Anda di halaman 1dari 7

Puisi Doa karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan.

Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat
kentaldengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata `dua yang digunakan sebagai judul
menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan
SangPencipta. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah Tuhanku, nama-Mu,
mengingat Kau,caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan
sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan.
Tuhanku
Adapun analisis yang dapat kelomok kami sampaikan pada analisis bait pertama
sebagai berikut:
Pada bait pertama diatas terdapat tekana bunyi vocal u dan konsonan n yang
diucapkan berat sehingga menggambarkan perasaan murung, sedih dan gundah yang
mendalam dirasakan oleh penyair. Kombinasi bunyi tersebut dapat memperkuat suasana
yang tidak menyenangkan, kacau balau dan parau. Hal ini karena kekhusukan atau
kesungguhan penyair dalam mengadu kepada Tuhan tentang kegundahan hatinya.
Pengulangan kata Tuhanku yang berupa penyebutan berulang-ulang sebanyak empat
kali dalam sajak itu sesuai dengan sifat sajak itu sebagai doa. Karena dalam berdoa orang
biasa menyeru Tuhan berkali-kali.
Pada baris sajak Tuhanku terdapat irama tinggi dan menurut. Irama tinggi pada
kata Tuhan, karena yang kita tahu, Tuhan merupakan pencipta dari segala makhluk serta
yang memiliki derajat yang paling tertinggi makanya kata Tuhan digunakan oleh seorang
penyair dengan nada tinggi. Sedangkan kata yang terdapat nada rendah yaitu pada kata
Ku, kata ku terdapat atau menggunakan nada rendah karena menunjukan seorang
makhluk yang paling rendah serta untuk menunjukkan jikalau status seorang penyair
hanya sebagai hamba. Kata Ku juga menggunakan nada rendah karena seorang penyair
ingin mengharapkan dalam kegundahan serta ingin mengadu kepada Tuhan yang
memiliki segala kuasa akan setiap hati yang merasa.
Selain diatas pada kata Tuhanku terdapat juga rima, yang dapat dianalisis rima
ditunjukkan pada lambing U. lambing U ditunjukkan oleh seorang penyair dengan
berulang-ulang serta sangat menonjol, karena seorang penyair ingin menunjukkan kepada

tuhan dengan perasaan, bukan dengan tangan, karena untuk bisa berbicara, mengadu
kepada tuhan hanya bisa dilakukan dengan perasaan.
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Adapun analisis yang dapat kelompok kami sampaikan pada analisis bait sajak
kedua sebagai berikut:
Pada baris ini terdapat bunyi konsonan a,e,i dan u yang yang pada umumnya
untuk melukiskan rasa senang, riang dan hati yang ringan namun diucapkan terasa berat
dan rendah sehingga melukiskan perasaan sedih dan gundah. Diperjelas dengan adanya
bunyi sengau

akhiran ng pada kata termenung sehingga memperjelas suasana hati

penyair yang menyatakan didalam kegoyahan imannya ia masih menyebut nama Tuhan
dalam doanya.
Pada baris sajak dalam termangu terdapat nada mendatar, menekan, serta
menurun. Kata yang terdapat mendatar, menekan yaitu pada kata Dalam, kata dalam
digunakan oleh seorang penyair dengan dana mendatar, menekan, karena menurut
analisis dari kelompok kami, kata dalam dapat diartikan sebagai perasaan yang dialami
oleh seorang penyair yang ingin tersentak dengan

