Disusun Oleh:
Nama : DIKI BRILYAN
Nim : A1M121046
Kelas : B
A. Unsur Intrinsik
Struktur Fisik Puisi
Diksi
Diksi merupakan makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan
menyeluruh, seperti:
Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan
ketulusan, kejujuran, dan keihklasan. Jadi, sajak putih berarti suara hati si aku yang
sangat tulus dan jujur. Pada bait I
1. “Warna pelangi” adalah gambaran hati seorang pemuda yang sedang senang;
2. “Bertudung sutra senja” yang dimaksud adalah pada sore hari;
3. “Di hitam matamu kembang mawar dan melati” yang di maksud adalah bola
matanya yang indah.
Pada bait II
1. “Sepi menyanyi” yang di maksud adalah memohon (do‟a) kepada Allah;
2. “Muka kolam air jiwa” yang di maksud adalah bersedih hati;
3. “Dadaku memerdu lagu” yang di maksud adalah berkata dalam hati;
4. “Menari seluruh aku” menggambarkan rasa kegembiraan.
Pada bait III
1. “Hidup dari hidupku, pintu terbuka” menggambarkan bahwa si aku merasa
hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar
2. “Selama matamu bagiku menengadah” merupakan kiasan bahwa si g adis masih
mencintai si aku, mau memandang wajah si aku;
3. “Selama kau darah mengalir dari luka” yang di maksud adalah hidup si aku penuh
harapan selama si gadis masih hidup wajar;
4. “Antara kita Mati datang tidak membelah” menggambarkan sampai kematian tiba
p un keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan.
Citraan
Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif
bagi pembaca melalui ungkapan tidak langsung.
1. Citraan visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “Kau
depanku dan menarik menari”.
2. Citraan indera (pencium) terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu”.
3. Citraan indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyanyi”.
Kata-kata konkret
Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat
membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata konkret
tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair maupun dari pembaca.
Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan unsurunsur puisi secara tepat
agar pembaca dapat merasakan keadaan yang dirasakan penyair.
Gaya Bahasa (Majas)
Dalam puisi “Sajak Putih” gaya bahasa (majas) yang muncul yaitu:
1. Pada baris ketiga bait pertama, yaitu “Dihitam matamu kembang mawar dan
melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara
langsung. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan
menarik, biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarka cinta dan
melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si gadis tampak cinta
yang tulus, menarik, dan mengikat.
2. Majas repetisi pada baris kesembilan bait ketiga, yaitu terjadi pengulangan kata,
“Hidup dari hidupku”, menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh
dengan kemungkinan.
3. Pada baris 1 bait 1 yaitu, “Tari warna pelangi” merupakan bahasa kiasan
personifikasi yang menggambarkan benda mati dapat digambarkan seolah-olah
hidup. “Rambutmu mengalun bergelut senda” juga menggunakan bahasa kiasan
personifikasi.
4. Dalam bait kedua baris pertama, “Sepi menyanyi” adalah personifikasi karena
mereka berdua tidak berkata-kata, suasana begitu khusuk seperti waktu malam
untuk mendoa tiba. Dalam keadaan diam itu, jiwa si akulah yang berteriak seperti
air kolam kena angin.
5. Majas Anatonomasia pada bait kesatu baris kedua yaitu, “Kau depanku bertudung
sutra senja” yang menggunakan ciri fisik seseorang sebagai penggantinya.