Anda di halaman 1dari 8

ANALISI PUISI DOA KARYA CHARIL ANWAR DAN PUISI UNTUK KITA

RENUNGKAN KARYA EBIET G ADE

Dosen pengampu :
Susi Seles, M.Pd
Disusun Oleh :
Veta Eva Ningsi ( 1911290062)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYA DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI FATMAWATIH SUKARNO
TAHUN AJARAN 2022
PENDAHULUAN
Dalam bebrapa paragraph dibawah ini, saya akan menjelaskan analisa saya dari dua puisi
yang berbeda, yaitu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G Ade, dan “Doa” oleh Chairil
Anwar. Masing-masing puisi memiliki perbedaan da nada juga beberapa aspek yang
memiliki kemiripan. Maka pada akhir analisa ini saya akan membuat kesimpulan berisi
perbandingan kedua puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana kedua puisi tersebut
memiliki kesamaan dan perbedaan.

DOA UNTUK KITA RENUNGKAN


Chairil Anwar
OLEH EBIET G ADE
Tuhanku
Dalam termangu Pada Saat ini………..
Aku masih menyebut namaMu
Ku hanya bisa Tersenyum

Biar susah sungguh Terenyum seakan Aku ingin Membuat


mengingat Kau penuh seluruh
Apa dan siapakah diriku

cahayaMu panas suci Tapi Aku Harus Bisa……


tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Karena sebuah pepatah sudah

Tuhanku Mengatakan kawan


aku hilang bentuk
remuk Yang tertuju dalam diriku Berdo’a,

Bekerja, Berusaha
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing Memanfaatkan Peluang

Orang tua mengatakan Kita orang kecil


Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk berhematlah
aku tak bisa berpaling
Ingatlah Tanyakan pada diri kamu
Analisis Unsur Intrinsik
sendiri
a) Tema

Puisi “Doa” karya Chairil Anwar


di atas mengungkapkan tema tentang Dalam penggalan puisi diatas
ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan
dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang
digunakan sangat kental dengan kata- terkandung beberapa makna yang
kata bernaka ketuhanan. Kata “dua”
yang digunakan sebagai judul mungkin perlu kita resapi, pada puisi
menggambarkan sebuah permohonan
atau komunikasi seorang penyair dengan RENUNGKAN ini semoga bermanfaat
Sang Pencipta.
bagi pembaca di Analisis Puisi ini serta
Kata-kata lain yang mendukung
tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, akan menjadikan pedoman dalam hidup
mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu.
Kedua, dari segi isi puisi tersebut kita semua
menggambarkan sebuah renungan
dirinya yang menyadari tidak bisa Baris #1 Pada Saat ini
terlepas dari Tuhan.
a. Di umurku yang kian lama kian
1. Dari cara penyair memaparkan isi
hatinya, puisi” Doa”sangat tepat bila bertambah aku menginginkan Hidup
digolongkan pada aliran
ekspresionisme, yaitu sebuah aliran ku seperti ini,
yang menekankan segenap perasaan
atau jiwanya.. Perhatikan kutipan b. Aku menginginkan Hidupku masih
larik berikut :
Biar rusah sungguh Mengingat Kau penuh canda tawa, tak ada duka yang
penuh seluruh
2. Aku hilang bentuk remuk tersirat meski itu terkait dalam hati
3. Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling yang terselip dalam tubuh ini
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini
memang mengungkapkan dialog c. Aku terduduk di kursi ini
dirinya dengan Tuhan. Kata “Tuhan”
yang disebutkan beberapa kali memikirkan apakah yang akan
memperkuat bukti tersebut, seolah-
olah penyair sedang berbicara dengan terjadi nanti
Tuhan.
d. Memikirkan Bergunakah hidupku ini
b) Nada dan Suasana Nama berarti sikap
penyair terhadap pokok persoalan e. Memikirkan Tentang Sesuatu yang
(feeling) atau sikap penyair terhadap
pembaca. Sedangkan suasana berarti belum tentu orang lain pikirkan
keadaan perasaan pembaca sebagai
akibat pembacaan puisi. Baris #2 Terenyum
Nada yang berhubungan dengan
a. Tersenyum untuk mengobati perih di
tema ketuhanan menggambarkan
betapa dekatnya hubungan penyair
dengan Tuhannya. Berhubungan dalam hati……
dengan pembaca, maka puisi “Doa”
tersebut bernada sebuah ajakan agar b. Tersenyum untuk menyemangati diri
pembaca menyadari bahwa hidup ini
tidak bisa berpaling dari ketentuan ini
Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri
kita dengan Tuhan. Hayatilah makna c. Tersenyum untuk Berdiri dan
hidup ini sebagai sebuah
“pengembaraan di negeri asing”. mencoba kembali

c) Perasaan Perasaan berhubungan Baris #3 Aku Ingin Membuat


dengan suasana hati penyair. Dalam
puisi ”Doa” gambaran perasaan a. Sutau yang berguna bagi nusa dan
penyair adalah perasaan terharu dan
rindu. Perasaan tersebut tergambar bangsa….
dari diksi yang digunakan antara lain:
termenung, menyebut nama-Mu, Aku b. Hal-hal baik yang bisa mereka tiru
hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa
berpaling. dari aku

d) Amanat c. Membuat semua sahabat dan


Sesuai dengan tema yang keluarga senang dan bahagi bila
diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi
amanat kepada pembaca agar berada di dekat ku
menghayati hidup dan selalu merasa
dekat dengan Tuhan. Agar bisa Baris #4 Tapi
melakukan amanat tersebut, pembaca
bisa merenung (termenung) seperti a. Aku harus merubah semua sifat
yang dicontohkan penyair. Penyair
juga mengingatkan pada hakikatnya buruk ku
hidup kita hanyalah sebuah
”pengembaraan di negeri asing” yang b. Aku harus merubah sikap Jelek Ku
suatu saat akan kembali juga. Hal ini
dipertegas penyair pada bait terakhir c. Dan aku haru bisa belajhar untuk
sebagai berikut: Tuhanku,
berlapang dada
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aklu tidak bisa berpaling
Aku Harus Bisa
Analisis Puisi Chairil Anwar
a. Melakukan semua itu dengan tekad
PenerimaanKalau kau mau kuterima
kau kembali dan kerja keras,
Dengan sepenuh hati b. Merubah sikap dan Tingkah yang
Aku masih tetap sendiri
membuat orang risih di dekat ku
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi c. Bersabar atas semua prilaku buruk

Jangan tunduk! Tentang aku Semua Orang yang di berikan


dengan berani
Kepadaku
Kalau kau mau kuterima kau
kembali Untukku sendiri tapi Sedang Baris #5 Karena
dengan cermin aku enggan berbagi.
a. Mengalah kepada yang salah adalah
Analisi puisi Chairil Anwar
menggunakan pendekatan Objektif: dua kali benar
A. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi
b. Memaafkan itu Hal yang tersulit
1. Tipografi:
c. Hati bisa mendapatkan Sesuatu yang
Pada puisi “Penerimaan” karya
Chairil Anwar terdapat enam bait tenag dan lapang jika terasa Tenag
dengan pola 2-1-2-1. Tiap bait
puisinya berbeda, pada bait pertama, Pepatah Mengatakan
ketiga dan kelima terdapat dua larik
sedangkan bait kedua, keempat, dan Pada kata ini penulis menerapkan
keenam terdapat satu larik.
pepatah yang mungkin dapat kita
2.      Diksi:
terapkan dalam kehidupan
Diksi yang terdapat pada puisi
“Penerimaan” terdapat beberapa kata bermasyarakat yaitu:
yang memakai konotasi, seperti:
Bak: bagaikan “Jika Kau Tak Dapat Menjadi Sebatang

Kembang sari: wanita Pohon Yang Tegar Tetapi Jadilah


perawan atau keperawanan Tunduk:
menghadapkan wajah kebawah Segumpal Rumput Yang Mampu Untuk
(malu)
Memperindah Taman”
Tentang: dekat dihadapan
muka (menemui) Kawan
Cermin: alat pantul atau Kata kawan penulis bermaksud
bayangan
3. Imaji: mengajak penulis untuk instropeksi diri

Imaji yang dipakai dalam puisi menajlani hidup :


“Penerimaan” ini adalah imaji visual
(pengelihatan), seperti: /kau bukan a. Hidup ini hanya sekali gunakan
yang dulu lagi/, /Jangan tunduk!/,
/dengan cermin aku enggan berbagi/. kesempatan itu sebaik mungkin

4. Kata konkret: b. Perbanyaklah harapan agar engkau


Pada puisi “Penerimaan” mampu untuk melaksanakn
terdapat kata konkret seperti bak
kembang sari sudah terbagi artinya semuanya
wanita yang sudah kehilangan
keperawanannya. Sedangkan dengan Baris #6 Berdo’a
cermin aku berbagi artinya si “aku”
tidak ingin wanitanya mendua bahkan a. Ya berdoa untuk diri sendiri
dengan bayangannya sekalipun.
keluargadan umat seluruh alam
5. Bahasa figuratif (majas):

Majas yang digunakan adalah majas b. Berdoa dan meminta kepada sang
personifikasi yaitu majas yang
mengambarkan benda mati seolah- pencipta agar kau mendapatkan yang
olah hidup. Seperti pada bait keenam
yaitu sedang dengan cermin aku terbaik
enggan berbagi.
c. Berdoa kepadanya agar hatimu terasa
6. Rima:
tenang
Puisi ini memiliki rima yang
sama karena seluruh baris pada puisi Bekerja
ini berakhiran huruf i dari awal
hingga akhir. a. Bekerjalah kau dengan sepenuh hati

