Nama Anggota:
1. Abrar Yusron (01)
2. Alfi Irsyad .S. (03)
3. Egy Dhea .N. (14)
4. Robby Fahri .A. ()
5. Akhirun Nidhofa (02)
BAB I
PUISI
DOA
Karya : chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku menggembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
BAB II
A. PUISI : DOA
B. DIKSI
Pada puisi “Doa,” penyair tampak penyair mengalami krisis iman sehingga diksi yang
digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada ragu, lemah, bimbang, dan rapuh. Puisi yang
berjudul doa karya Chairil Anwar di atas, merupakan jenis puisi prismatic. Hal itu terlihat dari
sesunan katanya yang tidak langsung memancarkan makna. Jadi, untuk mendapatkan makna
yang kita cari, maka pembaca harus mengira-ira maksud dari tiap kata atau baris.
Pada puisi itu, pengarang menggunakan diksi yang sederhana, namun dari diksi
yangsederhana itu timbul rangkaian bahasa kias. Mengenai diksi, pengarang menggunakan kata
yang berlainnan untuk menyebutkan makna yang sama., diantaranya adalah :
Bahasa Kias
`penuh seluruh` yang berarti =sungguh-sungguh ada. Bahas kias itu digunakan untuk
memperindah puisi dan juga untuk memadatkan makna. (Baris ke 5)
`hilang bentuk` yang berarti tidak berwujud lagi. Untuk mempersingkat kata, maka pengarang
menggunakan istilah semacam itu. (Baris ke 9)
`mengembara ke negeri asing` juga merupakan ungkapan dalam bahasa kias yang berarti
kebingungan. Tokoh aku merasa bingung dengan hidup yang sedang dijalaninya. (Baris ke 12)
Bahasa kias yang digunakan oleh pengarang membuat puisi semakin padat. Pemadatan ini
mempengruhi bentuk puisi dan unsur keindahannya pula.
C. KATA KONKRET
Kata konkret adalah kata yang nyata dan seolah olah mewakili keadaan sesungguhnya yang
dituangkan oleh penyair dalam puisinya. Jadi, kata konkret yang digunakan pleh Chairil Anwar
dalam puisi Doa karyanaya ini dapat dianalisis sebagai berikut:
Pintu-Mu
D. TIPOGRAFI
E. MAJAS
Dalam puisi “Doa” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca
melalui ungkapan yang tidak langsung. Pada bait 1 penyair memanfaatkan citraan visual dengan
memanfaatkan bahasa kias berupa majas metafora untuk melukiskan kedekatan antara penyair
dengan Tuhan, sehingga timbul keakraban, kekhusukan ketika merenung menyebut nama
Tuhannya.
Bait 2 penyair mengguanakan citraan visual dengan majas hiperbola untuk melukiskan
sesuatu secara berlebihan. Hiperbola dimanfaatkan untuk menyangatkan arti guna menciptakan
efek makna khusus. Yaitu melukiskan kedekatana antara penyair dengan Tuhannya. Yang
dilikiskan pada baris ketiga, disini penyair melebih-lebihkan kedekatanya, ketulusan, dan
kepasrahannya kepada Tuhan /Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi. Disini kedekatan antara
penyair dan Tuhan, didalam sebuah kesunyian ketika merenung berdoa, hanya cahaya lilin yang
redup dalam kesunyian malam.
Bait 3 menggunkan citraan vusual memanfaatkan majas hiperbola pada baris kedua /Aku
hilang bentuk remuk/ yaitu melukiskan sesuatu yang berlebihan sehingga menimbulkan efek
makna khusus. Disini dalam keheningan malam, berdoa menyebut nama Tuhannya dengan
sepenuh hati hingga badannya bagaikan hilang dan remuk, rela badanya remuk tak tersisa demi
Tuhannya.
Tuhanku
Remuk
Bait 4 juga menggunakan pencitraan visual dengan memanfaatkan majas metafora yang
melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhannya /Aku mengembara di negeri asing/
merupakan majas metafora, membandingkan sesuatau tanpa menggunakan perbandingan.
Membandingkan keseriusannya dan kehusukannya dalam berdoa, dengan pengembaraannya ke
negeri asing. Majas hiperbola juga dimanfaatkan dalam bait 4 untuk melukiskan sesuatu secara
berlebihan. Dalam hal ini hiperbola menyatakan kedekatannya antara penyair dengan Tuhan, rela
mengembara kesebuah negeri asing yang sangat jauh demi mendekatkan diri pada Tuhannya
yang dilukiskan dengan /Aku mengembara di negeri asing/. Disisni keseriusan dalam berdoa
dirbaratkan mengembara ke negeri asing. Dimanapun berada tetap ingat dan patuh dengan
menyebut nama Tuhannya, karena kita hidup hanyalah sebagai sebuah pengembaraan.
Tuhanku
Tuhanku
F. CITRAAN
Ada beberapa citraan dalam puisi di atas, yaitu :
Tuhanku
Dalam termangu
Setelah membaca kata tersebut, pembaca seolah-olah melihat ada seseorang yang sedang
terdiam.