segala situasa yang ada di

lingkungannya. Pada baris kata Termangu terdapa nada irama mendatar serta pada
akhirnya menurut, akibat dari nada menurut mengakibatkan lambing U hamper samarsamar kedengaran. Berdasarkan analisis nada serta irama diatas dapat kelompok kamik
tafsirkan penggunaan nada yang digunakan oleh seorang penyair, dia ingin menunjukkan
akan kegundahanya yang hampir tidak bertepi serta tidak berujung dalam hidupnya,
sehingga mengakibatkan samar-samar pada lambing U.
Pada baris sajak Aku masih menyebut nama-Mu. Terdapat nada serta
tempo-tempo berapa kali. Nada mendatar terdapat pada keseluruhan baris tersebut,
sedangkan tempo terdapat diantara kata Aku masih . Menyebut nama-Mu. Nada
yang mendatar yang pendek dapat diartikan sebagai suatu kepasrahan seorang penyair,
jikalau walaupun dalam gejolak permasalahan dia akan selalu mengingat Tuhan, nada

mendatar merupakan kepasrahan yang sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan
pada tempo yang pendek, digunakan seorang penyair untuk membatasi akan statusnya
sebagai hamba, dan status tuhan adalah Tuhan raja diatas raja.
Biar susah sungguh
Pada bait tersebut terdapat kata yang besifat konsonan sudah dapat kita tafsirkan makna
bunyi yang digambarkan oleh seorang penyair sebagai lambang dari huruf (r) dan (h),
pada simbol r dalam kata biar merupakan tekanan di dalam yang digambarkan oleh
seorang penulis sebagai suatu kesakitan yang sangat mendalam, sedangkat pada simbol h
dalam kata susah sungguh seorang penulis menggambarkan kesakitan yang sudah tidak
mampu dipendam lagi sehingga menggunakan simbol h sebagai lepasan bunyi,
menggambarkan ketidak sanggupan lagi dalam menanggung beban permasalahan
sehingga lebih dilepaskan yang menimbulkan bunyi desahan sebagai lambang kesakitan
yang dialaminya kemudian menyebabkan penyair sulit serkonsentrasi dalam berdoa.
Pada baris Biar susah sungguh tidak ternapat nada tinggi atau turun tetapi
seorang penyair lebih menggunakan nada mendatar serta irama mengalaun, serta terdapat
rima (pengulangan bunyi).
Nada mendatar pada baris syair ini secara keseluruhan, dana mendatar tersebut
digunakan atau diwakili oleh seorng penyair akan permasalahan yang selalu ada, serta
tidak kelihatan punyak atau penyelesaian dari permasalah yang dia hadapi. Sepertihalnya
uraian analisi diatas, penyair lebih mempertegas lagi dengan menggunakan irama yang
mengalun sebagai suatu ketegasan akan permasalah yang tidak ketaui kapan kan selesai.
Selain itu, pada baris syair ini juga terdapat rima (pengulangan bunyi), rima terdapat pada
kata Susah Sungguh.. yaitu dilambangkan dengan simbol H sebagai desahan yg
sangat teramat sakit.

Mengingat Kau penuh seluruh


Pada bait tersebut terdapat vocal u yang dominan pada kata kau
penuh seluruhyang menggambaran perasaan yang tidak menentu atau gundah
yang dialami penyair. Juga terdapat bunyi liquida r

dan konsonan h yang

menggambarkan penuh curahan perasaan betapa sulitnya berkonsentrasi


penuh pada saat mengalami kegoncangan iman.
Pada baris puisi

diatas, dapat kelompok kami analisis yang

berhubungan dengan nada. Terdapat tekanan-tekanan yang sangat amat


mendalam
(terdapat

yaitu
tiga

pada

kata

ketukan),

Mengingat
Penuh

(terdapat

(terdapat

dua

tiga

ketukan),

ketukan),

Kau

seluruh

(mendatar). Berdasarkan ketukan-ketukan yang dilakukan seorang penyair


dalam membaca setiap kata pada baris ini maka dapat kami analisis. Pada
kata pertama Mengingat, berisi tiga ketukan, menurut kami, pada kata
pertama seorang penyair masih dalam keadaan yang bingung akan apa yang
sedang dihadapinya makanya dia seperti lupa sehingga terdapat tekanan
yang sedikit panjang. Sepertihalnya pada kata Mengingat, jiga pada kata

