Disusun oleh
Kelas: 1H
Dosen pengampu:
1946
II. ANALISIS STRUKTURAL PUISI “SENJA DI PELABUHAN KECIL”
1. Diksi :
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisi. Diksi dapat
menunjukkan gaya bahasa, suasana hati, sikap, dan maksud penyair. Diksi juga dapat
mempengaruhi makna, keindahan, dan kesan yang ditimbulkan oleh puisi.
Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil menggunakan diksi yang sederhana, lugas, dan
tidak berbunga-bunga. Penyair memilih kata-kata yang sesuai dengan tema puisi, yaitu
kesepian, keputusasaan, dan kematian. Penyair tidak menggunakan kata-kata yang
indah, romantis, atau menyenangkan untuk menggambarkan perasaannya. Penyair juga
tidak menggunakan kata-kata yang rumit, asing, atau sulit dimengerti untuk
menunjukkan kecerdasannya. Penyair menggunakan kata-kata yang sehari-hari, jelas,
dan mudah dipahami oleh pembaca.
o tidak ada yang mencari cinta: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa
tidak ada orang yang peduli atau mencintainya. Penyair merasa sendirian dan
tidak memiliki pasangan atau teman. Frasa ini juga menunjukkan bahwa penyair
tidak tertarik atau berharap untuk menemukan cinta di antara gudang, rumah
tua, pada cerita. Penyair merasa bahwa cinta adalah sesuatu yang sia-sia dan
tidak penting.
o tiada berlaut: kata ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada aktivitas
atau kehidupan di sekitarnya. Penyair merasa bahwa kapal dan perahu yang
biasanya berlayar di laut telah berhenti dan diam. Kata ini juga menunjukkan
bahwa penyair merasa tidak memiliki tujuan atau arah dalam hidupnya. Penyair
merasa bahwa hidupnya adalah seperti kapal atau perahu yang terdampar di
darat.
o tidak bergerak: kata ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada
perubahan atau kemajuan dalam hidupnya. Penyair merasa bahwa dirinya
terjebak dalam situasi yang stagnan dan monoton. Kata ini juga menunjukkan
bahwa penyair tidak memiliki motivasi atau semangat untuk melakukan sesuatu.
o tidur hilang ombak: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa tanah dan air
di sekitarnya telah mati dan hilang gelombangnya. Penyair merasa bahwa alam
yang biasanya hidup dan bergerak telah diam dan tenang. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair ingin tidur selamanya dan hilang dari dunia.
o tiada lagi: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada lagi hal-hal
yang dapat membuatnya tertarik atau bergairah dalam hidupnya. Penyair merasa
bahwa semua hal telah habis atau lenyap dari hidupnya. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada lagi harapan atau kemungkinan
untuk hidup lebih baik.
o aku sendiri: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa sendirian dan
terisolasi dari orang-orang di sekitarnya. Penyair merasa bahwa dirinya adalah
satu-satunya yang hidup di dunia yang sepi dan sunyi. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada yang mengerti atau mendukung
dirinya.
o pengap harap: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa harapannya telah
menjadi sesak dan sesat. Penyair merasa bahwa harapannya telah menjadi sia-
sia dan tidak tercapai. Frasa ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa
tertekan dan tersiksa oleh harapannya.
o sekali tiba di ujung: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa hidupnya
telah mencapai titik akhir atau puncaknya. Penyair merasa bahwa dirinya telah
berjalan sejauh-jauhnya dan tidak ada lagi yang dapat dilakukannya. Frasa ini
juga menunjukkan bahwa penyair ingin segera mengakhiri hidupnya.
o sekalian selamat jalan: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa ingin
berpisah atau berpisah dari dunia. Penyair merasa bahwa dirinya telah siap
untuk meninggalkan dunia yang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Frasa
ini juga menunjukkan bahwa penyair tidak memiliki rasa sayang atau rindu
terhadap dunia.
2. Imaji
Imaji adalah penggambaran sesuatu yang dapat dirasakan oleh indra manusia
dalam puisi. Imaji dapat menimbulkan kesan, emosi, dan makna yang lebih kuat
dan mendalam dalam puisi. Imaji juga dapat membantu pembaca untuk
membayangkan dan memahami puisi dengan lebih baik.
Puisi Ini Kali menggunakan imaji visual, auditif, dan kinestetik untuk
menggambarkan suasana dan perasaan penyair. Imaji visual adalah imaji yang
menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat oleh mata. Imaji auditif adalah imaji
yang menggambarkan sesuatu yang dapat didengar oleh telinga. Imaji kinestetik
adalah imaji yang menggambarkan sesuatu yang dapat dirasakan oleh tubuh.
3. Gaya Bahasa :
Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
makna sebenarnya atau harfiahnya untuk menambah makna dan keindahan dalam
puisi. Gaya bahasa dapat membantu penyair untuk mengekspresikan perasaan,
pikiran, atau imajinasinya dengan lebih kreatif dan menarik.
Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil menggunakan beberapa gaya bahasa atau majas
untuk menunjukkan tema, suasana, dan maksud penyair. Beberapa contoh gaya
bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah:
o Metafora: yaitu perbandingan dua hal yang berbeda secara langsung tanpa
menggunakan kata penghubung seperti bagai atau seperti. Contohnya adalah:
gerimis mempercepat kelam (baris 5), tanah dan air tidur hilang ombak (baris
8). Metafora ini digunakan untuk menunjukkan betapa sepi dan sunyinya
suasana di sekitar penyair. Penyair membandingkan gerimis dengan kegelapan
dan tanah serta air dengan kematian. Metafora ini juga menunjukkan bahwa
penyair menggunakan bahasa yang tidak harfiah atau literal untuk
menggambarkan perasaannya.
o Personifikasi: yaitu memberikan sifat-sifat manusia kepada benda mati atau
makhluk hidup lainnya. Contohnya adalah: desir hari lari berenang (baris 6),
tanah dan air tidur hilang ombak (baris 8). Personifikasi ini digunakan untuk
menunjukkan bahwa penyair merasa sendirian dan tidak ada yang
menemaninya. Penyair memberikan sifat-sifat manusia seperti lari, berenang,
dan tidur kepada hari, tanah, dan air. Personifikasi ini juga menunjukkan bahwa
penyair menggunakan bahasa yang tidak logis atau rasional untuk
menggambarkan situasinya.
o Hiperbola: yaitu pernyataan yang berlebihan untuk menegaskan sesuatu.
Contohnya adalah: sekali tiba di ujung (baris 9). Hiperbola ini digunakan untuk
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada harapan lagi dan ingin segera
mengakhiri hidupnya. Penyair menggunakan kata sekali untuk menekankan
bahwa ia hanya memiliki satu kesempatan atau peluang dalam hidupnya.
Hiperbola ini juga menunjukkan bahwa penyair menggunakan bahasa yang
tidak realistis atau proporsional untuk menggambarkan keputusannya.
4. Rima/Ritme
Rima adalah persamaan bunyi akhir kata atau suku kata pada akhir baris puisi.
Rima dapat menambah irama, musikalitas, dan keindahan dalam puisi. Rima juga
dapat menunjukkan hubungan, keselarasan, atau kontras antara baris-baris puisi.
o Pada bait pertama, terdapat pola rima a-b-a-b pada 4 baris pertama. Baris 1 dan
3 berakhir dengan kata "cinta", baris 2 dan 4 berakhir dengan kata "tua". Selain
itu, terdapat pola ritme yang teratur pada 4 baris pertama dengan jumlah suku
kata 8-8-8-8.
o Pada baris berikutnya, pola rima berubah menjadi c-d-c-d. Baris 5 dan 7
berakhir dengan kata "berlaut", baris 6 dan 8 berakhir dengan kata
"mempercaya". Pola ritme juga teratur 8-8-8-8 suku kata.
o Bait kedua diawali dengan pola rima e-f-e-f. Baris 9 dan 11 berakhir dengan
kata "kelam", baris 10 dan 12 berakhir dengan kata "muram". Pola ritme masih
teratur 8-8-8-8 suku kata.
o Pada baris 13, terjadi perubahan pola rima menjadi g-g. Baris 13 dan 14 sama-
sama berakhir dengan kata "ombak". Jumlah suku kata juga berkurang menjadi
7-7.
o Bait ketiga pola rimanya kembali berubah menjadi h-h-i-i. Baris 15 dan 16
sama-sama berakhir dengan kata "sendiri". Baris 17 dan 18 sama-sama berakhir
dengan kata "ujung". Pola ritme agak bervariasi pada bait ini dengan pola 5-5-
8-8 suku kata.
o Akhirnya pada bait keempat pola rima kembali ke pola awal a-b-a-b. Baris 19
dan 21 berakhir dengan kata "jalan". Baris 20 dan 22 berakhir dengan kata
"pantai". Pola ritme juga kembali teratur 8-8-8-8 suku kata.
5. Tipografi
Tipografi adalah perwajahan atau penampilan visual dari teks dalam puisi.
Tipografi dapat mempengaruhi keterbacaan, estetika, dan kesan yang ditimbulkan
oleh puisi. Tipografi juga dapat menunjukkan struktur, ritme, atau makna dalam
puisi.
Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil menggunakan tipografi yang sederhana dan rapi
dalam puisinya. Penyair tidak menggunakan tipografi yang aneh, unik, atau
mencolok untuk menarik perhatian pembaca. Penyair menggunakan tipografi yang
standar, bersih, dan mudah dibaca oleh pembaca.
o Jumlah baris: Puisi ini memiliki sepuluh baris dengan jumlah suku kata yang
sama untuk setiap barisnya. Jumlah baris ini menunjukkan bahwa penyair
ingin menyampaikan perasaan atau pikirannya secara teratur dan harmonis.
Penyair tidak ingin menulis puisi yang tidak beraturan atau tidak seimbang.
Jumlah baris ini juga menunjukkan bahwa penyair memiliki sepuluh hal
atau aspek yang ia anggap penting atau berpengaruh dalam hidupnya yang
ia ungkapkan dalam puisi ini.
o Jumlah suku kata: Puisi ini memiliki sepuluh suku kata untuk setiap
barisnya dengan pola aksentuasi 2-2-2-2-2. Jumlah suku kata ini
menunjukkan bahwa penyair ingin menyampaikan irama atau alunan yang
lancar dan serasi dalam puisinya. Penyair tidak ingin menulis puisi yang
memiliki irama atau alunan yang kasar atau tidak cocok. Jumlah suku kata
ini juga menunjukkan bahwa penyair memiliki keterbatasan atau kendala
dalam mengekspresikan dirinya dalam puisi ini.
o Tanda baca: Puisi ini tidak menggunakan tanda baca kecuali titik pada akhir
puisi. