Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TAHSIN AL-QUR’AN

Cara membaca mim dan nun yang bertasdid


( Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Tahsin Al-Qur’an)

Dosen Pengampu : SAFARUDDIN MUNTHE, M.E.I.

Oleh Kelompok 7 :
1. Citra Agustina ( 09.22.3112 )
2. Dimas Prasetyo ( 09.22.3296 )
3. Dita Aliya Ningrum ( 09.22.3189 )

PROGRAM STUDI : PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN


AL- ISHLAHIYAH
BINJAI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah –Nya, sehingga makalah kelompok ini dapat terselesaikan
sesuai waktu yang ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat sebagai media
pembelajaran dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ).
Penulis menyadari dalam menyelesaikan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini.Demikain
makalah ini kami buat dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi kami khususnya.. Amin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian Ghunnah Musyaddadah.............................................................3

B. Cara Membaca Nun dan Mim Musyaddadah.............................................6

BAB III : PENUTUP............................................................................................11

A. Kesimpulan....................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu tajwid merupakan sebuah ilmu yang benar-benar penting
untuk dipelajari, hal ini dilakukan agar bacaan yang umat Islam sama
dengan yang dibaca oleh nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.Diantara bagian daripada ilmu tajwid itu sendiri adalah hukum
nun dan mim musyaddadah. Hukum bacaan ini memang sekilas terlihat
mudah sehingga banyak di kalangan orang Islam yang tidak
menyempurnakan dan bahkan meninggalkan hukum bacaan nun dan mim
musyaddadah ini.
Hukum membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
adalah fardu 'ain. Jadi, mungkin saja terjadi seorang Qori' bacaannya bagus
dan benar, namun sama sekali ia tidak mengetahui istilah-istilah ilmu
tajwid seperti idzhar, mad lin dan sebagainya. Tajwidadalah ilmu yang
sangat mulia. Hal ini karena keterkaitannya secara langsung dengan Al-
Qur'an. Bahkan dalam dunia Ilmu Hadits, seorang alim tidak akan
mengajarkan hadits kepada muridnya sehingga ia sudah menguasai ilmu
Al-Qur'an. Tujuan mempelajari tajwid adalah untuk menjaga lidah agar
terhindar dari kesalahan dalam membaca Al-Qur'an.
Untuk itu perlulah penulis membahas pembahasan itu, sehingga
dapat memberi manfaat bagi kita bersama. Terlebih kepada para orangtua
dan pendidik agar mulai membiasakannya pada anak-anak sehingga Insya
Allah akan lahirlah generasi Qur’ani.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jabarkan, maka rumusan
masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana hukum bacaan mim bertasydid, dan nun bertasydid?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dijabaarkan, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui hukum bacaan mim bertasydid, dan nun bertasydid

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ghunnah Musyaddadah


Dalam ilmu tajwid, hukum nun dan mim yang bertasydid dikenal dengan
istilah ghunnah musyaddadah.
Menurut bahasa, kita akan membedakannya menjadi dua kata pembentuknya:
ghunnah artinya berdengung. musyaddadah artinya bertasydid. Jadi, secara
bahasa, bisa kita tangkap, bahwa bacaan ghunnah musyadadah adalah hukum
bacaan tajwid yang dibaca berdengung karena ada huruf yang bertasydid. Secara
istilah Pengertian ghunnah musyaddadah adalah apabila ada huruf nun bertasydid
( ‫ ) ّن‬dan mim bertasydid ( ‫) ّم‬.
A. Musyaddadah
Apabila ada huruf nun bertasydid ( ‫ ) ّن‬dan mim bertasydid ( ‫) ّم‬. Biasanya,
untuk menambahkan pemahaman anak didik, saya menambahkan tidak ada nun
mati atau tanwin sebelumnya, atau mim mati sebelumnya. Di Al Quran kita, jika
ada nun mati atau tanwin bertemu nun dan mim, biasanya di atas nun dan mim
tersebut dikasih tasydid sebagai tanda bantu1.
Musyaddadah atau syiddah berarti bertasydid atau memakai tasydid, yang
mana tasydid itu adalah tanda kepala huruf sin ( ‫ )ّ – س‬di atas sebuah huruf. Hal
ini menunjukkan bahwa huruf yang bertasydid itu diketahui adalah huruf rangkap
yaitu satu huruf yang sukun dan satu huruf yag berharakat. 2

َ‫اِ ْن ن‬ ‫اِ َّن‬

‫َع ْم َم‬ ‫َع َّم‬

1
https://www.pinhome.id/blog/hukum-bacaan-ghunnah-musyaddadah-contoh-pengertian-dan-cara-
membaca/. ( diakses pada tanggal 28 September 2022. Pukul 15.41 WIB ).
2
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya: Apollo, 1987), h. 18

3
Hukum bacaan Ghunnah Musyaddadah adalah wajib dibaca dengung
apabila ada huruf Nun bertasydid ( ‫ ) ّن‬dan Mim bertasydid ( ‫ ) ّم‬dengan panjang
antara 1 alif atau 2 harakat/ketukan.

Cara membaca bacaan Ghunnah Musyaddadah seperti contoh:


‫ اِنَّا‬harus dibaca INNA ( dengan dengung ) tidak boleh dibaca INA.
‫ َع َّم‬harus dibaca ‘AMMA ( dengan dengung ) tidak boleh dibaca ‘AMA.
‫ ثُ َّم‬harus dibaca TSUMMA ( dengan dengung ) tidak boleh dibaca TSUMA3.

B. Ghunnah ((ٌ‫ُغنَّة‬
Ghunnah menurut bahasa artinya sengau atau dengung (mendengung).
Apabila ada huruf mim dan nun yang bertasydid maka hukum bacaannya
disebut ghunnah. Adapun tempat keluarnya ghunnah adalah pada jalur hidung,
sedangkan lamanya bacaan ghunnah adalah 1 alif atau 2 harokat membacanya
harus dibaca dengan suara dengung4.
Sedangkan menurut istilah ialah:

َ ِّ‫ي يَ ْخ ُر ُج ِمنَ ا ْل َخ ْيش ُْو ِم الَ َع َم َل الل‬


‫سا ِن فِ ْي ِه‬ ٌّ ‫ص ْوتٌ َج ْه ِر‬
َ
“suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar dari al-khaisyum (pangkal
hidung dengan tidak menggunakan lidah pada waktu mengucapkannya”
Dalam ilmu tajwid ghunnah didefinisikan:

‫رخ ْي ٌم يَ ْخ ُر ُج ِمنَ ا ْل َخ ْيش ُْو ِم‬ ٌ


ِ ‫لذيذ‬ ٌ‫ص ْوت‬
َ

Ghunnah adalah suara yang enak dan dengung yang keluar dari hidung.
Ghunnah juga mempunyai makhraj yaitu khaisyum yang artinya lubang hidung.
Dengan demikian, mim dan nun mempunyai dua makhraj. Dalam keadaan normal
makhraj mim adalah dua bibir dan makhraj nun adalah ujung lidah bertemu langit-

3
https://www.lafalquran.com/ghunnah/amp/. ( diakses pada tanggal 28 September 2022. Pukul 15.41 WIB ).
4
http://chikasiti.blogspot.com/2017/06/makalah-hukum-bacaan-tajwid.html. ( diakses pada tanggal 28
September 2022. Pukul 15.41 WIB ).

4
langit mulut. Sedangkan dalam keadaan ghunnah makhraj mim dan nun
bercampur dengan khaisyum.
Ketentuan Ghunnah
Hukum ghunnah berlaku pada mim dan nun dalam keadaan tertentu, di antaranya:
1. Mim dan nun bertasydid
ِ ‫ ِمنَ ا ْل ِجنَّ ِة َوالنَّا‬- ‫س‬
‫س‬ ِ ‫ َملِ ِك النَّا‬- َّ‫إنَّ – َعلَ ْي ِهن‬
َ‫ ُم َح َّم ٌد – فَ ُه ْم ِّمنْ َّم ْغ َر ٍم ُّم ْثقَلُ ْون‬- ‫ لَ َّما‬- ‫ثُ َّم‬
Apabila terdapat nun bertasydid dan mim bertasydid, maka hukum
bacaannya disebut Ghunnah ((ٌ‫ ُغنَّة‬. Adapun cara membacanya harus dibaca dengan
berdengung panjang.5

Contoh :
Harus dibaca ‘amma (dengan mendengung), tidak boleh dibaca
‫َع َّم‬ ‘ama.

Harus dibaca mimma (dengan mendengung), tidak boleh dibaca


‫ِم َّم‬ mima.

Harus dibaca inna (dengan mendengung), tidak boleh dibaca ina.


‫اِنَّا‬

Tingkatan bobot dengung (ghunnah) terbagi menjadi lima tingkatan:6


a. Bobot ghunnah secara penuh pada saat mim dan nun bertasydid.
b. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan pada mim dan nun dibaca
idgham.
c. Bobot ghunnah menjadi lebih ringan lagi saat mim dan nun dibaca
ikhfa’.
d. Bobot ghunnah bertambah lebih ringan lagi saat mim dan nun
dibaca izhar.
e. Bobot ghunnah paling ringan saat mim dan nun
berbaris/berharakat.
5
Hanafi, Pelajaran Tajwid Praktis, (Jakarta: Bintang Indonesia, t.t), h. 27
6
KH. Muhsin Salim, Ilmu Tajwid Al-Qur’an, (Jakarta: Kebayoran Widya Ripta,YPI Al-Azhar, t.t), h. 35

5
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesempurnaan bobot
ghunnah dalam tingkatannya, terdengar pada saat bertasydid
(musyaddadah), diidghamkan (mudghamah), dan diikhfa’kan (mukhfah).
Sedanagkan pada saat dibaca izhar (muzharah) dan saat berharakat
(mutaharikah), ukuran ghunnanhnya sangat minim (ats-tsabitu ashluhu
faqath).

B. Cara Membaca Nun dan Mim Musyaddadah


Dijelaskan dalam nazham:
‫س ِّم ُكالًّ َح ْرفَ ُغنَّ ٍة بَدَا‬ ُ ‫َو ُغنَّ ِم ْي ًما ثُ َّم نُ ْونًا‬
َ ‫ َو‬# ‫ش ِّددَا‬
“Dan hendaklah, mim dan nun dibaca sengau/dengung saat keduanya
bertasydid. Yang demikian itu dinamakan ghunnah selamanya.7
Untuk memudahkan pemahaman dan juga mengingat tentang ghunnah
musyaddadah, coba perhatikan nazham dari kitab Hidayatush Shibyan
berikut ini yang artinya:
“Ghunnah ( berdengung ) itu wajib selamanya, ketika ada huruf mim dan
nun yang ditasydid." Agar lebih mudah memahami, berikut contoh bacaan
ghunnah musyaddadah dalam Alquran.

1. Surat Al Baqarah ayat 12

ِ ‫اَآَل اِنَّ ُه ْم ُه ُم ا ْل ُم ْف‬


َ‫سد ُْون‬
Pada lafadz ‫ اِنَّهُ ْم‬merupakan bacaan ghunnah musyaddadah. Sehingga cara
bacanya adalah nun tasydid didengungkan kira-kira dua harakat.

2. Surat Yasin ayat 31

َ‫ا ْلقُ ُر ْو ِن اَنَّ ُه ْم اِلَ ْي ِه ْم اَل يَ ْر ِج ُع ْون‬


Lafadz ‫ اَنَّهُ ْم‬hukumnya adalah ghunnah musyaddadah. Cara bacanya adalah
nun tasydid didengungkan kira-kira dua harakat.

7
Sulaiman Al-Jamzuri, Fat-hul Aqfal, (Semarang: Maktabah Al-‘Alawiyah), h. 13

6
3. Surat Al Jatsiyah ayat 31

‫َواَ َّما الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْو ۗا‬


Pada lafadz ‫ َواَ َّم‬cara bacanya adalah dengan mendengungkan mim tasydid
sebanyak dua harakat. Karena lafadz tersebut merupakan ghunnah
musyaddadah.

4. Surat Al Baqarah ayat 114

‫َو َمنْ اَ ْظلَ ُم ِم َّمنْ َّمنَ َع َم ٰس ِج َد‬


Lafadz ‫ َّمنَ َع‬hukumnya adalah ghunnah musyaddadah. Cara bacanya adalah
mim tasydid didengungkan kira-kira dua harakat.

5. Surat Al Baqarah ayat 3

َ‫ص ٰلوةَ َو ِم َّما َر َز ْق ٰن ُه ْم يُ ْنفِقُ ْون‬ ِ ‫ۙ الَّ ِذيْنَ يُْؤ ِمنُ ْونَ بِا ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َو يُقِ ْي ُم ْونَ ال‬
Pada lafadz ‫ َو ِم َّما‬cara bacanya adalah dengan mendengungkan mim tasydid
sebanyak dua harakat. Karena lafadz tersebut merupakan ghunnah
musyaddadah.

6. Surat Ali Imran ayat 4

‫ت هّٰللا ِ لَ ُه ْم َع َذا‬
ِ ‫س َواَ ْن َز َل ا ْلفُ ْرقَا نَ ۗ اِنَّ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا بِ ٰا ٰي‬
ِ ‫ِمنْ قَ ْب ُل ُهدًى لِّلنَّا‬
‫ش ِد ْي ٌد ۗ َوا هّٰلل ُ َع ِز ْي ٌز ُذو ا ْنتِقَا ٍم‬
َ ‫ۗ ب‬
ٌ
Lafadz ‫ لِّلنَّا‬hukumnya adalah ghunnah musyaddadah. Cara bacanya adalah
nun tasydid didengungkan kira-kira dua harakat.

7. Surat An Nisa ayat 1


ۤ
ْ ‫س اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ‬
‫ي َخلَقَ ُك ْم‬ ُ ‫ٰيـاَيُّ َها النَّا‬
Pada lafadz ‫ النَّا‬cara bacanya adalah dengan mendengungkan nun tasydid
sebanyak dua harakat. Karena lafadz tersebut merupakan ghunnah
musyaddadah.

7
8. Surat Al Baqarah ayat 6

َ‫س َوآ ٌء َعلَ ْي ِه ْم َءاَ ْن َذ ْرتَ ُه ْم اَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذ ْر ُه ْم اَل يُْؤ ِمنُ ْون‬


َ ‫اِنَّ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا‬
Lafadz ‫ اِ َّن‬cara bacanya adalah dengan mendengungkan nun tasydid
sebanyak dua harakat. Karena lafadz tersebut merupakan ghunnah
musyaddadah.

a. Cara Membaca Nun Musyaddadah


Cara membaca nun musyaddadah adalah dengan membuka kedua bibir
dikarenakan makhraj nun hanya terjadi jika kedua bibir dalam keadaan terbuka
dan pada saat yang bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan (daging
tempat tumbuhnya gigi seri atas) 8dan bersamaan dengan didengungkan secara
nyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga harakat.
Menurut bahasa, izhar adalah bayan atau jelas, sedangkan menurut istilah
adalah membaca nun mati (‫ ) ْن‬atau tanwin ( ‫ ُــٌــ‬, ‫ ِــٍــ‬, ‫ ) َــًــ‬dengan jelas tanpa suara
dengung atau disamarkan.
Ada enam huruf izhar, yaitu hamzah (‫)ء‬, kha (‫)ح‬, ha (‫)خ‬, ain (‫)ع‬, ghain (‫)غ‬,
dan ha' (‫)هـ‬.
Contoh bacaan izhar:
ُ‫َمٓا َأ ْغن َٰى َع ْنه‬
Arab latin: Mā agnā 'an-hu (QS Al Lahab: 2).

Contoh:

8
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2003), h. 108

8
Contoh Dibaca Q.S.
َ‫اِنَّااَ ْعطَ ْينَاك‬ innaa a’thoina 108:1
ٌ‫َجنَّة‬ jannatun 17:91
َ َّ‫اِن‬
‫ك‬ innaka 3:8
‫لَتَرْ َكب َُّن‬ latarkabunna 86:19
ِ َّ‫بِ َربِّالن‬
‫اس‬ birabbinnaasi 114:1
ِ ‫َع ِن النَّبَا‬ ‘aninnabai 78:2
ِ َّ‫ال َخن‬
‫اس‬ alkhannasi 114:4

b. Cara Membaca Mim Musyaddadah


Cara membaca mim musyaddadah adalah dengan menutup kedua bibir
bersamaan dengan didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama dua
sampai tiga harakat. Dilakukannya penutupan bibir dikarenakan makhraj mim
terjadi apabila kedua bibir dalam keadaan tertutup.9
Contoh:
Contoh Dibaca Q.S.
Wamraatuhu hammaa
َ‫َوا ْم َرَأتُهُ َح َّمالَة‬ 111:4
lata
َّ‫ثُ َّم َكال‬ Tsumma kallaa 78:5
‫فَلَ َّما‬ falammaa 2:17
‫اُ َّمتُ ُك ْم‬ ummatukum 21:92
‫اِ َّما اَ ْن تُ ْلقِى‬ Immaa an tulqi 20:65
‫َو ِم َّما‬ wamimmaa 36:36
‫ُم َس ّمًى‬ musamman 71:4

Apabila ditemukan huruf mim dan nun bertasydid (‫)حكم النون والميم المش ّددتينـ‬
maka disana terdapat hukum guhnnah musyaddadad. Inilah yang kemudian
menjadi istilah bagi mim atau nun yang bertasydid dalam ilmu tajwid.

9
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h.
101

9
Selain sebutan guhnnah musyaddadad ada istilah-istilah lain untuk hukum
mim dan nun bertasydid ini, antara lain yaitu sebagai berikut;
Istilah lain Hukum Mim dan Nun Bertasydid Idzhar Bigunnah, diberi
istilah ini karena dalam hukum mim dan nun bertasydid terdapat bunyi dengung
(sangau) yang jelas sekali.
Gunnah Ashliyyah, dinamakan demikian karena hukum mim dan nun
bertasydid merupakan bentuk gunnah yang aslhi dan yata serta bagian dari
makhroj al-khoisyum, yaitu tempat kelauarnya gunnah itu sendiri.
Gunnah Lazimah, dinamakan demikian karena meng-hunnahkan mim dan
nun yang bertasydid adalah wajib dan berlaku selamanya, baik ketika wahol
maupun ketika waqof.10

Contoh : ِ ‫بِ َر ِّب النَّا‬


ّ‫ ِإن‬, ‫ ث ّم‬, ‫س‬

10
https://www.hukumtajwid.com/2017/06/hukum-mim-dan-nun-bertasydid-dalam-ilmu.html.
( diakses pada tanggal 28 September 2022. Pukul 15.41 WIB ).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nun dan mim yang bertasydid dikenal dengan istilah ghunnah
musyaddadah. Dengan arti Musyaddadah atau syiddah berarti bertasydid atau
memakai tasydid dan ghunnah adalah suara yang jelas (dan nyaring) yang
keluar dari al-khaisyum (pangkal hidung dengan tidak menggunakan lidah
ada waktu mengucapkannya.
Cara membaca nun musyaddadah adalah dengan membuka kedua bibir
dan pada saat yang bersamaan ujung lidah menekan lahmatul asnan (daging
tempat tumbuhnya gigi seri atas) dan bersamaan dengan didengungkan secara
nyata ke pangkal hidung selama dua sampai tiga harakat.
Adapun cara membaca mim musyaddadah adalah dengan menutup kedua
bibir bersamaan dengan didengungkan secara nyata ke pangkal hidung selama
dua sampai tiga harakat.
Hukum Bacaan Tajwid Ghunnah Musyaddadah adalah apabila ada nun
atau mim bertasdyid, dibaca dengan cara berdengung kira-kira 2 harakat.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulisa memahami masih banyak kesalahan
dan kekurangan yang di sengaja mauoun tidak sengaja, maka dari itu penulis
memohon kepada bapak dosen yang penulis sayangi dan teman – teman yang
penulis cintai agar memberi kritk dan saran yang bersifat membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Asy’ari, Abdullah. 1987. Pelajaran Tajwid. Surabaya: Apollo.


2. Hanafi, Pelajaran Tajwid Praktis, (Jakarta: Bintang Indonesia, t.t), h. 27
3. Salim, KH. Muhsin. t.t. Ilmu Tajwid Al-Qur’an. Jakarta: Kebayoran
Widya Ripta,YPI Al-Azhar.
4. Al-Jamzuri, Sulaiman, Fat-hul Aqfal. Semarang: Maktabah Al-‘Alawiyah.
5. Abdurohim, Acep Iim. 2003. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung:
Penerbit Diponegoro.
6. Annuri, Ahmad. 2010. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu
Tajwid. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
7. http://chikasiti.blogspot.com/2017/06/makalah-hukum-bacaan-tajwid.html.
8. https://www.pinhome.id/blog/hukum-bacaan-ghunnah-musyaddadah-
contoh-pengertian-dan-cara-membaca/.
9. https://www.hukumtajwid.com/2017/06/hukum-mim-dan-nun-bertasydid-
dalam-ilmu.html.

12

Anda mungkin juga menyukai