Aku, berisi tiga ketukan karena menurut kami, disini dapat pempertegas
dari kata yang pertama dia ingin menunjukkan jikalau yang sedang
binggung itu adalah dia sendiri bukan orng lain, makanya terdapat
ketukan yang sama. Pada kata yang ketiga Penuh, penyair menggunakan dua
ketukan, karena walaupun menggunakan kata penuh namun sebenarnya dari
diri penyir itu sendiri menginginkan apayang dia hadapi sekarang dekit
berkurang.

Caya-Mu panas suci


Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Pada bait sajak diatas menggunakan simbol (i, i) sebagai dominan, yang dapat
menimbulkan bunyi vokal yang lepas tanpa adanya bunyi pembatas, sebagai suatu makna
goncangan imam yang dihadapi penyair. Kenapa seorang penyair menggunakan lambang
bunyi vokal sebagai dominan dalam kalimat tersebut karena pada pembunyian dominan
tidak terdapat batasan dalam melafalkan serta keluarnya bunyi sebagi lambang
pemaknaan sehingga dengan leluasa penyair bisa mengikuti segala permasalahan yang
sedang dihadapi dengan mengalir seperti air.
Pada kedua baris kata diatas, tidak terdapat irama naik turun Cuma
hanya tersapat tekanan-tekanan, seperti pada kata Cahya. Mu. Panas.
Suci, pada baris kata ini dipotong-potong oleh seorang penyair dalam

pengucapannya dengan tekanan tempo-tempo yang pendek namun kelihatan.


Penyair menggunakan tekanan tempo-tempo pada kata ini maka dapat kami
ilustrasikan jikalau keinginan seorang penyair tak terdapatkan, semua
jawaban

yang diainginkan tidak terjawab, makanya dia menjeda-jeda

sebagai rasa ketidak puasan terhadap apa yang terjadi.


Pada baris kata selanjutnya juga tidak terdapat irama naik turun,
yang ada hanya mendatar, serta satu kali yaitu diantara kata .
Lilin.di kelam sunyi.. jadi terdapat pemisah antara lilin dan
dikelam sunyi, karena yang kita ketahui terang dan kegelapan tidak akan
bisa menyatu dalam satu waktu, maka dari itu penyair membatasi akan apa
yang dia rasakan tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan.

Tuhanku
Pada baris kata ini terdapat nada mendatar, meninggi dan menurun
seprti pada halnya kata Tuhanku syair paling atas, nada mendatar
terdapat pada kata Tu pada kata Tu penyair menggunakan nada mendatar
karena dia masih ragu, apakah harus kepada tuhan atau pada siapa dia kan
mengadu. Sedangkan nada tinggi terdapat pada kata Han, setelah dia
berfikir baru terdapat keyakinan dari seorang penyair jikalau bukan
kepada tuhan, kapada siapa lg kan mengadu, tuhan pemilik segala apa yang
ada di bumi dan apa yang ada di langit dan dia juga yang membuat dan
menyelesaikan setiap permasalahan jadi dia mulai mengadu. Pada kata

Ku menggunakan nada rendah kare seorang penyair tau akan statusnya


hanyalah seorang hamba dan harus lah merendahkan diri.

Aku hilang bentuk


Remuk
Pada bait diatas terdapat vokal u yang dominan namun diungkapkan
dengan berat dan dipertegas dengan bunyi kakofoni k yang tidak merdu
atau parau memperjelas perasaan yang mendalam. Dalam hal ini menyair
menyadari akibat dosanya ia seakan merasa sudah kehilangan bentuk dan
remuk. Ia tidak mengenali dirinya lagi.

