Anda di halaman 1dari 2

Contoh puisi 1

1. "Sajak Matahari"

Karya: W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku


Menyentuh permukaan samudra raya.
Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala
Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin!

Kakimu terbenam di dalam lumpur


Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah
menanammu!

Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut lumpur dan
Kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari
Mata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar dunia
Matahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang Krishna
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia!

2. "Pengakuan yang Jujur"

Karya: Radius S.K Siburian

Di tiap ujung daun menjari Tersimpan nada kagum


Di tiap Bentangan akar bersembunyi nada taat
Di tiap pucuk pohon pinus Bertunas nada syukur
Di tiap ujung paruh burung terselip rasa kagum

Di tiap auman fauna terdengar rasa taat


Di tiap alat gerak animalia terbekas rasa syukur
Di tiap bibir pantai-pantai tercium rasa kagum
Di tiap puncak gunung menjulang tersimpan rasa taat

Di tiap muara sungai terbentang rasa syukur


Di tiap hamparan samudra terbentang nada dan rasa
Kagum, taat, syukur semua menyanyi kitab Kejadian sempurna

3. "Pancuran 7 Abadi"

Karya: Dede Aditnya Saputra

Desir angin sepoi menghembus perlahan


Bersama nyanyian burung di pucuk dahan
Airmu menari-nari dalam nestapa
Mencairkan luka oleh karena cinta

Tercium bau yang harum menawan


Bau harum airmu memecahkan qalbu buana
Tahukah kau akan qalbu buana itu?
Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapa

Oh.. nirwana puncah Gunung Slamet


Kaulah tempat kami mengingat sang Kuasa
Melepaskan jiwa yang bermuram durja
Dan merenungkan masa jaya

Selain air terjunmu yang menawan


Terdapat mata air panas yang bersahaja
Membuat kita bersatu dengan malam
Apalagi malam Jumat orang Jawa

Terus lah abadi kau Pancuran ketujuh


Bersama ke enam Pancuran di bawah sana
Pancarkan sinar keemas an dalam air mu!
Untuk melupakan rasa sendu yang menggebu

4. "Hutan Karet"

Karya Joko Pinurbo

in memoriam: Sukabumi

Daun-daun karet berserakan.


Berserakan di hamparan waktu.

Suara monyet di dahan-dahan.


Suara kalong menghalau petang.

Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.


Berloncatan di semak-semak rindu.

Dan sebuah jalan melingkar-lingkar.


Membelit kenangan terjal.

Sesaat sebelum surya berlalu


masih kudengar suara bedug bertalu-talu.

Anda mungkin juga menyukai