Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS LAPIS MAKNA MENGGUNAKAN TEORI I.A.

RICHARDS
PADA PUISI “TELAH SATU” WS RENDRA

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sstra

Dosen Pengampu: Zahratul Umniyyah, S.S., M.Hum.

Disusun Oleh:

Ilham Aqilah Arrazaqi 220110201098

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JEMBER

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................2

PENDAHULUAN ............................................................................................................3

HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................4


1. Sense ……….................................................................................................................4

2. Subject Matter ...............................................................................................................5

3. Feeling………................................................................................................................7

4. Tone …………...............................................................................................................8

5. Total of Meaning ...........................................................................................................8

6. Theme ………................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................10

LAMPIRAN ...........................................................................................................11
PENDAHULUAN

Menurut KBBI puisi di artikan sebagai karya sastra yang di dalamnya terdapat larik,
rima, dan Mantra dan penyusunan larik dan bait. Didalam puisi biasanya terdapat emosi penyair
tersebut pengalaman maupun kesan yang dituliskan dengan Bahasa yang indah dan baik hingga
berirama dan indah di dengar.

Ada juga beberapa ahli juga telah mengartikan puisi seperti H.B Jassin, menurutnya puisi
adalah ragam sastra yang di ucapkan menggunakan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran
serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.

Sumardi, juga berpendapat bahwa puisi merupakan ragam sastra yang didalamnya
terdepat kata yang di persingkat dan di perpadat lalu diberi bunyi dan irama sehingga memiliki
kata-kata bermakna kiasan atau imajinatif. James Reeves pula mengartikan Puisi. Menurut James
puisi adalah ungkapan bahasa yang memiliki kaya serta daya pikat.

Selain para ahli diatas, Herman J Waluyo pun mengartikan puisi juga. Herman J Waluyo
berpendapat bahwa Puisi adalah suatu karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan memfokuskan kekuatan bahasa dalam struktur fisik
serta struktur batin.

Dari pengertian puisi yang di ungkapkan oleh para ahli dan KBBI maka dapat di
simpulkan pengertian Puisi adalah, Ragam sastra yang berupa tanggapan dan pendapat penyair.
Yang dimana dituangkan oleh penyair dalam Ragam sastra berupa kalimat” indah yang memiliki
karateristik yang sesuai dengan penyair itu sendiri, mulai dari struktur batin hingga fisik penyair.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan analisis terhadap puisi “Telah Satu” mendapatkan hasil yang akan dijabarkan
sebagai berikut ini.

1. Sense

Sense adalah sesuatu yang di ciptakan dan di gambarkan oleh penyair terhadap puisi
mereka sendiri. Pada umumnya Sense mengandung pertanyaan seperti, “Apa tujuan dan arti Puisi
tersebut terhadap penyair itu sendiri? ”.

Dalam puisi berjudul “Telah Satu” karya WS Rendra dapat di lihat penyair ingin
mengungkapkan perasaan sepasang kekasih yang sedang kasmaran atau di mabukan cinta. Hal
tersebut dapat di tinjau dari pemakaian diksi penyair di setiap bait puisinya. Penyair juga
mengungkapkan dimana mereka sepasang kekasih yang selalu bersama dan tidak dapat
dipisahkan hal tersebut dapat di tinjau pada bait kedua :

“Lama kita saling bertatap mata

dan makin mengerti

tak lagi bisa dipisahkan.

Engkau adalah peniti

yang telah disematkan.”

Penyair berusaha menggambarkan perasaan sepasang kekasih yang dimana cintanya tidak
dapat di hapuskan walau dunia menghalangi mereka berdua. Perasaan bahagia dan gembira
tersebut di ungkapkan penyair menggunakan diksi yang terkesan dunia hanya milik mereka
berdua menggunakan kata, Engkau adalah peniti yang telah disematkan. Aku adalah kapal yang
telah berlabuh dan ditambatkan. Kita berdua adalah lava yang tak bisa lagi diuraikan.
Menggunakan diksi tersebut penyair dapat menghadirkan suasana yang romantic dan penuh
cinta.

