) Tidak semua santri yang
mampu membaca Al-Qur’an hukum nun sukun dan tanwin yang termasuk dalam pembahasan
pada kitab matan tuhfatul athfal. (3) Santri yang memahami kaidah nun sukun dan tanwin
pada kitab matan tuhfatul athfal secara teori dan menerapkannya pada bacaan Al-Qur’an
merupakan santri yang memiliki bacaan yang fasih.
Kata kunci: Matan Tuhfatul Athfal, Bacaan Al-Qur’an, Nun Sukun and Tanwin
Abstract
Kitab matan tuhfathul athfal is a book that contains the rules of tajweed by Shaykh Sulayman
Al-Jamzury who is an Egyptian scholar. This study aims to analyze the mastery of the book
matan tuhfatul athfal santri on the fluency of reading and memorizing the Qur'an santri. This
study aims to analyze the students' understanding of the book of matan tuhfathul athfal which
contains the rules of tajweed and focuses on the discussion of the chapter nun breadfruit. This
type of research is qualitative research with an analytical descriptive research approach. Data
collection is done through observation, interviews, tests and documentation. The data is then
analyzed by reducing the data, presenting and drawing conclusions. The collected data is
tested for validity through data triangulation. Based on the results of data analysis, it was
found that: (1) Santri in the house of tahfizh Ma'had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah basically as a
whole can read the Qur'an as the pronunciation of the letters of the Qur'an. (2) Not all
students who are able to read the Qur'an the law of nun breadfruit and tanwin are included in
the discussion in the book of matan tuhfatul athfal. (3) Santri who understand the rules of nun
breadfruit and tanwin in the book matan tuhfatul athfal theoretically and apply them to the
reading of the Qur'an are students who have fluent reading.
Keywords: Matan Tuhfatul Athfal, Qur’an recitation, Nun Sukun and Tanwin
I. Pendahuluan
Al-Qur’an memiliki cakupan ilmu yang sangat luas untuk dipelajari. Tidak ada habisnya
jika menelaah tentang Al-Qur’an dari mulai ilmu untuk mempelejari cara membacanya,
mempelajari bacaannya, mempelajari cara menghafalnya, menghafalnya, mempelajari
tafisiran dan maksud nya dan banyak lagi yang harus dipelajari dari Al-Qur’an. Dari beberapa
penelitian terdahulu terdapat beberapa pendapat yang luas mengenai aspek mempelajari Al-
Qur’an diantara beberapa hasil penelitiannya yaitu terdapat tujuh aspek pembelajaran yang
harus diperhatikan dalam mempelajari Al-Qur’an diantaranya yaitu ta’lim al-qiraa’ati, ta’lim
at-tartili, ta’lim at-tadwini, ta’lim at-tahfhizhi, ta’lim at-tafhimi, ta’lim at-thathbiqi dan
ta’lim at-tablighi (Lifia Alfisyah, 2022). Dari ketujuh aspek tersebut dapat diambil
pandangan bahwa ada tahapan bagi seseorang yang ingin mempelajari Al-Qur’an.
Sebelum sampai ditahap menghafal atau at-tahfizh ada tahapan at-tartili dan ta’lim at-
tadwin, salah satu yang dibahas pada penelitian ini adalah at-tartil. Memperbaiki kualitas
bacaan Al-Qur’an bagi seseorang yang ingin menghafal sangatlah penting untuk membantu
memudahkan santri kemudian dalam membaca maupun menghafal Al-Qur’an yang benar dan
tepat sesuai dengan hukum tajwid (Fadliyatun Nisa, 2021). Sebagaimana dalam firman Allah
Al-Qur’an surah Al-Muzzammil ayat 34 yang berarti: “Ataupun lebih (sedikit) dari padanya
dan bacalah Qur’an dengan Tartil”. Tartil pada ayat tersebut berarti membaguskan suara-sura
huruf dan mengetahui tempat waqaf (Mursyid, Fajar Hasan, 2021).
Sejalan dengan itu, tartil merupakan bagian dari tata tertib dalam membaca Al-Qur’an,
membacanya perlahan tanpa terburu-buru dengan bacaan yang sesuai dengan ilmu tajwid.