Rangkaian kata itu mengajak kita melihat seberkas cahaya kecil walaupun itu hanya sebuah
perumpamaan semata
Dari kata-kata itu, kita seolah-olah diajak oleh pengarang untuk mendengar pengucapan tokoh
aku dalam menyebut nama tuhannya.
• Citraan perabaan
• Citraan perasaan
Dari kata itu pengarang memberikan kesan yang menyedihkan yang dirasakan oleh tokoh aku.
Bahwa dia merasa benar-benar susah.
G. IMAJI
Penyair mengajak pembaca untuk membayangkan dirinya sendiri yang mengalami krisis
iman, kemudian meyakini bahwa tidak ada jalan lain baginya kecuali kembali ke jalan Tuhan.
Terdapat imaji cita rasa yang membuat pembaca seakan ikut mengelus dada, dan menyadari
dosa-dosanya. Kemudian pembaca merasa yakin bahwa hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah
akan selamat.
Imaji penglihatan terdapat pada kata “tinggal kerdip lilin di kelam sunyi” dengan
pengkajian tersebut penyair mengajak pembaca melihat seberkas cahaya kecil walau hanya
sebuah perumpamaan. Pembaca diajak seolah-plah mendengar ucapan tokoh aku dalam
menyebut nama Tuhan “aku masih menyebut namaMu”. Penyair menyampaikan kepada
pembaca nikmatnya sinar suci Tuhan sehingga pembaca seolah merasakannya “cahaya-mu panas
suci.”
BAB III
ISI (BATIN)
A. TEMA
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat
kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata
bernaka ketuhanan. Kata ‘dua’ yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah
permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta.
Kata-kata lain yang mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu,
di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungandirinya yang
menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi ‘Doa’ sangat tepat bila digolongkan pada
aliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya.
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya dengan Tuhan.
Kata ‘Tuhan’ yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair
sedang berbicara dengan Tuhan.
B. SUASANA
Suasana dalam puisi tersebut adalah menyedihkan dan mengharukan. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan “dalam termangu aku masih menyebut nama-Mu” hal ini menunjukkan bahwa
penulis termenung memikirkan perbuatan salahnya dan benar benar menyesal atas apa yang ia
telah perbuat. Suasana yang mengharukan dibuktikan dalam kutipan “Di pintu-Mu aku
mengetuk” yang menunjukkan penyesalan penulis dan rasa ingin bertaubat dengan sungguh-
sungguh.
C. NADA
Nada yang digunakan dalam puisi tersebut adalah sedih karena pada puisi tersebut bercerita
tentang seorang yang sangat menyesal atas apa yang ia perbuat.
D. AMANAT
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ‘Doa’ ini berisi amanat kepada pembaca agar
menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut,
pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga
mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ‘pengembaraan di negeri asing’ yang
suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:
Tuhanku
E. MAKNA PUISI
Bait pertama puisi tersebut terdiri atas tiga larik. Masing – masing larik tidak dapat
disebut kalimat. Kunci utama bait itu adalah kata termangu. Termangu dalam hal apa, kepada
siapa, tentang apa, dan banyak pertanyaan lain. Mungkin penyair ingin mengatakan bahwa di
dalam kegoyahan imannya kepada Tuhan, (termangu), isi masih menyebut nama Tuhan (dalam
doa – doanya).
Bait kedua dengan kata kunci susah. Susah dalam hal apa? Tentang apa? Karena apa?
Ditafsirkan bahwa penyair sangat sulit berkonsentrasi dalam doa untuk berkomunikasi kepada
Tuhan secara total (penuh seluruh). Dalam kegoncangan iman, kesulitan berkonsentrasi untuk
“dialog” dengan Tuhan memang dimungkinkan.
Bait ketiga kata kuncinya adalah Cahaya lilin ini mewakili cahaya yang sangat penting
untuk menerangi kegelapan malam, atau mewakili cahaya yang rapuh dalam kegelapan malam.
Mungkin penyair bermaksud untuk menyatakan bahwa cahaya iman dari Tuhan tinggal cahaya
kecil di lubuk hati penyair yang siap padam (karena kegoncangan iman).
Tuhanku
Remuk
Bait keempat Chairil sadar bahwa akibat dosanya itu ia seakan merasa bahwa ia sudah
hilang bentuk dan remuk. Ia tak mengenali dirinya lagi.
Bait kelima Chairil melalui aku lirik, mengenang perbuatannya itu. Asing, karena apa
yang dikerjakannya itu bertentangan dengan apa yang sudah diperintahkan Tuhannya.
PENUTUP
A. SIMPULAN
Puisi Doa mengangkat tema ketuhanan yang menunjukan pengalaman religi sangpenyair
sendiri. Puisi ini menunjukan sebuah keteguhan hati terhadap Tuhannya,walau dalam
keadaan termangu sekalipun. Kedekatan dengan Tuhan si “aku” terlihat jelas dengan
pemakaian diksi mengingat Kau penuh seluruh, menekankan hanya Tuhanlah yang
sanggup memberi petunjuk dari permasalahan yang ia hadapi. Puisi
B. SARAN