Anda di halaman 1dari 20

KRITIK SASTRA

KAJIAN LINGUISTIK

DALAM PUISI “ CINTAKU JAUH DI PULAU” KARYA CHAIRIL ANWAR

Karya : Indra Dwi Nugroho

NPM : (1105200036)

Dosen Pengampu : Sri Yanuarsih, M.Pd.

PRODI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ANGKATAN : 2020

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN

TAHUN 2022
CINTAKU JAUH DI PULAU

Karya Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis sekarang iseng sendiri.

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang terang, di angin yang mendayu,

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertahkhta, sambil berkata :

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun ketempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?

Manisku jauh di pulau

Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


1. Tahapan Deskripsi

Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang"
(dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Dia diperkirakan
telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia
dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern
Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang
Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, di mana dia mulai menggeluti dunia sastra.
Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis.
Puisinya menyangkut berbagai tema; mulai dari pemberontakan, kematian,
individualisme, eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi. Kehidupan Chairil
Anwar dilahirkan di Medan, Sumatra Utara pada 26 Juli 1922. Dia merupakan anak satu-
satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatra Barat. Ayahnya merupakan Bupati Indragiri, Riau yang tewas dalam
Pembantaian Rengat. Dia masih memiliki pertalian keluarga dengan Soetan Sjahrir,
Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu
memanjakannya, namun Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin
kehilangan apapun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya. Chairil Anwar mulai
mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk
orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan
pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18
tahun, dia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, dia telah
bertekad menjadi seorang seniman

2. Tahap Interpretasi

Yang dimaksud dengan interpretasi adalah upaya memahami karya sastra dengan
memberikan tafsiran berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu. Dalam artinya yang sempit,
interpretasi adalah usaha untuk memperjelas arti bahasa dengan sarana analisis, parafrasa,
dan komentar. Interpretasi dipusatkan terutama pada kegelapan, ambiguitas, dan kiasan-
kiasan. Dalam arti luas interpretasi adalah menafsirkan makna karya sastra berdasarkan
unsur-unsurnya beserta aspek-aspeknya yang lain, seperti jenis sastranya, aliran sastranya,
efek-efeknya, serta latar belakang sosial historis yang mendasari kelahirannya (Abrams,
1981; Pradopo, 1982).

Dalam puisi yang berjudul “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar
menceritakan seorang tokoh aku memiliki kekasih cantik yang berada ditempat yang jauh
diseberang pulau. Sang kekasih menghabiskan waktunya hari demi hari dalam
kesendirian dermi menunggu tokoh si aku datang menemuinya. Tokoh aku pun berniat
unuk menemui sang kekasih dengan berlayar menaiki perahu. Dalam perjalanannya,
tokoh aku baik-baik saja dan terlihat lancar dalam perjalananya dengan cuaca yang
mendukung untuk tokoh aku berlayar. Tokoh aku ingin menemui kekasihnya dengan
maksud memberikan sebuah kalung sebagai hadiah untuk kekasihnya. Hembusan angin
membantu berlayar dengan cepat untuk segera samnpai dihadapan sang kekasih,
langitpun jugfa menerangi setiap perjalanan tokoh si aku. Namun tiba-tiba si tokoh aku
memiliki firasat bahwa dia tidak akan pernah sampai menemui sang kekasihnya.
Gulungan ombak yang dahsyat dan hembusan angin yang kencang tiba-tiba menerjang, si
tokoh aku mencoba tetap berlayar walau akhirnya akan berpasrah. Takdirnyapun seolah
menghampiri ajalnya dan seolah berkata perjalananmu cukup sampai disini. Perjalanan
cinta yang sudah ditempuh selama bertahun-tahun kini harus pupus karena ajal yang
memisahkan cinta mereka bahkan si tokoh aku rela tidak bertemu dengan kekasihnya.
Kalau tokoh aku takdirnya harus mati maka kekasihnyha harus merasakan kesedihan
dalam kesendirian hingga sang kekasih mati dengan keserndiriannya.