Benar makhraj dan sifat huruf-huruf hijaiyahnya (Arfandi, 2022). Memperbaiki bacaan Al-
Qur’an bersifat urgensi bagi seorang muslim untuk dapat melafalkan setiap huruf dan kalimat
dalam Al-Qur’an dalam pelafalan yang lancar dan benar agar terhindar dari kesalahan yang
dapat mengubah makna dalam Al-Qur’an ataupun tidak mengubah makna yang tidak sesuai
dengan kebiasaan ahlul Qurra (Mayasari, 2019). Dari beberapa pemaparan diatas dapat
difahami bahwa belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an menjadi urgensi bagi setiap muslim
terlebih lagi bagi yang ingin menghafal Al-Qur’an. Kedudukan memiliki bacaan Al-Qur’an
yang baik dan benar sesuai ilmu tajwid menjadi utama ketika hendak mempelajari ilmu Al-
Qur’an sebagaimana pada penelitian sebelumnya disampaikan bahwa ta’lim at-tartili lebih
dahulu menjadi aspek tahapan mempelajri Al-Qur’an sebelum kemudian ta’lim at-tahfizhi
atau menghafal Al-Qur’an.
Arfandi dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kefasihan membaca Al-Qur’an
signifikan hubungannya dengan pemahaman terhadap kitab Tuhfatul Athfal (Arfandi et al.,
2023). Didukung oleh penelitian lain bahwa kitab matan tuhfatul athfal merupakan kategori
kitab yang sangat efektif dalam meningkatkan kefasihan membaca Al-Qur’an dan menjadi
indicator penilaian yang baik dalam membaca Al-Quran (Imron, 2019). Dari beberapa
penelitian tersebut menjadi penguatan bahwa kitab matan tuhfatul athfal dapat menjadi
rujukan yang baik dalam kategori kefasihan membaca Al-Qur’an dan dapat dijadikan
indicator yang baik pula untuk menilai baiknya bacaan Al-Qur’an seseorang.
Memahami bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar merupakan
Indikator bacaan yang fasih pada dasarnya adalah bacaan yang baik. Terdapat beberapa
pengetahuan dasar yang harus dikuasai dalam membaca Al-Qur’an. Banyak rujukan-rujukan
yang dapat dijadikan dasar dalam belajar membaca Al-Qur’an diantaranya hukum nun mati
dan tanwin pada kitab matan tuhfatul athfal. Berangkat dari pentingnya pembahasan pada
teori terdahulu terdapat dunia Pendidikan Al-Qur’an peneliti ingin menganilisis secara
objektif kefasihan dan kelancaran hafalan santri di rumh tahfizh Ma’had Abu Ubaidah bin Al-
Jarrah melalui indicator pemahaman terhadap kitab matan tuhfatul athfal khusus pada bab
hukum nun sukun dan tanwin. Maka dari itu rumusan masalah yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah apakah santri di rumah tahfizh Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
menguasai kaidah hukum nun mati dan tanwin yang terdapat dalam kitab matan tuhfatul
athfal dan apakah santri yang menguasai hukum nun mati dan tanwin pada kitab matan
tuhfatul athfal mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih berdasarkan indicator hukum nun
mati dan tanwin pada kitab matan tuhfatul athfal.
II. Kajian Teori
Membaca Al-Qur’an diperlukan kehati-hatian dengan pemahaman ilmu tajwid untuk
menghindari kesalahan dalam membacanya agar menjadikannya amal ibadah dan tidak
mendatangkan murka Allah (Fadliyatun Nisa, 2021). Fasih dalam kamus besar Bahasa
Indonesia atau KBBI berarti lancar, bersih dan baik lafalnya sedangkan fasih dalam Bahasa
Arab artinya berbicara dengan fasih dan suatu kalimat dikatakan fasih apabila jelas
pengucapan dan susunannya (Qur & Santri, n.d.). Fasih juga dapat dimaksudkan dengan
mempelajari Al-Qur’an dengan benar dan baik sehingga bacaan Al-Qur’an menjadi tartil
sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Muzzammil ayat 4 (Junaidi, 2020). Adapun langkah-
langkah fasih dalam membaca Al-Qur’an diantaranya: 1. Mengenal huruf hijaiyah; 2.
Mengetahui kaidah dan hukum bacaan nun mati dan tanwin dan 3. Memahami tanda waqaf
(Syarbini, 2010).
Indicator fasih dalam membaca Al-Qur’an juga dapat dilihat dari pemahaman dalam
mengetahui tempat keluar huruf (makharijul huruf), sifat-sifat huruf (shifatul huruf), hukum
nun mati dan tanwin, hukum waqof serta kaidah-kaidah gharib (Salahudin & Arsyad, 2018).
Penelitian lain mengungkapkan bahwa bacaan Al-Qur’an yang benar adalah bacaan yang
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, sehingga yang membacanya tidak melakukan kesalahan
dan penyimpangan dari arti pada ayat-ayat dalam Al-Qur’an (Mahdali, 2020). Dari beberapa
pengertian tersebut dapat dijadikan acuan kefasihan bacaan Al-Qur’an bahwa indicator yang
dapat diambil sebagai dasar adalah kemampuan lafaz pada makharijul dan shifatull huruf dan
dibatasi oleh hukum nun mati dan tanwin dan hukum nun dan mim tasydid sebagai batasan
masalah pada penelitian ini.
Kitab Matan Tuhfathul Athfal merupakan kitab yang berisi kaidah-kaidah ilmu tajwid
berbentuk bait-bait syair dalam Bahasa Arab yang ditulis oleh Syekh Sulaiman bin Hasan bin
Muhammad Al-Jamzury (Qur & Santri, n.d.). Imam Al-Jamzury sendiri pernah berguru
kepada syaikh Nurdin Ali bin Uman bin Hamd bin Umar bin Naji bin Fanisy yang dikenal
dengan imam Al-Mihiy yang merupakan seorang ahli di bidang tajwid dan qiro’ah. Guru
kedua imam Al-Jamzury adalah syaikh Mujahid Al-Ahmadi atau yang dikenal dengan
Sayyidi Mujahid yang merupakan ulama abad ke 12 hijriyah. Imam Al-Jamzury juga
memiliki beberapa karya seperti Tuhfatul Athfal Wal Ghilman Fi Tajwidil Qur’an, Fathul
Aqfal Bi Syarh Tuhfatul Athfal, Kanzul Maani Bi Tahriri Hirozul Amani, Faturrahman
Bisarhi Kanzul Maani Fii Qiro’ati Sab’i dan beberapa karya lainnya (Munir, 2018).
Kitab tuhaftul athfal membahas bagaimana cara menyebutkan setiap huruf yang ada pada
Al-Qur’an yang baik dan sempurna dalam setiap ayat Al-Qur’an seperti makharijul huruf
(tempat keluar huruf), shifatul huruf (ciri yang mengikuti huruf), ahkamul huruf (hubungan
antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (Panjang pendek huruf), ahkamul waqaf wal ibtida’
(hukum cara memulai dan menghentikan bacaan) dan lain sebagainya (Munir, 2018).
Tuhfatul athfal merupakan salah satu pedoman pengajaran ilmu tajwid yang digunakan di
Indonesia (Syah, 2022). Sebagaimana Ahmad Soenarto menerangkan pada karnya buku
“Pelajarab Tajwid Praktis dan Lengkap” bahwa umat islam dapat mempelajari kitab matan
tuhfatul athfal agar dapat menjaga bacaan lisan dari kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-
Qur’an sehingga ayat-ayat Al-Qur’an dapat dibaca dengan fasih (terang dan jelas) (Munir,
2018).
Adapun kaidah tajwid yang terdapat pada matan tuhfatul athfal terdiri dari 61 bait
nazhom ringkas. Isi dari ke 61 bait pada kitab matan tersebut adalah hukum-hukum tajwid
dalam membaca Al-Qur’an yaitu hukum nun mati dan tanwin, hukum nun tasydid, hukum
mim Sakinah (sukun), hukum idghom mutamatsilain, idghom mutajanistain, idghom
mutaqoribain, alim lam ta’rif, lam fi’il dan hukum-hukum mad. Kitab ini juga dijadikan
sebagai kitab tajwid agar siapa yang membaca Al-Qur’an dapat melafalkan setiap ayat pada
Al-Qur’an dengan baik dan tertib berdasarkan makhraj, panjang pendek, berdengung ataupun
bacaan yang jelas, tebal tipis, cara berhenti dan melanjutkan dalam membaca yang sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabat (Munir, 2018). Sesuai
dengan penjelasannya isi bait atau nazhom pada kitab matan tuhfatul athfal terdiri dari
beberapa bagian bait yang membahas hukum-hukum tajwid. Berikut bait-bait yang terdapat
pada kitab matan tuhfatul athfal:
Bagian I Muqoddimah