Pada kedua baris ini secara sepontan penyair menggunakan nada


irama tinggi setelah nada menurun pada kata Tuhanku. Dapat kami analsis
jikalau penyair menggunakan nada tinggi secara sepontan karena dia ingin
menunjukkan serta menyakinkan kepada Tuhan jikalau seluruh jiwanya sudah
tidak sanggub menahan beban sangat amat mendalam sehingga seluruh pada
terasa sakit semua sebagai akibat dari otak yang tak henti-hentinya
berpikir tuk mencari jalan keluar akan permasalahan itu. Serta juga
terdapat tempo yang sedikit menonjol antara kata bentuk, remuk, antara
kata ini penyair menjeda karena dia tidak mau menjelaskan secara
langsung akan

pederitaan yang dia hadapi. Karena apa bila tidak

menggunakan tempok yang menonjol tersebut maka akan menimbulkan Rima


(pengulangan

bunyi)

sebagai

reaksi

penegasan

akan

kesakitan

yang

mendalam.

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Pada bait diatas terdapat bunyi sengau ng yang menggambarkan
curahan perasaan yang mendalam mengenang perbuatan penyair yang merasa
apa yang dilakukannya bertentangan dengan yang diperintahkan Tuhannya.
Selain itu juga terdapat bunyi i yang berturut-turut yang menggambarkan
rasa keterpurukannya.
Pada baris kata ini tidak terdapat masalah nada yang menonjol baik
itu irama, tempo, maupun rima, jadi menurut kami pada baris puisi ini
hanya digambarkan oleh seorang penyair untuk pengaduannya kepada Tuhan
jikalau dia sekarang sudah jauh dari apa yang sebenarnya dia jalankan.

Tuhanku
Sangat bertolah belakang antara baris yang diatas terhadap baris
yang selanjutnya yaitu pada kata Tuhanku yaitu terdapat nada tinggi
dengan penekanan yang sangat amat mendalam serta mengalun, berdasarkan
nada

yang

dilantunkan

penyair

maka

dari

kelompok

kami

dapat

menganalisis, akan pengaduan seorang hamba yang bukan hanya sekedar


berdoa namun lebih kepada kepasrahan diri serta mencurahkan apa yang

sedang dia hadapi, makanya menggunakan nada tinggi mengalun seolah-olah


berteriak biar Tuhan mendengar akan apa yang menjadi doanya.

Di Pintu-Mu. aku mengetuk..


Aku. tidak bisa ber paling
Pada bait diatas, terdapat vocal u dan a berturut-turut memberi
tanda kekhusukan dan kesungguh-sungguhan yang kemudian ditegaskan dengan
bunyi sengau ng

penyair dalam memohon ampun atas kesalahannya dimasa

lalu yang membuat ia merasa jauh dari Tuhannya. Meskipun demikian ia


tetap kembali kepada Tuhannya.
Pada baris puisi ini dapat kami analisis terdapat tekanan pendek,
tekanan sedikit panjang dengan suara isakan nafas, tekanan yang berasa
serta jedah panjang. Analisis kami ini dapat digambarkan; tekanan pendek
terdapat pada kata Di pintu-Mu.seorang penyair menggunakan tekanan
pendek karena disini dia mencoba memasuki apa yang tidak bisa kita
bayangkan, namun tidak bisa dia laukan karena ketidak sanggupan sebagai
status hamba. Pada tekanan yang sedikit anjang dengan suara isakan yang
mendesah

aku mengetuk.. Aku., merupakan penegasan atau dia ingin

berusaha memasuki suatu waktu namun tetap saja tidak bisa, maka dari itu
penyair menggunakan jedah panjang sebagai simbol usaha dalam hidupnya.
Sedangkan pada tekanan yang berasa serta jeda panjang terdapat pada kata

Ber.paling, pada kata initerdapat tekanan yang berasa dan jeda panjang
diwakili oleh seorang penyair akan keakhiran dari apa yang dia hadapi.
Cukup sampai disini permasalahan yang saya hadapi utur penyair.

Anda mungkin juga menyukai