NIM : S842108010
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Tuhanku
Remuk
Tuhanku
Tuhanku
Doa
WS Rendra (1997)
Soal:
1. Analisis unsur struktural untuk masing-masing puisi meliputi tipografi, diksi, gaya bahasa,
imaji, rima, aliterasi, asonansi, tema, dan amanat
3. Analisis hipogram transformasinya apakah melanjutkan atau menyimpang secara struktur dan
makna antara kedua puisi tersebut
Jawaban:
1. A. Tipografi
B. Diksi
Karena pentingnya kata-kata yang ada dalam puisi, maka bunyi dalam sebuah
kata juga menjadi pertimbangan dalam pemilihannya. Dalam memilih kata-kata yang
akan digunakan tentunya perlu mempertimbangkan berbagai aspek estetis. Dengan
pemikiran ini, maka kata-kata yang telah dipilih oleh penyair untuk syair karangannya
tersebut sifatnya adalah absolut yang artinya tidak bisa diganti padanan katanya. Hal ini
terjadi sekalipun maknanya berbeda. Bahkan, jika unsur bunyinya hampir mirip dan
maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti. Jika kata tersebut diganti
maka akan mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam konstruksi keseluruhan
puisi tersebut (Waluyo,1991: 73).
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa diksi merupakan
pemilihan kata yang tepat. Pemilihan kata ini terdapat dalam pembuatan sebuah puisi
yang menunjukkan bahwa pemilihan kata sangatlah berpengaruh. Kata-kata yang dipilih
dan digunakan oleh penyair di dalam puisinya biasanya adalah kata-kata yang unik dan
tidak sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun begitu, kata-kata tersebut
tetap mempunyai sebuah makna yang istimewa yang dapat mewakili ungkapan
sebenarnya yang dimaksud oleh penyair.
Meskipun kedua puisi bertemakan ketuhanan, kedua puisi tersebut menggunakan
diksi yang berbeda dalam puisinya, Chairil Anwar menggunakan diksi dengan kata-kata
yang bernada lemah, rapuh dan meminta pertolongan kepada Tuhan, seperti yang
tergambarkan pada bait /Tuhanku/, /Dalam termangu/, /Aku masih menyebut nama-Mu/.
Sedangkan WS Rendra menggunakan diksi yang lebih mudah dimengerti, dimana
penyair menggunakan diksi yang digunakan sehari-hari, seperti yang tergambarkan pada
bait /Allah menatap hati/, /Manusia menatap raga/, /Hamba bersujud kepadamu Ya
Allah/, /Karena hidupku, karena matiku/.
C. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan sesuatu yang diungkapkan oleh penyair didalam puisinya
yang berbentuk bahasa. Gaya bahasa dalam puisi mengibaratkan atau menyamakan
sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar suatu gambaran benda yang dibandingkan
ini menjadi lebih jelas (Kosasih, 2008: 35).
Gaya bahasa yang digunakan kedua penyair sangat berbeda dimana Chairil Anwar
menggunakan berbagai gaya bahasa seperti metafora terdapat pada diksi /Aku
mengembara di negeri asing/ dimana penggambaran doa yang dia lakukan dengan
pengembaraan hingga negeri asing. Gaya bahasa hiperbola atau melebih-lebihkan terletak
pada bait puisi /aku hilang bentuk remuk/ sebagai penggambaran keputusasaannya dalam
hidup. Dan majar personifikasi /tinggal kerdip lilin di kelam sunyi/ dimana
mengumpamakan lilin seolah berkedip seperti manusia.
D. Imaji
Dalam puisi Chairil Anwar terdapat beberapa imaji, seperti imaji visual dalam
/tinggal kerdip lilin di kelam sunyi/, imaji auditif dalam /Aku masih menyebut nama-Mu/,
imaji rabaan /Cahayamu panas suci/, imaji rasa yang memberikan efek pada perasaan
dalam /Aku hilang bentuk/, /Remuk/. Sedangkan pada puisi Doa milik WS Rendra
terdapat imaji visual dalam /Manusia menatap raga/, /Bisa melihat cahayamu/, imaji
auditif dalam /Telinga hamba bisa mendengar bisikanmu/, imaji rasa dalam /Supaya
bersih jiwa hamba/.
E. Rima
Bunyi di dalam puisi dapat menghasilkan suatu rima dan ritma. Rima merupakan
pengulangan dari bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah
persajakan di dalam sistem yang lama karena dihadapkan kepada penempatan bunyi dan
pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris, tetapi juga pada keseluruhan baris
maupun bait yang terdapat pada puisi. Dalam ritma pemotongan-pemotongan dari baris
menjadi suatu frasa yang berulang-ulang, merupakan unsur yang dapat memperindah
puisi tersebut (Waluyo, 1991:90).
Dalam puisi Chairil Anwar susunan rimanya terdiri dari vokal “u-u-u-u-u-i-i-u-u-
u-u-i-u-i” yang merupakan rima acak yang didominasi oleh vokal “u” (vokal berat). Hal
itu menandai atau menggambarkan bahwa masalah yang dihadapi penyair merupakan
masalah yang berat. Sedangkan dalam puisi Doa milis WS Rendra memiliki susunan rima
yang terdiri dari vokal “i-a-a-u-a-a-a-a-a-a-a-a-a-a-u-u-u”.
F. Aliterasi
Aliterasi yang terkandung dalam puisi Doa karya Chairil Anwar terdapat pada
/susah sungguh/ dimana terdapat pengulangan huruf s, /penuh seluruh/ terdapat pengulangan
huruf h, /Aku hilang bentuk/, /Remuk/ terdapat pengulangan huruf k. sedangkan dalam puisi Doa
milik WS Rendra, aliterasi terdapat pada /Karena hidupku, karena matiku/ yang terdapat
pengulangan huruf k di dalamnya.
G. Asonansi
Asonansi dalam puisi Doa milik Chairil Anwar terdapat pada /Kepada pemeluk
teguh/ yang terdapat pengulangan huruf e di dalamnya, /Tuhanku Dalam termangu Aku
masih menyebut nama-Mu/ pengulangan huruf u, /Mengingat Kau penuh seluruh/
terdapat pengulangan huruf u, /Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi/ pengulangan huruf i,
/Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk/ pengulangan huruf u, dan /Tuhanku Di pintuMu aku
mengetuk/ yang terdapat pengulangan huruf u di dalamnya.
H. Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukanan oleh
penyair. Pokokpikiran atau pokok persoalan tersebut begitu kuat mendesak dalam jiwa
penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu
berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan.
(Waluyo, 1991:106).
Dari kedua puisi di atas dapat disimpulkan bahwa tema yang diangkat oleh kedua
penyair adalah tema ketuhanan, karena diksi-diksi yang digunakan merupakan gambaran
dari hubungan manusia dengan Tuhannya.
I. Amanat
2. Makna puisi
Makna yang ingin disampaikan pengarang dalam puisi tersebut adalah tentang
seseorang yang sedang mengalami kesusahan yang mendalam dan dia merasa jauh
dengan Tuhannya. Dia merasa Tuhan sudah tidak lagi sayang padanya karena Tuhan
membiarkan dia dalam kebingungan bak mengembara ke negeri asing. Tokoh aku
mewakili orang-orang yang hampir melupakan Tuhannya karena alasan sesuatu. Dalam
penyesalannya tokoh aku berpasrah pada Tuhannya. Hal itu membuktikan bahwa kita
sebagai makhluk Tuhan tidak bisa lepas dari Tuhan. Rasa susah yang mendalam dan
penuh dengan kebingungan dirasakan oleh tokoh aku. Perasaan seperti itu ikut dirasakan
oleh pembaca saat membaca puisi tersebut dan memahami makna yang ada di dalamnya.
Makna dan rasa itu akan menyatu dalam hati dan memberikan pesan yang positif maupun
negative kepada pembaca. Itulah tujuan pengarang menghadirkan puisi semacam itu, agar
pembaca selalu ingat pada Tuhan, karena sesungguhnya hidup ini diatur oleh-Nya.
Makna yang ingin disampaikan WS Rendra dalam puisinya adalah tentang doa
seorang hamba kepada Tuhannya, dimana dia berdoa dengan kerendahan hati, memohon
karunia, pengampunan dosa dan dijauhkan dari hal-hal yang buruk menimpanya. Tokoh
hamba dalam puisi tersebut merasa memerlukan Tugan dalam setiap jalan hidupnya. Dia
berpasrah kepada Tuhannya dalam diam. Rasa kerendahan diri dalam doa meminta
kepada Tuhannya. Rasa yang diberikan WS Rendra dalam puisinya membuat pembaca
seakan masuk kedalam puisinya dan seakan menyatu dan ikut berdoa bersama puisinya.
Hal tersebutlah yang menjadi tujuan pengarang menghadirkan puisi tersebut agar
pembaca selalu ingat kepada Tuhan.
3. Analisis Hipogram dan transformasinya
Dari beberapa analisis yang mencakup struktur fisik dan struktur batin puisi Doa
karya Chairil Anwar dan puisi Doa milik WS Rendra memiliki hipogram dan transformasi
yang menyimpang dari segi strukturnya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada struktur fisik
dan struktur batin yag memiliki banyak perbedaan di dalamnya, meskipun kedua uisi
tersebut juga memiliki persamaan dari segi struktur batinnya. Seperti tema yang diangkat
dari kedua puisi tersebut merupakan ketuhanan, yang dimana Tuhan sebagai objek di dalam
puisi tersebut. Doa-doa yang dipanjatkan dan tertuliskan di dalam puisi tersebut diharapkan
pengkabulannya. Makna kedua puisi tersebut juga tidak jauh berbeda dimana sama-sama
memiliki makna yang dimana manusia dalam keadaan sulit, hampa, penuh dosa akan tetap
kembali kepada Tuhannya untuk meminta petunjuk
DAFTAR PUSTAKA