‫َيُقــوُل َر اِج ـي َر حمِة اْلَغـُفـوِر * َدْو َم ـًا ُس َلـْيَم اُن ُهـَو اْلَج مْـُز وِر ى‬

‫اْلَحْم ــُد ِلَّلــِه ُمَص ـّلِـيًا َعـلـى * ُم ـَح َم ـــٍد وآِلــِه َو َم ـْن َتـَال‬

‫َو َبْعـُد هـَذ ا الَّنـْظـُم ِلْلـُم ِر يــِد * فــي الُنـوِن والَّتـْنِو يِن َو اْلُم ُدوِد‬

‫َس ــَّم يُتــُه ِبُتحَفـة اَألْطَفاِل * َعـْن َش ْيـِخ َنا اْلِم يـِهِّى ِذ ي اْلَك ماِل‬

‫َأْر ُجــو ِبـه َأْن َيْنـَفَع الُّطـَّالَبـا* َو اَألْج ــَر َو اْلَقـُبـوَل َو الَّثـَو ابـا‬
Bagian 2 Nun sukun dan Tanwin
‫ِللـُّنــوِن ِإْن َتْسـُك ْن َو ِللّتَـْنِو يِن * َأْر َبـُع َأْح َك ـاٍم َفُخ ـْذ َتْبـِيـيـِنـي‬

‫َفـاَألَّوُل اإلْظـَهاُر َقـْبـَل َأْح ـُر ِف * ِلْلَح ـْلـِق ِس ـٍت ُر ِّتَبْت َفلـَتـْع ِر ِف‬

‫َهْم ـٌز َفـَهـاٌء ُثـَّم َعـْيـٌن َح ـاُء * ُم ـْهَم َلـَتاِن ُثــَّم َغْيـٌن َخ ــاُء‬

‫والـّثَـانـي ِإْد َغـاٌم ِبسـَّتٍة َأَتـْت * ِفـي َيـْر َم ـُلـوَن ِع ْنَد ُهْم َقْد َثَبَتْت‬

‫َلـِكَّنَها ِقْسـَم اِن ِقْســٌم ُيـْد َغـَم ا * ِفـيِه ِبـُغ ـّنَـٍة ِبَيـْنـُم و ُع ِلـَم ـا‬
‫ِإَّال ِإَذ ا َك ـاَنـا ِبـكـِـْلَم ـٍة َفــَال * ُتـْد ِغ ـْم َكُد ْنـَيا ُثَّم ِص ـْنَو اٍن َتـَال‬

‫َو الَّثـانـي ِإْد َغــاٌم ِبَغْيــِر ُغ ـَّنْة * فـي الـَّالِم َو الـَّرا ُثـَّم َكـّر َر َّنـْه‬

‫َّوالَثـالـُث اِإل ْقـَالُب ِع ْنـَد اْلَبـاِء * ِم يــمًا ِبُغ ـَنــٍة َم ـَع اِإل ْخ ـَفـاِء‬

‫َو الَّراِبـُع اِإل ْخ ـَفاُء ِع ْنـَد اْلفاِض ـِل * ِم ـَن الُحـُروِف َو اِج ـٌب ِلْلَفاِض ـِل‬

‫فـي َخ ْمَس ـٍة ِم ْن َبْع ِد َع ْش ٍر َرْم ُز َها * ِفـي ِك ْلِم هَذ ا الَبْيِت َقـْد َضَّم نْـُتـَها‬

‫ِص ْف َذ ا َثـَنا َك ْم َج اَد َش ْخ ٌص َقْد سَم ا * ُد ْم َطّيَـبًا ِزْد ِفي ُتـَقًى َض ْع َظاِلـَم ا‬
Bagian 3 Mim dan Nun tasydid
‫َو ُغ ـَّن ِم يـمًا ُثـَّم ُنونـًا ُش ــِّدَدا * َو َس ــِّم ُك ـًال َح ـْر َف ُغ ـَّنٍة َبـَدا‬
Bagian 4 Mim Sakinah
‫َو اِلميـُم ِإْن َتْسـُك ْن َتِج ى َقْبَل اْلِهَج ا * َال َألــٍف َلِّيــَنٍة ِلــِذ ى اْلِح ـَج ا‬

َ‫ْح ـَك اُم ـَها َثـَالَثـٌة ِلَم ـْن َضَبـْط * ِإْخ ـَفاٌء اْد َغـاٌم َو ِإْظـَهـاٌر َفَقــْط‬

‫َفـاَألَّوُل اِإل ْخ ـَفـاُء ِع ْنـَد اْلَبــاِء * َو َس ـِّم ـِه الَّش ْفــِو َّى ِلْلـُقــَّراِء‬

‫َو الّثَـانـى ِإْد َغـاٌم ِبِم ـْثِلـَها َأَتـى * َو َس ـِّم إدغـامًا َص ـغِـيرًا َيا َفـَتى‬

‫َو الثَّـاِلـُث اِإل ْظـَهاُر ِفـى اْلَبِقَّيـْة * ِم ـْن َأْح ـُر ٍف َو َس ـِّم ـَها َش ْفِوَّيـْه‬

‫َو اْح ـَذ ْر َلَدى َو اٍو َو َفـا َأْن َتْخ َتـفِى * ِلـُقـْر ِبــَها َو التحاِد َفاْع ـِر ِف‬