3. TAHAP ANALISIS
BUNYI

Bunyi bahasa merupakan unsur bahasa yang paling kecil. Istilah bunyi bahasa atau
fon merupakan terjemahan dari bahasa inggris phone ‘bunyi’. Bunyi bahasa
menyangkut getaran udara.Bunyi itu terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran
atau berbenturan.Sebagai getaran udara, bunyi bahasa merupakan suara yang
dikeluarkan oleh mulut, kemudian gelombang-gelombang bunyi sehingga dapat
diterima oleh telinga. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran dihasilkan oleh alat ucap
manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir.Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau bunyi yang diartikan, kemudian
membentuk gelombang bunyi, sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

Bunyi bahasa atau bunyi ujaran (fon) menyangkut bunyi yang dikeluarkan oleh
alat bicara tanpa melihat fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi bahasa dari sudut
ujaran atau turunan (parole). Misalnya, perbedaan antara bunyi vocal depan madya
atas {e} dengan vocal depan madya {E}. Kajian mengenai bunyi bahasa ini disebut
fonetik. Fonetik dapat didefinisikan sebagai kajiab tentang bunyi bahasa,
pembentukannya, frekuensinya sebagai getaran udara, dan cara penerimaannya oleh
telinga.

Bait I
 Cintaku jauh di pulau,
Eofoni (Asonansi) : a,u
Kakofoni (Aliterasi) : t,k
 gadis manis sekarang iseng sendiri.
Asonansi : a,e,i
Aliterasi : s,g

Bait II

 Perahu melancar, bulan memancar,


Eofoni (Asonansi) : e,a
Kakofoni (Aliterasi) : n,r
 di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Eofoni (Asonansi) : e,u,a
Kakofoni (Aliterasi) : k,r
 angin membantu, laut terang, tapi terasa
Eofoni (Asonansi) : a,i,e
Kakofoni (Aliterasi) : t,g,r
 aku tidak ‘kan sampai padanya.
Eofoni (Asonansi): a,i
Kakofoni (Aliterasi) : k,s,y

Bait III

 Di air yang terang, di angin yang mendayu,


Eofoni (Asonansi) : e,a
Kakofoni (Aliterasi) : d,g
 di perasaan penghabisan segala melaju
Eofoni (Asonans)i : e,a
Kakofoni (Aliterasi) : s,n
 Ajal bertahkhta, sambil berkata :
Eofoni (Asonansi) : e,a
Kakofoni (Aliterasi) : l,b,r,t
 “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Eofoni (Asonansi) : u,a
Kakofoni (Aliterasi) : j,k,p
Bait IV

 Amboi! Jalan sudah bertahun ketempuh!


Eofononi (Asonansi) : a,u
Kakofoni (Aliterasi) : h
 Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Eofoni (Asonansi) : e,a,u
Kakofoni (Aliterasi) : h
 Mengapa Ajal memanggil dulu
Eofoni (Asonansi) : e,a,u
Kakofoni (Aliterasi) : m,g,l
 Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?
Eofoni (Asonansi): e,a,u
Kakofoni (Aliterasi) : s,b,l,p

Bait V

 Manisku jauh di pulau


Eofoni (Asonani)i : a,u
Kakofoni (Aliterasi) : s,k
 Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Eofoni (Asonansi) : a,u,e,i
Kakofani (Aliterasi) : k,t,s

DIKSI

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata
secara tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan kepada
penyimak atau pembaca baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan
kesesuaian sangat penting dalam rangka mengekspersikan maksud dan tujuan.
Diksi sangat menentukan gaya bahasa. Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan
kesesuaian pilihan kata. Kata, kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika
diungkapkan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi
terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau
realita. Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca
pula yang tepat dapa menimbulkan nada kebahasaan , yaitu sugesti yang
terekspresi melalui rangkaian kata yang dsiertai penekanan mampu menghasilkan
daya persuasi yang tinggi. Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara
dan pendengar dalam menyelesaikan masalah, begitu pula sebaiknya, gagasan
atau ide akan sulit berterima jika diksi yang digunakan salah sasaran atau tidak
sesuai kontek pembicara dan pendengar.

Kata-kata yang digunakan dalam puisi ‘Cintaku jauh di pulau’ adalah kata-
kata yang sederhana dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
pembaca tidak mengalami kesulitan dalam memahami kata yang ada dalam puisi
tersebut.

Suasana yang diungkapkan dalam puisi tersebut adalah suasana hati yang
gelisah, kecewa, dan takut. Selain itu juga mengekspresikan kerinduan yang
sangat dalam serta perjuangan yang dilakukan oleh tokoh ‘aku’ untuk bertemu
dengan si ‘gadis manis’. Puisi ini diekspresikan dengan pilihan kata yang tepat
dan tidak terlalu sukar dipahami oleh pembaca. Sehingga puisi ini dapat
membawa pembaca larut untuk merasakan dan membayangkan kejadian yang
diceritakan dalam puisi tersebut.

