Dosen pengampu :
Susi Seles, M.Pd
Disusun Oleh :
Veta Eva Ningsi ( 1911290062)
Bekerja, Berusaha
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing Memanfaatkan Peluang
Majas yang digunakan adalah majas b. Berdoa dan meminta kepada sang
personifikasi yaitu majas yang
mengambarkan benda mati seolah- pencipta agar kau mendapatkan yang
olah hidup. Seperti pada bait keenam
yaitu sedang dengan cermin aku terbaik
enggan berbagi.
c. Berdoa kepadanya agar hatimu terasa
6. Rima:
tenang
Puisi ini memiliki rima yang
sama karena seluruh baris pada puisi Bekerja
ini berakhiran huruf i dari awal
hingga akhir. a. Bekerjalah kau dengan sepenuh hati
Rasa yang ada pada puisi ini merasa nyaman di tempat kerjamu
adalah rasa semangat pengharapan
dengan sedikit kecemasan pada setiap Berusaha
baitnya.
3. Nada: a. Berusahlah kau menjadi yang terbaik
peluang itu,
Baris #8 Berhematlah
sesuatu,,,
uangmu
c. Janganlah kau beli apa yang akan
Baris #9 Ingatlah
PERBANDINGAN
Setelah membaca kedua puisi di atas dengan teliti, serta menganalisa masing-
masing puisi dari segi intrinsik dan ekstrinsik, maka saya dapat membuat kesimpulan
berikut mengenai kemiripan dan perbedaan yang dimiliki kedua puisi tersebut. Kedua puisi
yang tertera di atas memiliki beberapa persamaan, begitu juga perbedaan. Persamaan yang
sangat terlihat adalah tema, karena kedua puisi berhubungan dengan ketuhanan, karena dua
puisi tersebut mengandung kata-kata tuhan dan doa kepada-Nya. Tetapi sedikit
perbedaannya adalah Ebiet G Ade menghubungkan ketuhanan dengan bencana alam, di sisi
lain, Chairil Anwar menulis puisinya seluruhnya mengenai doanya kepada tuhan. Ada
sedikit persamaan juga dalam amanat yang disampaikan, yaitu kita harus meminta ampun
dan berdoa hanya kepada tuhan.
Kemudian persamaan lain yang dapat terlihat adalah penggunaan majas atau gaya
bahasa dalam puisi kedua penyair tersebut. Ada dua jenis majas yang terkandung yaitu
metafora dan repetisi. Sepertinya mereka sama-sama menyukai menggunakan kata lain
untuk membandingkan dan merepresentasikan suatu hal lainnya. Karena biasanya dengan
membandingkan suatu hal dengan hal lainnya dapat memperjelas makna dari hal tersebut.
Repetisi juga digunakan untuk mengulang kata-kata yang berhubungan dengan tuhan.
Dalam puisi Anwar, beliau mengulang kata tuhan, sedangkan Ade mengulang kalimat
“agar Dia tersenyum” yang juga berhubungan dengan tuhan.
Dalam segi alur, suasana, latar tempat, dan waktu sudah jelas berbeda karena
penyampaiannya juga tidak sama. Ebiet G. Ade melakukannya seperti mendeskripsikan
sebuah kejadian, kemudian mengungkapkan perasaannya. Sedangkan Chairil Anwar hanya
mengucapkan seluruh perasaannya pada satu puisi itu. Perbedaan lainnya terdapat pada
rima, karena pada puisi “Untuk Kita Renungkan” tidak ada pola rima, tetapi tiap-tiap
barisnya lebih panjang dibanding puisi lainnya. Sedangkan di puisi “Doa” sang penulis
membuat beberapa pola rima dalam tiap barisnya, namun tiap baris dalam puisinya sangat
pendek, bahkan ada yang hanya satu atau dua kata.