III. Metode Penelitian


Penelitian ini ditinjau berdasarkan jenisnya adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analistik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara, tes dan dokumentasi. Data yang dibutuhkan terbagi atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan lima informan yaitu pengajar
di rumah tahfizh bagian putri Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan hasil dari buku
penilaian mingguan santri. Data sekunder diperoleh dari hasil tes tertulis dan lisan terhadap
santri putri dirumah tahfizh Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah beserta dokumentasi yang
diperlukan. Data yang dilakukan pada tes tertulis mencakup ujia pengetahuan santri terhadap
penguasaan hukum nun mati dan tanwin yang terdapat pada kitab matan tuhfatul athfal yang
terdiri dari izhar, ikhfa’, idghom bighunnah dan idghom bilaghunnah dan iqlab. Data lain
yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah isi dari kitab matan tuhfatul athfal sebagai
rujukan utama pada penelitian ini, kemudian isi kitab tersebut akan dibahas keilmuannya
pada hukum tajwid dikhususkan tema pembahasan yaitu hukum nun mati dan tanwin. Data
yang diperoleh dianalisis dengan cara mereduksi data atau reduction, menyajikan data atau
data display dan penarikan kesimpulan atau conclusion drawing/verification. Data yang
dianalisis diuji dengan cara perpanjangan pengamatan dan triangulasi data baik dari sumber
data, metode dan triangulasi waktu perolehan data.

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Profil rumah tahfizh Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah


Program tahfidz di Ma’had Abu Ubaidan bin Al-Jarrah dimulai pada tahun
2008 yang hingga saat ini memiliki 10 rumah tahfidz yang terdiri dari tujuh rumah
tahfidz putri dan tiga rumah tahfidz putra. Program tahfizh ini memiliki motto “The
majesty culture’s beginned from quranic personality and that’s me”, visi membentuk
huffazh Al-Qur’an yang berakhlakul karimah dan misi membiasakan hidup penuh
disiplin akan pemanfaatan waktu yang sebaik-baiknya dengan Al-Qur’an, memahami
secara garis besar ilmu Aqidah yang benar, ilmu-ilmu Al-Qur’an, fiqih dan siroh
nabawiyyah, membiasakan bertutur kata yang baik dan penuh kesopanan,
membiasakan berpenampilan rapi dan menarik dalam hal keteladanan Al-Qur’an,
mampu berdakwah di Masyarakat dan mengkampanyekan tradisi menghafal Al-
Qur’an di Indonesia.
Rumah tahfidz Ma’had Abu Ubaidah adalah rumah tahfidz yang dikelola
langsung oleh Ma’had dan berkolaborasi dengan Yayasan ataupun mitra tertentu.
Dalam hal ini Ma’had memfasilitasi pengelolaan, manajemen, SDM dan hal lainnya
yang berkaitan dengan program tahfidz sedangkan kolaborator mengambil peran
dalam memfasilitasi secara materi dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
pengasuhan apabila perlu untuk dilakukan.
Sasaran program ini adalah muslim usia remaja dan dewasa/orang tua baik
pria maupun wanita tanpa terkecuali. Wilayah program rumah tahfidz diutamakan
untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara
teknis dapat dijangkau dan dilaksanakan program rumah tahfidz dengan ketentuan
dimasing-masing provinsi lima program rumah tahfidz. Namun tidak menutup
kemungkinan akan dibuka diluar negeri dengan pertimbangan yang matang.

A. Kefasihan Bacaan Santri berdasarkan Pemahaman dengan Kitab Matan Tuhfatul


Athfal
Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan dasar dalam
mempelajari Al-Qur’an. Seseorang akan mampu mempelejari Al-Qur’an apabila
memiliki kemampuan membacanya sebagai dasar. Membaca Al-Qur’an dengan baik
dan benar akan menjaga pembacanya dari kesalahan dan perubahan makna dari Al-
Qur’an. Tujuan dari membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai kadiah ilmu
tajwid adalah agar bacaan tersebut fasih sebagaimana bacaan yang diajarkan
Rasulullah saw kepada sahabat-sahabtNya (Munir, 2018). Adapun indicator kefasihan
bacaan Al-Qur’an santri dirumah tahfizh Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah adalah
pada hukum nun mati dan tanwin sebagaimana yang terdapat pada kitab matan
tuhfatul athfal adalah sebagai berikut (Al-Jamzury, 2018):
BAB ‫النون الساكنة والتنوين‬
‫ِللـُّنــوِن ِإْن َتْسـُك ْن َو ِللّتَـْنِو يِن * َأْر َبـُع َأْح َك ـاٍم َفُخ ـْذ َتْبـِيـيـِنـي‬
Nun sukun dan tanwin memiliki empat hukum maka perhatikanlah penjelasanku