 Cintaku jauh di pulau,


Makna denotasi :Dalam baris pertama terdapat diksi cintaku yang dalam
pemaknaan secara denotatif yaitu cintanya seorang penyair
Makna konotasi : sedangkan dalam pemaknaan secara konotatif kata cintaku
diartikan sebagai seorang kekasih dari si penyair yang kini berada di jarak
yang jauh darinnya, Seorang kekasih dari tokoh si aku yang berada ditempat
yang jauh diseberang pulau.
 gadis manis sekarang iseng sendiri
Makna denotasi : Dalam baris kedua ini makna denotasi yang tulis dalam
baris ke dua kata gadis manis berarti seorang gadis yang memiliki paras
manis, dan kata iseng sendiri yang menandakan gadis itu sekarang sedang
melakukan keisengan sendiri
Makna konotasi : Dalam pemaknaan yang sebenarnya atau secara konotasi
gadis manis memiliki arti Perempuan yang dicintai ( kekasih si penyair), kini
menghabiskan wakunya sendiri untuk menunggu kedatangan si aku.
Diksi : Perahu melancar, bulan memancar, ajal bertakhta, laut terang, angin
mendayu, kan merapuh!

PEMAKAIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono, 2007). Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan
kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa,
yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek
dan prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi
atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir
yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan
intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali
oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau
titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!)

 Bait 1

Cintaku jauh di pulau,


gadis manis sekarang iseng sendiri.

Dalam puisi cintaku jauh dipulau karya Chairil Anwar bait 1 pemakaian kalimat
Cintaku jauh dipulau, Gadis manis, sekarang iseng sendiri kalimat yang
menggambarkan tentang kisah cinta tokoh-ku yang berada di tempat yang jauh
dari sang kekasiny, mereka dipisahkan oleh jarak dan tempat yang berbeda
membuat mereka merindukan satu sama lain dan berkeinginan untuk bertemu.
Jadi pada baris pertama tidak dapat dikatakan kalimat sempurna sebab tidak
memenuhi syarat untuk disebut sebagai sebuah kalimat, yaitu SPOK. Baris
pertama hanya berisi subjek dan keterangan saja. pada baris kedua juga tidak
dapat dikatakan kalimat sempurna karena tidak memenuhi kaidah kebahasaan.
Namun jika disatukan akan membentuk kalimat, Cintaku jauh di pulau, gadis
manis sekarang iseng sendiri. Kalimat tersebut memiliki maksud yang lengkap
dan jelas, sehingga dapat dimengerti.

 Bait II

Perahu melancar, bulan memancar,


di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Dalam puisi cintaku jauh dipulau karya Chairil Anwar bait 2 pemakaian kalimat
yang digunakan penulis mengambarkan tokoh-ku yang ingin pulang untuk
bertemu kekasihnya dengan membawakan hadiah untuknya, dengan menaiki
perahu, suasana laut yang cerah dan mendukung. Tapi tokohku merasa bahwa dia
berfirasat tidak akan bisa bertemu kekasihnya.
Jadi Pada bait kedua ini, baris 1 tidak memenuhi syarat sebagai kalimat sempurna.
Namun kalimat pada baris 2 dapat dikatakan sebagai kalimat sempurna karena
memenuhi syarat kaidah bahasa. Baris 3 dan 4 belum bisa dikatakan sebagai
kalimat sempurna. Tetapi jika baris 1-4 disatukan, Perahu melancar, bulan
memancar. Di leher kukalungkan ole-oleh buat si pacar. Angin membantu, laut
terang, tapi terasa aku tidak tidak `kan sampai padanya. Maka kalimat tersebut
menjadi kalimat yang sempurna sesuai kaidah bahasa dan dapat dipahami.

 Bait III

Di air yang terang, di angin yang mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahkhta, sambil berkata :
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Dalam puisi cintaku jauh dipulau karya Chairil Anwar bait 3 pemakaian kalimat
yang kurang sempurna, tokoh-ku menceritakan bahwa perjalanan sosokku sangat
lancar, cuacanya juga bagus, tapi sosok ku merasa ajal akan menjemputnya lebih
dulu sebelum ia sempat menemui kekasihnya.
Jadi Di bait 3, baris 1-4 tidak memenuhi kaidah kebahasaan, sehingga belum bisa
disebut sebagai kalimat yang sempurna. Namun jika di satukan, maka akan
menjadi kalimat yang sempurna. Di air yang terang, di angin mendayu. Di
perasaan penghabisan segala melaju. Ajal bertakhta, sambil berkata, “Tujukan
perahu ke pangkuanku saja.” Ini menjadi kalimat yang utuh dan dapat dimengerti.