Judul yang di gunakan oleh penyair tersebut pula memiliki makna yang tersirat
menggambarkan sepasang kekasih yang “Telah Satu” yang memiliki arti tidak dapat dipisahkan
cinta mereka dan perasaan yang telah menyatu.
2. Subject Matter

Subject Matter adalah ide pokok-pokok pikiran dalam puisi yang di ciptakan oleh penyair
itu sendiri. Subject Matter biasanya mengandung pertanyaan seperti, “Pokok ide pikiran apa
yang ingin di ungkapkan oleh sang penyair ?”.

1.1.1. Pada bait awal, penyair menuliskan bait pertamanya sebagai berikut:

“Gelisahmu adalah gelisahku.

Berjalanlah kita bergandengan

dalam hidup yang nyata,

dan kita cintai.”

Pada penggalan Puisi “Telah Satu” karya WS Rendra tersebut terdapat arti yang di
ungkapkan oleh penyair, perasaan sang lelaki untuk sang perempuan yang dimana sang lelaki
seolah mengatakan disaat sang perempuan merasakan gelisah di saat itupun pula sang lelaki
merasa gelisah pula dapat di tinjau dari kalimat “Gelisahmu adalah gelisahku”.

Tidak hanya itu penyair juga menggambarkan perasaan sang Lelaki dimana di dunia
nyata pun mereka berdua selalu bersama dan tidak terpisah dengan sang Wanita penggambaran
perasaan tersbut dapat di tinjau dari kalimat, “Berjalanlah kita bergandengan dalam hidup yang
nyata.”

1.1.2. Pada bait kedua, penyair menuliskan bait keduanya sebagai berikut:

“Lama kita saling bertatap mata

dan makin mengerti

tak lagi bisa dipisahkan.”

Pada penggalan Puisi “Telah Satu” karya WS Rendra tersebut terdapat arti yang berusaha
di ungkapkan oleh penyair, perasaan sang lelaki kepada sang perempuan dimana menjelaskan
bahwa hubungan mereka berdua telah berjalan lama dan saling jumpa hingga satu sama lain telah
mengerti dari sifat hingga karakter. Penjelasan tersebut dapat di tinjau dari kalimat, “Lama kita
saling bertatap mata dan makin mengerti.”. Dari penjelasan itu pun pula penyair menjelaskan
pula hingga tidak dapat dipisahkan antara sang lelaki dan sang perempuan. Dapat ditinjau dari
kalimat “Tak lagi bisa dipisahkan.”

1.1.3. Pada bait ketiga, penyair menuliskan bait ketiganya sebagai berikut:

“Engkau adalah peniti

yang telah disematkan.”

Pada penggalan Puisi “Telah Satu” karya WS Rendra tersebut terdapat arti yang berusaha
di ungkapkan oleh penyair, dimana sang lelaki menggambarkan sang perempuan bagaikan peniti
atau sosok prioritas yang selalu di utamakan di hatinya dan tidak ada perempuan lain melaikan
dia seorang saja (sang perempuan yang di tuliskan di puisi itu).

1.1.4. Pada bait empat, penyair menuliskan bait keempatnya sebagai berikut:

“Aku adalah kapal

yang telah berlabuh dan ditambatkan.”

Pada penggalan puisi diatas penyair menuliskan bahwa sang lelaki bagaikan kapal, “Aku
adalah kapal”. Maksut dari aku adalah kapal yakni orang pada umumnya, kata tersebut juga di
dukung dengan kalimat, “Yang telah berlabuh dan ditambatkan”. Dari kalimat-kalimat itu dapat
di artikan sebagai orang pada umumnya yang datang ke dalam kehidupan orang lain, tetapi di
dalam puisi tersebut penyair menjelaskan sang lelaki adalah orang yang hadir di kehidupan sang
perempuan tersebut dan telah di takdirkan bersama.

1.1.5. Pada bait lima atau bait terakhir, penyair menuliskan bait terakhirnya sebagai
berikut:

“Kita berdua adalah lava

yang tak bisa lagi diuraikan.”