‫َفـاَألَّوُل اإلْظـَهاُر َقـْبـَل َأْح ـُر ِف * ِلْلَح ـْلـِق ِس ـٍت ُر ِّتَبْت َفلـَتـْع ِر ِف‬
Pertama Izhar (jika nun sukun/tanwin) sebelum enam huruf halqy (tenggorokan) yang
tersusun maka ketauhilah
‫َهْم ـٌز َفـَهـاٌء ُثـَّم َعـْيـٌن َح ـاُء * ُم ـْهَم َلـَتاِن ُثــَّم َغْيـٌن َخ ــاُء‬
Hamzah (‫)أ‬, Ha besar (‫)هـ‬, ‘Ain (‫)ع‬, Ha kecil (‫)ح‬, kemudian Gha (‫)غ‬, dan Kha (‫)خ‬
‫والـّثَـانـي ِإْد َغـاٌم ِبسـَّتٍة َأَتـْت * ِفـي َيـْر َم ـُلـوَن ِع ْنَد ُهْم َقْد َثَبَتْت‬

Kedua, Idgham yang memiliki 6 huruf yang datang kemudian, terhimpun dalam kata:
)‫ن‬-‫و‬-‫ل‬-‫م‬-‫ر‬-‫َيْر ُم ُلْو َن (ي‬
‫َلـِكَّنَها ِقْسـَم اِن ِقْســٌم ُيـْد َغـَم ا * ِفـيِه ِبـُغ ـّنَـٍة ِبَيـْنـُم و ُع ِلـَم ـا‬
Akan tetapi Idgham ada dua jenis; yang pertama didengungkan (Idgham bighunnah)
untuk huruf yang dikenal terangkum dalam kata ‫)َيْنُم ْو )ي – ن – م – و‬
‫ِإَّال ِإَذ ا َك ـاَنـا ِبـكـِـْلَم ـٍة َفــَال * ُتـْد ِغ ـْم َكُد ْنـَيا ُثَّم ِص ـْنَو اٍن َتـَال‬
Kecuali jika (nun sukun/tanwin bertemu huruf ini) dalam satu kata, maka jangan
didengungkan tetapi bacalah seperti “‫ ”ُد ْنـَيا‬dan “ ‫”ِص ـْنَو اٍن‬
‫َو الَّثـانـي ِإْد َغــاٌم ِبَغْيــِر ُغ ـَّنْة * فـي الـَّالِم َو الـَّرا ُثـَّم َكـّر َر َّنـْه‬
Jenis yang kedua adalah idgham bilaa (bighairi) ghunnah yaitu untuk huruf lam (‫)ل‬
dan ra (‫ )ر‬yang dibaca Takrir (bergetar)

‫َّوالَثـالـُث اِإل ْقـَالُب ِع ْنـَد اْلَبـاِء * ِم يــمًا ِبُغ ـَنــٍة َم ـَع اِإل ْخ ـَفـاِء‬
Ketiga, Iqlab yaitu ketika (Nun sukun / tanwin bertemu) huruf Ba (‫ )ب‬maka dibaca
mim yang didengungkan serta disamarkan

‫َو الَّراِبـُع اِإل ْخ ـَفاُء ِع ْنـَد اْلفاِض ـِل * ِم ـَن الُحـُروِف َو اِج ـٌب ِلْلَفاِض ـِل‬
Keempat, Ikhfa yaitu untuk sisa huruf hijaiyah yang wajib menurut Ulama Qirooah
‫فـي َخ ْمَس ـٍة ِم ْن َبْع ِد َع ْش ٍر َرْم ُز َها * ِفـي ِك ْلِم هَذ ا الَبْيِت َقـْد َضَّم نْـُتـَها‬

‫ِص ْف َذ ا َثـَنا َك ْم َج اَد َش ْخ ٌص َقْد سَم ا * ُد ْم َطّيَـبًا ِزْد ِفي ُتـَقًى َض ْع َظاِلـَم ا‬
Aku telah menyusun rumus 15 huruf ikhfa yang terangkum dalam kalimat bait ini:
‫ِص ْف َذ ا َثـَنا َك ْم َج اَد َش ْخ ٌص َقْد سَم ا * ُد ْم َطّيَـبًا ِزْد ِفي ُتـَقًى َض ْع َظاِلـَم ا‬
Berdasarkan penjelasan pada bait-bait diatas, benar adanya bahwa hukum nun
mati dan tanwin secara umum pada matan tuhfatul athfal terdiri atas:
1. Izhar Halqy
Izhar berlaku apabila hukum huruf yang berbaris tanwin atau huruf nun mati
bertemu dengan salah satu huruf halqy (tenggorokan) yaitu Hamzah (‫)أ‬, Ha
besar (‫)هـ‬, ‘Ain (‫)ع‬, Ha kecil (‫)ح‬, kemudian Gha (‫)غ‬, dan Kha (‫)خ‬. Pada
keadaan seperti ini maka huruf yang berharakat tanwin atau nun mati dibaca
jelas.