 Bait IV

Amboi! Jalan sudah bertahun ketempuh!


Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?

Dalam puisi cintaku jauh dipulau karya Chairil Anwar bait 4 pemakaian kalimat
yang sempurna, si tokoh gelisah. Padahal ia sudah berlayar sangat lama, namun
perahu yang di naikinya seakan mau rusak. Kenapa harus ajal dulu yang
menjemput? Bahkan sosok ku belum sempat untuk bertemu dengan kekasihnya.
Jadi Bait 4 terdiri dari 4t baris. Yang jika disatukan akan membentuk kalimat
sempurna. Amboy! Jalan sudah bertahun ku tempuh. Perahu yang bersama `kan
rapuh! Mengapa ajal memanggil lebih dulu? Sebelum sembat berpeluk dengan
kekasihku. Kalimat tersebut dapat dimengerti, jika penyair ingin mnceritakan
kegelisahannya.

 Bait V

Manisku jauh di pulau


Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Dalam puisi cintaku jauh dipulau karya Chairil Anwar bait 5 pemakaian kalimat
yang sempurna, bagaimana perasaan kekasihnya jika sosok ku mati terlebih dulu.
Pasti kekasihnya merana menantinya sendiri.

Jadi Pada bait kelima ini, terdiri dari dua baris. Yang jika disatukan akan
membentuk kalimat sempurna. Manisku jauh di pulau. Kalau `ku mati, dia mati
iseng sendiri. kalimat ini menjadi kalimat yang dapat dimengerti secara utuh.

WACANA
Wacana adalah kesatuan makna antarbagian di dalam suatu bangun bahasa.
Wacana sangat terkait dengan konteks yang menyertainya. Wacana adalah
kesatuan makna antarbagian di dalam suatu bangunan bahasa Wacana sangat
terkait dengan konteksyang menyertainya. Wacana merupakan satuan gramatikal,
yaitu tata bahasa yang telah ditentukan. Atinya wacana disusun secara
berkelanjutan atau berkesinambungan Memiliki hubungan kohensi dan koherens
Artinya wacana memiliki keterikatan antar unsur dalam suatu teks, serta memiliki
hubungan logis antar kalimat dalam suatu paragraf, menurut Stubbs (1983:9)
wacana merupakan tuturan yang bersifat interaktif. Artinya teks direalisasikan
atau diwujudkan dalam bentuk wacanadan lebih bersifat konseptual Puisi Cintaku
Jauh di Pulau karya Chain Anwar jika ditulis sebagai wacana akan menjadi teks
yang memiliki makna utuh dan selaras.
Bait 1

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis sekarang iseng sendiri.

Tokoh aku memiliki kekasih yang berada di pulau yang jauh darinya. Kekasihnya
yang cantik merasa sedih karena cintanya terhalang jarak yang begitu jauh dan kini
kekasihnya hanay bisa menghabiskan waktunya sendirian dan menunggu kedatangan
si aku.

Bait 2
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Makna : Tokoh aku akan menjemput/menemui kekasihnya dengan menaiki perahu,
dalam perjalannya tampak begitu lancar dengan cuaca yang begitu mendukung.
Tokoh aku ingin menemui kekasihnya dan bermaksud ingin memberikan kalung
sebagai hadiah untuk kekasihnya. Dalam perjalanan angin membatunya berlayar pada
kekasihnya dan langit juga menerangi perjalannya, namun tiba-tiba tokoh aku
berfirasat bahwa dia tidak akan berhasil menemui kekasihnya.

Bait 3

Di air yang terang, di angin yang mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahkhta, sambil berkata :
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Makna : Ditengah-tengah perjalanan tiba-tiba ombak menggulung dengan begitu


dahsyat, dan hembusan angin yang sangat kencang menerjang perjalanan si aku.
Perasaan tokoh akupun mulai pasrah dan tetap mencoba melanjutkan perjalanan.
Namun takdirpun telah berkuasa dan seolah mengaakan bahwa tokoh aku akan
menemui ajalnya disini.

Bait 4

Amboi! Jalan sudah bertahun ketempuh!


Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?
Makna : Tokoh aku beerkata Ya Tuhan! Bertahun-tahun sudah ku tempuh perjalanan
untuk cintaku dan kini akan berakhir begitu saja. Mengapa ajal harus memisahkan
cinta mereka berdua, padahal si aku belum sempat bertemu kekasihnya utuk
melepaskan rindu.

Bait 5
Manisku jauh di pulau
Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Makna : Kekasih tokoh si aku yang cantik kini berada jauh diseberang pula. Kalau
takdirnya tokoh si aku harus mati duluan, maka kekasihnya akan merasa sedih dengan
penantian yang tak kunjung usai sampai si keksaih mati dengan kesendiriannya.

Wacana : seorang tokoh aku memiliki kekasih cantik yang berada ditempat yang
jauh diseberang pulau. Sang kekasih menghabiskan waktunya hari demi hari dalam
kesendirian dermi menunggu tokoh si aku datang menemuinya. Tokoh aku pun
berniat unuk menemui sang kekasih dengan berlayar menaiki perahu. Dalam
perjalanannya, tokoh aku baik-baik saja dan terlihat lancar dalam perjalananya dengan
cuaca yang mendukung untuk tokoh aku berlayar. Tokoh aku ingin menemui
kekasihnya dengan maksud memberikan sebuah kalung sebagai hadiah untuk
kekasihnya. Hembusan angin membantu berlayar dengan cepat untuk segera samnpai
dihadapan sang kekasih, langitpun jugfa menerangi setiap perjalanan tokoh si aku.

Namun tiba-tiba si tokoh aku memiliki firasat bahwa dia tidak akan pernah
sampai menemui sang kekasihnya. Gulungan ombak yang dahsyat dan hembusan
angin yang kencang tiba-tiba menerjang, si tokoh aku mencoba tetap berlayar walau
akhirnya akan berpasrah. Takdirnyapun seolah menghampiri ajalnya dan seolah
berkata perjalananmu cukup sampai disini.

Perjalanan cinta yang sudah ditempuh selama bertahun-tahun kini harus pupus
karena ajal yang memisahkan cinta mereka bahkan si tokoh aku rela tidak bertemu
dengan kekasihnya. Kalau tokoh aku takdirnya harus mati maka kekasihnyha harus
merasakan kesedihan dalam kesendirian hingga sang kekasih mati dengan
keserndiriannya.

INTERPRETASI TEKS
Secara etimologi, kata “interpretasi” berasal dari bahasa Latin “interpretatio” yang
berarti penjelasan, eksposisi, terjemahan, atau interpretasi. Dalam pengertian umum,
pengertian interpretasi adalah kegiatan mengemukakan ide-ide; seni menemukan
makna yang sebenarnya dari setiap kata-kata, yaitu makna yang hendak disampaikan
penulis yang memungkinkan orang lain mendapatkan dari kata-kata itu ide yang sama
sebagaimana yang ingin disampaikan oleh penulisnya.
Dalam teks intepretasi berisikan suatu kesimpulan dari suatu fenomena dan
hubugan yang berada pada kalimat sebelumnya, interpretasi dibutuhkan supaya
pembaca memahami kalimat yang di tulis oleh penulis. Interpretasi berarti
menjelaskan disertai gambaran dan penafsiran yang mampu memberikan pemahaman.
Intepretasi bisa dilakukan dengan melalui lisan, tulisan dan gerakan untuk
mengungkapkan pandangan tertentu.
Dalam puisis, intepretasi bisa dilakukan dengan menganalisa makna dan feel dari
puisi tersebutyang dipakai penyair dalam menuliskan puisinya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa bagaimanakan suasana yang diciptakanpenyair penyair,
berikut intepretasinya :
Pada bait 1 pengambaran suasana sedang merasakan rindu yang luar biasa
Pada bait 2 suasana menjadi kegelisahan karena tokoh aku mempunyai firasat yang
buruk
Pada bait 3 menngambarkan suasana yang pasrah karena seolah maut telah memberi
isyarat.
Pada bait 4 menggambarkan suatu puncak konflik dalam puisi yang dimana tokoh
telah melakukan segala pengorbanan namun kematian telah lebih dulu
menghampirinya.
Pada bait ke 5 klimaks dari suasana kesedihan tentang kematian tokoh dalam puisi.
Jadi interpretasi dari puisi Cintaku Jauh Di pulau adalah gambaran kisah romansa
yang harus berakhir ditengah tengah tengah suasana hati yang sedih nan
memprihatinkan.

CIRI KHAS SASTRA


Makna sastra merupakan sebuah pengertian yang sama dengan
tone/nada atau suasana yang terdapat dalam suatu peristiwa. Biasanya erat
sekali hubungannya dengan latar cerita. Nada yang digunakan penyair dalam
puisi tersebut adalah kegetiran dan kekhawatiran. Hal ini tampak dalam
penggunaan kata yang menggunakan huruf r diakhir kata, yaitu: melancar
memancar, pacar. Akhir bunyi menggambarkan suasana yang tidak nyaman,
Juga terdapat suasana sedih, dengan digunakannya bunyi akhir-uh pada kata
rapuh, tempuh Akhir bunyi-uh yang berulang pada bait ketiga menunjukkan
kesedihan dan ketidak berdayaan. Menganalisis sejumlah ciri khas yang
membedakan antara bahasa Ilmiah atau normal dengan bahasa sestra yang
bersifat konotasi.
 ILMIAH
 NON ILMIAH

Bait 1 , baris 1
Cintaku jauh dipulau

Memiliki makna secara denotatif yaitu seorang yang didambakan kini berada
di sebrang pulau, dan makna secara konotatif yaitu seorang kekasih dari si
penyair berada di tempat yang jauh sehingga harus menjalani hubungan jarak
jauh dengan si penyair.

Bait 1, baris 2
Gadis manis, sekarang isang sendiri

Pemilihan kata (diksi) gadis manis pada bait 1, baris 2 memiliki makna
denotatil dan konotatif. Makna dari kata gadis adalah seorang perempuan
muda atau remaja. Dan kata manis adalah salah satu dan lima sifat rasa dasar
dan hampir secara universal dianggap sebagai pengalaman yang
menyenangkan. Dengan demikian arti dan diksi gadis manis pada bait pertama
baris kedua yang di gunakan oleh penulis adalah perempuan yang cantik. Ini
ditujukan untuk members gambaran bahwa pacar penulis adalah perempuan
yang sangat cantik

Bait 2, baris 1
Perahu melancar, bulan memancar
Diksi (pilihan kata) yang digunakan penulis sangat beragam, seperti pada baris
pertama, perahu melancar, bulan memancar. Melancar berasal dari bahasa
melayu yang artinya halus. Arti kata melancar adalah melaju dengan cepat
Memancar memiliki arti mengeluarkan sinar banyak banyak Dengan kata lain
penulis ingin menyampaikan bahwa saat in berlayar, perahu yang dinaikinya
melaju dengan cepat. Sebab cuaca saat itu sedang bagus.
Bait 2, baris 2
Dileher kukalungkan ole ole buat si pacar
Dalam bait 2 baris 2 ini, si penyair menuliskan sajak “ di leher ku kalungkan
ole ole buat si pacar” yang digambarkan dalam perjalan menyusul sang
kekasih si penyair ini ingin mengalungkan sesuatu di leher sang kekasih. Hal
tersebut kalau diartikan dengan makna yang sebenarnya si penyair berniat
memberikan sesuatu untuk kekasihnya sebagai sebagai hadiah yang indah
untuk kekasihnya

Bait 2, baris 3
Angin membantu laut terang, tapi terasa Aku tidak kan sampai padanya

Pada baris-3, angin membantu laut terang, Angin adalah udara yang bergerak.
Angin juga dapat diartikan sebagai pergerakan udara dari daerah yang
bertekanan tinggi kedaerah yang bertekanan rendah Membantu adalah bentuk
empati dan simpati. manusia untuk meringankan suatuhal. Sedangkan laut
adalah sebuah perairan asin besar yang dikelilingi secara menyeluruh atau
sebagian oleh daratan Penulis menggunakan majas personifikasi dan metafora
dalam pemilihan kata ini Seolah angin memiliki sifat yang sama dengan
manusia. Sinonim dari kata terang adalah cahaya, herkilau, bersinar,
bercahaya, dll. Laut di analogikan sebagai benda lain yang dapat
memancarkan cahaya. Penggunaan diksi ini ditujukan untuk
menyederhanakan dan memperindah kalimat yang ingin disampaikan penulis.
Bahwa saat penulis berlayar perjalanannya lancar karena cuacanya sangat
cerah (laut terang) Pangartian ini sama dengan baris pertama bait kedua Hanya
saja disampaikan dengan diksi yang berbeda. Yang ditujukan untuk
menekankan bahwa perjalanan penulis lancar dan cuacanya jugo bagus
Namun penulis merasa ia tidak akan pernah sampai untuk menemui
kekasihnya.

Bait III
Di air yang teran, diangin mendayu Diperasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata

tujukan perahu kepangkuanku saja" Diksi-diksi yang digunakan pada bait 3


sangat kompleks. Hampir semua diksinya memiliki makna yang berbeda
(konotatif) Di air yang terang, di angin mendayu. Air dan terang adalah dua
hal yang berbeda. Air adalah benda cair dan terang adalah sebuah sifat benda.
Diksi air yang terang sama dengan diksi laut terang pada bait dua bans ketiga.
Penulis lagi lagi menegaskan bahwa cuaca saut itu sedang bagus. Pada dikai
selanjutnya, di angin mendayu sama dengan diksi angin membantu. Penulis
menganalogikan angin sebagai benda hidup. Mendayu memiliki arti berbunyi
(bersuara) sayup sayup Namun berbeda dalam konteks puisi ini, mendayu
dapat diartikan sepor sepol. Sesuai dengan sifat angin segoi-sepol memiliki
arti perlahan-lahan dan sifie semili, Diksi ini ditujukan untuk memberi
penjelasan bahwa cuaca saat itu benar-benar bugus

Baris 2 bait 3. di perasaan penghabisan segala melaju. Perasaan adalah


komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan
sedang terjadi dalam diri seseorang Dan penghabisan diartikan yang terahir.
Sedangkan melaju adalah kata kerja yang memiliki arti menjadi laju, maju,
meningkat Di baris kedua in penulis ingin mengatakan bahwa perjalanannya
terasa sangat lancar dan cepat. Ajal berkata, sambil bertakhita. Arti kata ajal
adalah batas hidup yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dan berkata memiliki
arti berbicara Dua hal yang berbeda, seolah ajal memiliki kesedaran sendiri.
Ajal dianalogikan seperti manusia. Sedang arti bertakhta adalah menjadi raja,
berkuasa. Ajal berkata, sambil bertakhta, penulis merasa kematian sudah
menunggunya lebih dulu
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja diksi pada baris keempat ini
memperjelas baris-3. Bahwa ajal seperti memiliki kesadaran sendiri tidak
hanya menunggu penulis juga merasakan bahwa kematian sudah mulai
menjemput

Bait IV
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh
Perahu yang bersama kan merapuh
Mengapa ajal memanggil.dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?

Perahu yang bersama kan rapuh. Rapuh adalah kondisi benda yan akan pecah
bila diberi tekanan atau tegarigan. Arti rapuh dalam KBBI adalah rusak (patah
pecah, sobek dll). Penulis menggunakan diksi rapuh untuk menjelaskan bahwa
perahu yang dinaikinya akan rusak. Padahal penulis belum bertemu dengan
kekasihnya.

Bait V
Manisku jauh dipulau
Kalau ku mati, dia mati iseng sendin

Manisku jauh di pulau. Diksi manis digunakan untuk mensederhanakan kata


(pengungkapan) bahwa kekasih penulis sangatlah cantik. Manis adalah salah
satu sifat dasar rasa, yang sering dikaitkan sebagai hal yang menyenangkan.

4. TAHAP EVALUASI

Tahap evaluasi atau penilaian adalah usaha menentukan kadar keindahan


(keberhasilan) karya sastra yang dikritik. Penentuan nilai suatu karya sastra tidak
dapat dilakukan secara semena-mena, tetapi harus berdasarkan pada fenomena yang
ada dalam karya yang akan dinilai, kriteria dan standar penilaian, serta pendekatan
yang digunakan. Dengan mengetahui nilai karya sastra, maka kita dapat memilah
mana karya sastra yang bernilai dan mana yang tidak, juga mana yang bermutu tinggi
dan mana yang bermutu rendah. Yang perlu kita catat adalah bahwa dalam menilai
suatu karya sastra kita dituntut menyikapi secara objektif dengan disertai alasan-
alasan. Artinya, penentuan nilai haruslah mendasarkan pada data-data yang ada.
Dalam konteks kritik sastra, suatu karya sastra dinilai baik atau buruk haruslah
berdasarkan data-data yang ada dalam karya sastra yang kita nilai.
Keindahan puisi cintaku jauh dipulau karya Chairil Anwar. Keindahan puisi
ini muncul lantaran penggunaan majas yang baik. Menggunakan alitersi dan asonansi,
juga menggunakan rima di masing-masing baitnya. Tidak hanya itu, ciri khas Chairil
Anwar yang suka memenggal baris dan memenggal kata juga menambah keindahan
puisi tersebut.

Puisi ini menceritakan usaha aku yang akan menyampaikan keinginannya untuk
bertemu dengan gadis manis yang sedang berada di sebuah pulau yang jauh. Meskipun
keadaan berjalan dengan baik, namun si aku merasa bahwa tidak akan mencapai kekasihnya
yang manis karena kematian sudah datang menjemput lebih awal. Oleh sebab itu, meski
sudah banyak menghabiskan waktu untuk berjuang meraih sebuah harapan, tetapi tetap saja
garis nasib yang menentukan.

Membaca isi dari puisi tersebut, tampak menggambambarkan Perjuangan Cinta yang
dilakukan oleh sang penyair terlihat begitu besar, sang penyair rela melakukan perjalanan
jauh demi bisa bertemu dengan sang kekasih yang di tuliskan sebagai gadis mais dalam sajak
karnyanya. Karena sang kekasih tetrsebut berada jauh di sebrang pulau maka sang penyair
harus melakukan perjalanan melewati lautan dengan menggunakan sebuah perahu, dalam
perjalanannya, ia harus dihadang oleh badai, angin kencang dan gelombang air laut yang
besar hingga sang penyair berpikiran bahwa ia tidak akan bisa sampai untuk menjumpai
kekasihnya karena firasat sang penyair harus mendapat ajalnya di tengah lautan.Dan hal
tersebut membuat sang kekasih dari si penyair harus menunggu kedatangan si penyair
sendirian sampai membuatnya ikut mati dalam kesepiannya.

Puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Cintaku Jauh di Pulau” ini memakai diksi
yang tepat. Pilihan kata yang digunakan penyair sangat tepat untuk menggambarkan suasana
hatinya cukup menarik, dan dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi CIntaku Jauh di Pulau sangat istimewa karena memuat kalimat tanya dan kalimat seru
yang jarang digunakan penyair lain.

Puisi-puisi yang dibuat Chairil Anwar menggunakan kata-kata sederhana sehingga kurang
menunjukkan keindahan.

Diksi yang digunakan sangat sulit diartikan karenapuisi Cintaku Jauh di Pulau banyak berupa
kiasan yang bermakna ganda.

Chairil Anwar merupakan penyair yang terkenal sehingga karya-karyanya patut mendapat
pujian.

Salah satu cara dalam menganalisis puisi adalah dengan menggunakan pendekatan
Strata Norma. Analisis strata norma puisi, digunakan untuk mengetahui semua unsur
(fenomena) yang terkandung dalam karya sastra. Pendekatan Strata Norma ini digunakan
dalam menganalisis puisi yang berjudul Cintaku Jauh Di Pulau karya Chairil Anwar. Puisi ini
merupakan puisi percintaan karya Chairil Anwar menggambarkan tentang cinta yang penuh
semangat dan keyakinan akan sebuah prinsip, bukan puisi cinta yang meratap-ratap dan/atau
puisi cinta patah hati. Dalam Puisi Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil Anwar ini dapat kita
petik hikmah yang begitu besar. Puisi tersebut menceritakan sepasang kekasih yang terpisah
oleh jarak dan waktu, namun mereka tetap semangat serta yakin untuk bisa bertemu.

Untuk lebih menjelaskan analisis strata norma tersebut dianalisis puisi Chairil Anwar
sebagai berikut. CINTAKU JAUH DI PULAU Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang
iseng sendiri. Perahu mnelancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar,
angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya. Di air yang terang, di
angin mendayu, Di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata :
Tujukan perahu ke pangkuankua saja. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang
bersama kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan
cintaku Manisku jauh di pulau kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. Analisis Puisi Cintaku
Jauh Di Pulau karya Chairil Anwar dengan pendekatan Strata Norma. 1. Lapis suara (sound
stratum) Sajak tersebut berupa satuan- satuan suara: suara suku kata, kata, dan berangkai
merupakan seluruh bunyi (suara) sajak itu: suara frase da suara kalimat. Jadi, lapis bunyi
dalam sajak itu ialah semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi bahasa tertentu. Lapis
bunyi ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yaitu
yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Dalam bait pertama baris
pertama ada asonansi a dan u: cintaku jauh di pulau di baris kedua ada aliterasi s yang
berturut-turut : gadis manis, sekarang iseng sendiri. Begitu juga dalam bait kedua bada
asonansi a: melancar memancar si pacar terang terasa padanya. Aliterasi l dan r : perahu
melancar, bulan memancar, laut terang, tapi terasa. Pola sajak akhir bait ke-2,3,4 : a a b b
yang aling dipertentangkan. Memancar si pacar dipertentangkan dengan terasa padanya ;
kutempuh merapuh dipertentangkan dengan dulu cintaku. Pada umumnya dalam sajak itu
bunyi bunyi yang dominan adalah vokal bersuata berat a dan u, seperti kelihatan dalam bait
ke 3 dan ke-4, yang dipergunakan sebagai lambang rasa ( klanksymboliek ).

Anda mungkin juga menyukai