Anda di halaman 1dari 2

Contoh dongeng

Gadis Bunga Pohon Apel (bagian 2)

Raja Alger lalu membawa Bertha si penyihir ke istananya. Di istana, sedang ada
pesta besar. Ketika para tamu melihat Raja Alger turun dari kereta emas, mereka
mengira Raja Alger membawa calon pengantinnya. Karena biasanya, hanya calon
pengantin yang dibawa dengan kereta emas.

Akan tetapi, para tamu sangat terkejut ketika melihat bukan gadis cantik yang
dibawa Raja Alger, melainkan seorang nenek tua. Beberapa di antara mereka
tertawa, namun beberapa yang lain menangis sedih.

Pesta meriah terus berlangsung. Hanya Raja Alger yang murung. Ia tetap menunggu
ujian itu akan berakhir, dan si nenek akan berubah menjadi Blossom yang cantik
lagi.

Akan tetapi, wajah Bertha yang asli semakin terlihat. Ia tampak semakin mengerikan
dan mulai menguasai istana. Raja Alger tak tahan lagi. Begitu pesta usai, ia segera
kembali ke kamarnya dan menyendiri sambil melihat ke luar jendela.

Belum lama ia disana, tiba-tiba datanglah seekor merpati putih. Ia masuk lewat
jendela dan hinggap di pundak kanan Raja Alger. Merpati putih itu seperti berbisik
sedih di telinga Raja Alger,

“Kuuuu kuuuu… kuuu kuuuu…”

Raja Alger semakin menjadi sedih mendengar suara itu. Airmatanya menetes.
“Merpati putih, katakan padaku. Apa yang membuatmu datang ke sini?”

Sungguh aneh, tiba-tiba saja merpati itu menjawab dengan suara manusia,

“Dengarkan aku, Yang Mulia. Ini hidupmu. Sejatilah cintamu. Namun sungguh palsu
gadis itu.”

Raja Alger sangat terkejut. “Apa yang kau katakan, merpati putih?” tanyanya.

Namun sebelum merpati putih menjawab, terdengar ketukan di pintu kamar,

“Bukalah pintu, Yang Mulia,” kata Bertha si nenek sihir. “Kau bicara dengan siapa?”

Suara penyihir itu membuat Raja Alger takut. Ia sendiri tak tahu, mengapa ia merasa
takut.

“Aku tidak bicara dengan siapapun!” kata Raja Alger kemudian.

Merpati putih segera terbang keluar jendela menuju taman. Di saat itu, masuklah si
nenek sihir ke dalam ruangan. Ia mencari-cari di seluruh pojok kamar, namun tak
menemukan siapapun.
“Ha ha ha… tenang saja, Yang Mulia! Aku akan menemukan, siapa yang kau ajak
bicara tadi,” katanya, lalu keluar dari kamar itu sambil membanting pintu.

Raja Alger ingin marah, namun khawatir akan terjadi yang lebih buruk di
kerajaannya. Ia mulai menduga kalau nenek itu adalah penyihir, karena ia tampak
sangat berkuasa.

Hari berikutnya, Raja Alger berusaha menghindari Bertha. Setelah makan malam, ia
segera masuk ke kamarnya dan termenung sedih di jendela. Beberapa saat
kemudian, merpati putih itu datang lagi lewat jendela, dan hinggap di pundak Raja
Alger. Merpati itu kembali berbisik,

“Kuuuu kuuuu… kuuu kuuuu…”

Anda mungkin juga menyukai