2. Idgham
Idghom terjadi apabila huruf yang berharakat tanwin atau huruf nun mati
bertemu dengan salah satu huruf idghom. Secara garis besar huruf idghom
terdiri dari ‫ن‬-‫و‬-‫ل‬-‫م‬-‫ر‬-‫))ي‬. Kemudian idghom terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Idghom bighunnah
Berarti memasukan huruf yang berbaris tanwin atau nun mati
disertai ghunnah (dengung) apabila bertemu dengan salah satu
huruf idghom bighunnah yaitu ‫ي – ن – م – و‬

b. Idghom bilaghunnah
Berarti memasukan huruf yang berbaris tanwin atau nun mati tanpa
ghunnah apabila bertemu dengan salah satu huruf idghom
bilaghunnah yaitu ‫ ل‬dan ‫ر‬

3. Ikhfa’
Ikhfa’ terjadi apabila huruf yang berharakat tanwin atau huruf nun mati
bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’ yaitu ‫ت ث د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك‬.
Cara membacanya adalah dengan disamarkan bunyi huruf yang berharakat
tanwin atau nun mati.

4. Iqlab
Iqlab terjadi apabila huruf yang berharakat tanwin atau huruf nun mati
bertemu dengan salah satu huruf iqlab yaitu ‫ب‬. Cara membacanya adalah
huruf yang berharakat tanwin atau nun mati diganti kepada bunyi huruf mim.
Berdasarkan hasil tes pertama ditemukan bahwa santri dapat melafalkan bacaan
Al-Qur’an dengan baik sesuai pelafalan hurufnya. Hal ini dibuktikan dengan tes
bacaan Al-Qur’an dan diimbangi dengan dokumentasi data dari buku muthoba’ah atau
buku pengawasan harian santri. Didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan
dengan pengajar bahwa santri yang mendaftar di rumah tahfizh adalah santri yang
telah memenuhi kriteria dasar mampu membaca Al-Qur’an. Kriteria dasar mampu
membaca Al-Qur’an ini adalah mampu menbgucapkan huruf-huruf pada ayat Al-
Qur’an dengan baik dan sesuai dengan makhrajnya.
Hasil tes kedua ditemukan bahwa santri mengetahui hukum nun mati dan tanwin
secara umum. Tes ini dilakukan secara tertulis pada setiap santri dengan beberapa
pertanyaan seputar hukum nun mati dan tanwin sesuai denga nisi kitab matan tuhfatul
athfal. Peneliti ikut serta dalam keberlangsungan tes. Namun tidak pada tes kedua ini
tidak ada santri yang tidak mengusai hukum nun mati dan tanwin ini secara detail.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara ke tiga ditemukan bahwa tidak semua santri
benar dalam mempraktikan hukum nun dan mim tasydid ketika membava Al-Qur’an
akan tetapi semua santri mengetahui kaidah teori hukum nun mati dan tanwin.
V. Kesimpulan
Kitab matan tuhfatul athfal adalah kitab yang dapat dijadikan sebagai panduan
untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih, kitab tersebut berisi kaidah-kaidah
ilmu tajwid yang jelas. Isi dari pembahasan pada kitab tersebut dapat dijadikan
indicator bacaan Al-Qur’an yang fasih. Salah satu indicator yang dapat digunakan
adalah hukum nun mati dan tajwid. Hukum nun mati dan tajwid pada kitab matan
tuhfatul athfal terdiri dari izhar, idghom, ikhfa’ dan iqlab. Pada indicator tersebut
dikatakan memiliki bacaan Al-Qur’an yang fasih apabila dapat menguasai hukum nun
mati dan tanwin secara umum yang empat. Menguasai pada indicator ini adalah
mampu secara teori dan mampu secara praktik.
Santri dirumah tahfizh putri Ma’had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah secara
keseluruhan mampu membaca Al-Qur’an, karena syarat untuk dapat mengikuti
program karantina menghafal adalah mampu membaca Al-Qur’an. Namun tidak
semua santri memiliki pemahaman yang baik terhadap kaidah tajwid dan memenuhi
ketentuan fasih pada teori fasih dalam membaca Al-Qur’an. Santri yang menguasai