Pada penggalan bait terakhir tersebut dalam puisi “Telah Satu”. Penyair menjelaskan
bahwa cinta mereka berdua bagaikan lahar yang tidak dapat di uraikan. Dari penjelasan tersebut
dapat di tinjau dari kalimat “Kita berdua bagaikan lava yang tak bisa lagi diuraikan.” Penyair
menjelaskan mereka berdua sepasang bagaikan lava, maksut lava disini adalah cinta mereka
yang telah kuat dan tidak goyah. Sedangkan maksut dari tak bisa lagi diuraikan ini adalah cinta
mereka berdua yang kuat dan tidak goyah sehingga berbagai lika-liku masalah mereka berdua
bahkan tidak membuat cinta mereka hilang begitu saja.

3. Feeling

Feeling adalah sikap penyair terhadap puisi yang di tuliskannya terhadap pokok pikiran di
dalam puisi tersebut. Hal ini berkaitan dengan perasaan penyair terhadap puisi yang dia tulis.

Dalam puisi “Telah Satu” karya WS Rendra ini dapat dilihat penyair menempatkan
dirinya sebagai sang lelaki yang memiliki hubungan dengan seorang perempuan yang berjalan
sangat indah dan penuh romansa. Dapat dilihat dari sang lelaki yang sangat Bahagia karena
hubungan yang sedang dia jalani bersama pasangannya. Hal itu dapat di lihat dari cara penyair
Menyusun kata kata atau diksi dalam puisi nya dengan menunjukan rasa Bahagia dan romantis.

4. Tone

Tone adalah bagaimana sikap penyair terhadap pembaca umum tentang ide pokok yang
dia angkat dalam puisi nya.

Dalam penulisan puisi “Telah Satu” menggunakan sudut pandang orang pertama atau
penyair yang menempatkan diri nya sebagai tokoh yang di ceritakan dalam puisi itu, maka dari
itu penyair seakan menceritakan kisah cinta dia yang dia alami.

5. Total of Meaning

Total of Meaning adalah gagasan umum yang terkandung dalam puisi. Penentuan Total
of Meaning didasarkan pada; gagasan pokok yang diungkapkan penyair, sikap penyair terhadap
gagasan pokok tersebut dan sikap penyair terhadap pembaca. Secara umum, Total of Meaning
akan menjawab pertanyaan “bagaimana makna keseluruhan dari analisis sense, subject matter,
feeling, dan tone secara keseluruhan?”

Berdasarkan poin yang telah di tangkap oleh penulis di dalam puisi “Telah Satu” ini
penulis dapat menggambarkan bagaimana cinta yang tulus dan jujur dapat membuat suatu
hubungan menjadi harmonis dan kokoh. Arti itu dapat di tinjau dari makna-makna diksi yang
penyair tuliskan di puisi tersebut. Dapat dilihat bagaiman penyair menyampaikan perasaannya
tentang kisah hubungan dia dengan sang perempuan yang berjalan harmonis. Penyair
menyampaikan pandangan orang sekitar tentang hubungan akan indah jika di dasari dengan
ketulusan.

6. Theme

Theme atau tema adalah ide pokok yang mendasari penyair menulis karya sastra nya dan
menjadi inti cerita dari sebuah puisi yang dia tulis. Dalam puisi “Telah Satu” penyair menyajikan
kisah yang dia alami bahwa cinta yang tulus sebagai tema utama nya. Penyair ingin bercerita
bahwa cinta yang tulus dapat memperpanjang jangka waktu suatu hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, H. (1987). Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.

gramedia.com.puisi-ws-rendra/ literasi
LAMPIRAN

“TELAH SATU”

Karya WS Rendra

Gelisahmu adalah gelisahku.

Berjalanlah kita bergandengan

dalam hidup yang nyata,

dan kita cintai.

Lama kita saling bertatap mata

dan makin mengerti

tak lagi bisa dipisahkan.

Engkau adalah peniti

yang telah disematkan.

Aku adalah kapal

yang telah berlabuh dan ditambatkan.

Kita berdua adalah lava

yang tak bisa lagi diuraikan.

Anda mungkin juga menyukai