B. Struktur Batin Puisi dengan mencintai semua apa yang

1.      Tema atau makna: ada di dalam perkerjaan mu….


Tema yang diangkat Chairil b. Cintailah kawan-kawan di tempat
Anwar pada puisi “Penerimaan” yaitu
tentang percintaan. Tentang seorang kerja mu
lelaki yang masih menerima
kekasihnya kembali meskipun sang c. Cintailah ruang tempat kerja mu
kekasih sudah bersama orang lain.
2.      Rasa: d. Cintailah apa yang membuat engkau

Rasa yang ada pada puisi ini merasa nyaman di tempat kerjamu
adalah rasa semangat pengharapan
dengan sedikit kecemasan pada setiap Berusaha
baitnya.
3.      Nada: a. Berusahlah kau menjadi yang terbaik

Pada puisi “Penerimaan” ini, b. Berusahalah kau untuk berbagi


Chairil Anwar menuangkan perasaan
harap-harap cemas dan ketegasan. c. Berusalah kau untuk bersabar
Pengharapan yang ia rasakan
dikarenakan pada dasarnya ia masih d. Berusahalah kau untuk menjadi
mencintai kekashnya yang dulu.
4.      Amanat: orang yang berhati tulus Dan….
Agar perempuan e. Janganlah kau harapkan segala
mempertimbangkan penawaran si
“aku” dan memutuskan dengan tegas sesuatu dari apa yang kau usahakan
keputusan yang akan diambil
perempuan tersebut. Jangan pernah Baris #7 Memanfaatkan Peluang
menduakan seseorang yang mencintai
dengan tulus dan tanpa pamrih. Memanfaatkan Peluang yang ada untuk

membuat diri mu maju dan mencobanya

dan Menerobos untuk masuk kedalam

peluang itu,

Ingatlah……….Peluang datang hanya

satu kali saja

Baris #8 Berhematlah

a. Berhamatlah dalam melakukan

sesuatu,,,

b. Berhematlah dalam membelanjakan

uangmu
c. Janganlah kau beli apa yang akan

kau gunakan akan tetapi belilah apa

yang mutlak untuk kau gunakan

Baris #9 Ingatlah

Semua tergantung pada diri anda dan

tergantung bagai man menyikapinya

PERBANDINGAN
Setelah membaca kedua puisi di atas dengan teliti, serta menganalisa masing-
masing puisi dari segi intrinsik dan ekstrinsik, maka saya dapat membuat kesimpulan
berikut mengenai kemiripan dan perbedaan yang dimiliki kedua puisi tersebut. Kedua puisi
yang tertera di atas memiliki beberapa persamaan, begitu juga perbedaan. Persamaan yang
sangat terlihat adalah tema, karena kedua puisi berhubungan dengan ketuhanan, karena dua
puisi tersebut mengandung kata-kata tuhan dan doa kepada-Nya. Tetapi sedikit
perbedaannya adalah Ebiet G Ade menghubungkan ketuhanan dengan bencana alam, di sisi
lain, Chairil Anwar menulis puisinya seluruhnya mengenai doanya kepada tuhan. Ada
sedikit persamaan juga dalam amanat yang disampaikan, yaitu kita harus meminta ampun
dan berdoa hanya kepada tuhan.
Kemudian persamaan lain yang dapat terlihat adalah penggunaan majas atau gaya
bahasa dalam puisi kedua penyair tersebut. Ada dua jenis majas yang terkandung yaitu
metafora dan repetisi. Sepertinya mereka sama-sama menyukai menggunakan kata lain
untuk membandingkan dan merepresentasikan suatu hal lainnya. Karena biasanya dengan
membandingkan suatu hal dengan hal lainnya dapat memperjelas makna dari hal tersebut.
Repetisi juga digunakan untuk mengulang kata-kata yang berhubungan dengan tuhan.
Dalam puisi Anwar, beliau mengulang kata tuhan, sedangkan Ade mengulang kalimat
“agar Dia tersenyum” yang juga berhubungan dengan tuhan.
Dalam segi alur, suasana, latar tempat, dan waktu sudah jelas berbeda karena
penyampaiannya juga tidak sama. Ebiet G. Ade melakukannya seperti mendeskripsikan
sebuah kejadian, kemudian mengungkapkan perasaannya. Sedangkan Chairil Anwar hanya
mengucapkan seluruh perasaannya pada satu puisi itu. Perbedaan lainnya terdapat pada
rima, karena pada puisi “Untuk Kita Renungkan” tidak ada pola rima, tetapi tiap-tiap
barisnya lebih panjang dibanding puisi lainnya. Sedangkan di puisi “Doa” sang penulis
membuat beberapa pola rima dalam tiap barisnya, namun tiap baris dalam puisinya sangat
pendek, bahkan ada yang hanya satu atau dua kata.

Anda mungkin juga menyukai