secara teori dan praktik memiliki bacaan yang fasih dari pada santri yang tidak
menguasai kaidah nun mati dan tanwin secara teori dan praktiknya. Sesuai dengan
kajian teori pada penelitian ini yaitu fasih sesuai dengan kaidah tempat keluar huruf
(makhorijul huruf), sifat-sifat huruf (shifatul huruf), hukum nun mati dan tanwin
(izhar, idgham, ihkfa’, iqlab) dan hukum nun dan mim tasydid. Menyempit kepada
permasalahan pada penelitian ini, santri telah memenuhi kriteria memiliki pemahaman
yang baik terhadap kaidah tajwid yang terdapat pada kitab matan tuhfatul athfal dan
memiliki bacaan yang fasih sesuai dengan kaidah tajwid.
Daftar Pustaka
Al-Jamzury, S. (2018). ‫م ل ا اٌ فْ طْ فَ ل ةَ ف ح ت قغاٌ د و ج‬.
Arfandi, M. S. (2022). Implementasi Kurikulum Tahsin Al-Qur’an untuk Remaja di Ma’had
Tahfidz Banii Adama. Book Chapter of Proceedings Journey-Liaison …. http://j-
las.lemkomindo.org/index.php/BCoPJ-LAS/article/view/82
Arfandi, M. S., Nasution, W. N., & Halimah, S. (2023). Kemampuan membaca dan
menghafal Alquran santri melalui penguasaan kitab Tuhfatul Athfal. Ta’dibuna: Jurnal
Pendidikan Islam, 12(3), 255–271. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v12i3.
Fadliyatun Nisa, S. (2021). Pengaruh Pembelajaran Tahsin Terhadap Hafalan Al-Qur’an
Santri di Pondok Pesantren.Daar El-Huda Curug Tangerang. JM2PI: Jurnal Mediakarya
Mahasiswa Pendidikan Islam, 1(2), 304–317. https://doi.org/10.33853/jm2pi.v1i2.118
Imron, A. (2019). efektivitas penerapan kitab tuhfatul athfal dalam meningkatkan kefasihan
membaca alquran di pondok pesantren raudhatul huda al islamy sidomulyo pesawaran
Lampung. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Junaidi. (2020). Pengaruh Kefasihan Membaca Al-Qur’an Terhadap Keterampilan Membaca
Pada Bidang Studi Bahasa Arab. El-Tsaqafah: Jurnal Jurusan PBA, 19(2), 199–215.
https://doi.org/10.20414/tsaqafah.v19i2.2749
Lifiya Alifisya, N. (2022). Penerapan Metode Muroja ’ Ah Sabqi Pada Program Tahfidz Ma
’ Had Abu Ubaidah Bin.
Mahdali, F. (2020). Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dalam Perspektif Sosiologi
Pengetahuan. Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hadis, 2(2), 143–168.
https://doi.org/10.15548/mashdar.v2i2.1664
Mayasari, D. (2019). INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK
DALAM PEMBELAJARAN TAHSIN DAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DI MA
TAHFIZHIL QUR’AN YAYASAN ISLAMIC CENTRE SUMATERA UTARA.
Jurnal ANSIRU, 3.
Munir, A. (2018). Kajian Ilmu Tajwid Pada Kitab Tuhfatul Athfal Karya SyaikhSulaiman
Bin Husain Bin Muhammad Bin Syalabi Al-JamzuryDan Relevansinya Dengan Materi
Ajar Al-Qur’an HaditsKelas Vi Madrasah Ibtidaiyah. Iain PONOROGO, 1–88.
Mursyid, Fajar Hasan, etc. (2021). Bimbingan Tahsin Tilawah Al-Qur’an Riwayat Hafsh
dari ’Ashim ( etc Zailani (ed.)). UMSU Press.
Qur, M. A.-, & Santri, A. N. (n.d.). M a s l i q. 3(September 2023), 1018–1029.
Salahudin, & Arsyad. (2018). Hubungan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dan Minat
Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Pai). EDUKASI: Jurnal
Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, 16(2), 179–190.
Syah, N. A. Z. (2022). Implementasi Pembelajaran Ilmu Tajwid Melalui Kajian Kitab
Jazariyah Di Pondok Pesantren Al-Falah Mislakhul Muta’alimin Karangtengah
Warungpring Pemalang. Skripsi UIN K.H Saifuddin Zuhri, 23–24.
Syarbini, A. dan M. A. (2010). 5 Langkah Lancar Membaca Al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai