Pengertian Tajwid
Tajwid adalah istilah dari bahasa Arab yang secara harfiah memiliki makna ‘melakukan sesuatu
dengan indah atau bagus’. Tajwid berasal dari kata ‘Jawadda’. Tajwid juga berarti mengeluarkan
huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat yang ada pada setiap huruf. Secara garis besar,
ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf
yang ada di dalam kitab suci Al-Quran.
Sejarah bacaan Al-Qur’an berkaitan dengan sejarah qira’at, karena setiap qari memiliki
seperangkat aturan tajwid mereka sendiri, dengan banyak tumpang tindih di antara mereka.
Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (774 – 838 M) adalah orang pertama yang mengembangkan ilmu
tajwid. Ia memberikan aturan nama tajwid dan menuliskannya dalam bukunya yang berjudul al-
Qiraat. Dia menulis sekitar 25 qari, termasuk 7 qari mutawatir.
Abu Bakar Ibn Mujahid (859 – 936 M) menulis sebuah buku berjudul Kitab al-Sab’ fil-qirā’āt
“Tujuh Bacaan”. Dia adalah orang pertama yang membatasi jumlah bacaan hingga tujuh yang
diketahui.
Imam Al-Shatibi (1320 – 1388 M) menulis sebuah puisi yang menguraikan dua cara paling
terkenal yang diturunkan dari masing-masing dari tujuh imam yang kuat, yang dikenal sebagai
Ash-Shatibiyyah. Di dalamnya, ia mendokumentasikan aturan bacaan Naafi’, Ibn Katsir, Abu
‘Amr, Ibn ‘Aamir, ‘Aasim, al-Kisaa’i, dan Hamzah.
Ibn al-Jazari (1350 – 1429 M) menulis dua puisi besar tentang Qira’at dan tajwid. Salah satunya
adalah Durrat Al-Maa’nia, dalam bacaan tiga qari utama, ditambahkan ke tujuh di Shatibiyyah,
menjadikannya sepuluh. Yang lainnya adalah Tayyibat An-Nashr, yaitu 1014 baris pada sepuluh
qari utama dengan sangat rinci.
Ada perbedaan pendapat tentang hukum mempelajari ilmu tajwid bagi setiap individu. Shadee
el-Masry menyatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah kewajiban individu atau Fardhu
Ain. Syekh Zakariyya al-Ansari menyatakan bahwa membaca dengan cara mengubah makna
atau mengubah tata bahasa adalah dosa. Jika tidak mengubah kedua hal ini, maka tidak berdosa.
Adapun dalil mempelajari ilmu tajwid, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Muzzamil
ayat 4, yang berbunyi:
“atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.”
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad untuk mebaca Al-
Quran dengan tartil, dengan memperindah ucapan pada setiap huruf-hurufnya.
Adapula dalam surat Al-baqarah ayat 121, Allah berfirman,
ٰۤ َ ٰۤ
ِ ول ِٕىكَ ُه ُم ا ْل ٰخ
َس ُر ْون ُ ول ِٕىكَ يُْؤ ِمنُ ْونَ ِب ٖه ۗ َو َمنْ يَّ ْكفُ ْر ِب ٖه فا َّ اَلَّ ِذيْنَ ٰاتَ ْي ٰن ُه ُم ا ْل ِك ٰت َب يَ ْتلُ ْونَ ٗه َح
ُق تِاَل َوتِ ٖ ۗه ا
“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka
itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang
yang rugi.”