Anda di halaman 1dari 5

Nama : Diva Raehandika

NIM : 41032121200018
Kelas : A/4
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata kuliah : kajian puisi
Dosen Pengampu : Etti Rohaeti S, Dra., M.Hum.

Analisis struktur fisik dan batin pada puisi “Mukjizat sebuah sajak” dan “Pada Mulanya Sepi”

1. mukjizat sebuah sajak


Sturktur fisik
Diksi
pemilihan kata dalam puisi “mukjizat sebuah sajak” penyair banyak menggunakan kata yang
berhubungan dengan kealaman, seperti hujan, bumi, rekah rekah tanah, burung camar, pantai,
kupu-kupu, dan daun yang rimbun.

Imaji
dalam bait pertama perngimajian yang bisa didapatkan pembaca ketika membaca puisi ini adalah
hujan di musim kemarai pada larik “//kata-kata yang berjatuhan adalah hujan // yang turun ke
bumi, membasahi rekah-rekah tanah//menyejukan kemarau panjang//. Di bait pertama pembaca
juga diarahkan untuk membayangkan suasana pantai yang sejuk dengan laut yang biru dan pohon-
pohon yang rimbun seperti pada larik “//kembangkanlah sayap burung-burung camar, di pantai//di
pesisir laut yang biru//terbanglah kupu-kupu dari pohon-pohon//ke daun-daun yang rimbun//”

Kata konkret
Untuk membangkitkan daya bayang pembaca dalam puisinya “mukjizat sebuah sajak” dalam bait
pertama penyair sudah menyebutkan dalam larik “//kata-kata yang berjatuhan adalah hujan //
yang turun ke bumi, membasahi rekah-rekah tanah//menyejukan kemarau panjang//” larik tersebut
cukup meyakinkan pembaca bahwa sebuah sajak dapat menyejukan hati pembacanya.

versifikasi

rima

Kata kata yang berjatuhan adalah hujan


yang turun ke bumi, membasahi rekah rekah tanah (a)
Menyejukkan kemarau panjang (a)
Kembanglah sayap burung burung camar, di pantai
di pesisir laut yang biru (u)
Terbanglah kupu kupu dari pohon ke pohon
ke daun daun yang rimbun (u)

pada bait pertama berima (a-a-b-b)

Kadang kadang, kata kata yang berjatuhan adalah


airmata yang turun dari muara hatinya, muara hati penyair (i)
Lingkuplah sayap sayap segala burung, runduklah daun daun. (u)
Panas air matanya dari api perkasa (a)

Pada bait kedua berima (a-b-c)

Julurkanlah wajah orang orang yang haus, dan


yang tak pernah dahaga lidah jiwamu! (u)
Karena kata kata yang berjatuhan adalah
air bening kedamaian, yang mengalir menjernihkan beragam hati (i)

pada bait ketiga berima (a-b)

ritma

//Kata kata yang berjatuhan adalah hujan/


/yang turun ke bumi, membasahi rekah rekah tanah//
//Menyejukkan kemarau panjang//
//Kembanglah/sayap burung burung camar, di pantai
di pesisir laut yang biru//
//Terbanglah kupu kupu dari pohon ke pohon/
/ke daun daun yang rimbun//

//Kadang kadang, kata kata yang berjatuhan adalah/


/airmata/ yang turun dari muara hatinya, muara hati penyair//
//Lingkuplah sayap sayap segala burung, runduklah daun daun.//
//Panas air matanya/ dari api perkasa//

//Julurkanlah wajah orang orang yang haus, dan/


/yang tak pernah dahaga lidah jiwamu!//
/Karena kata kata yang berjatuhan adalah/
/air bening kedamaian, yang mengalir/ menjernihkan beragam hati//

Metrum

Airmata yang turun dari muara hatinya, muara hati penyair

Tipografi

Puisi “mukjizat sebuah sajak” ini mempuyai tiga bait. Bait pertama mempunyai 4 larik, bait kedua
mempunyai 3 larik dan bait ketiga mempunyai 2 bait.

Stuktur batin

Tema
sajak ini bertema keindahan. Penyair menyampaikan keindahan sebuah sajak dalam sajak miliknya.
Rasa
Rasa yang muncul pada sajak ini adalah haru, damai, dan ketenangan.
Nada dan suasana
Nada dan Suasana yang tercipta dari sajak ini adalah nuansa yang menenangkan dan damai.
Amanat
Penyair dalam sajaknya berusaha menyampaikan betapa hebatnya sebuah sajak, ia dapat membuat
hati seseorang yang tadinya panas bak tanah di musim kemarau menjadi sejuk seperti hujan yang
mengguyur tanah di musim kemarau.

2. pada mulanya sepi


Struktur fisik

Diksi
Pemilihan Kata dalam puis di atas, penyair memilih kata yang mudah dipahami atau dan bersifat
denotatif. Terdapat banyak pengulangan kata pada puisi tersebut seperti pada kata “aku”, “kau” dan
“sepi”

Imaji
Pengimajian dalam puisi tersebut didominasi oleh pengimajian perasaan, yaitu perasaan sepi dan
keinginan untuk tidak kesepian.

Kata konkret

Penyair terus membawa pembaca ke dalam perasaan sepi, hal ini ditunjukan dengan pengulangan
kata “sepi” pada setiap tokoh, seperti “adam”, “kau” dan “aku”.

Tipografi

Tipografi yang tergambar dalam puisi tersebut yaitu berbentuk panah yang mengarah ke bawah
yang berawal pada kata “tuhan” berujung pada kata “aku”. Hal tersebut menunjukan bahwa rasa
sepi itu akan terus ada sampai seseorang dapat menyadari dan memaknai keberadaan tuhan.

Struktur batin

Tema
Puisi ini bertema ketuhanan. Penyair berusaha menceritakan awal mula kesepian itu ada, kemudian
tuhan menciptakan “adam” dan kesepian itu terus dapat dirasakan, hingga “aku” yang berada
diujung puisi yang membentuk panah ini. pada akhirnya manusia tetap harus sadar akan keberadaan
tuhan agar dapat menghilangkan rasa sepi karena sejatinya tuhan itu maha kekal dan maha esa.

Rasa
Pembaca ketika membaca puisi ini dapat merasakan kesepian yang berujung pada perenungan
untuk memaknai sebuah kesepian.

Nada dan suasana


Penyair dalam puisinya berusaha menunjukan suasa sepi yang luar biasa pada pembacanya.

Amanat
Penyair berusaha mengingatkan kepada pembaca mengenai makna sepi dan keberadaan tuhan yang
berada diatas segalanya yang jika kita dapat menyadari dan memaknai keberadaan tuhan tersebut
kita tidak akan merasakan sepi karena sesungguhnya tuhan itu maha kekal.

Anda mungkin juga menyukai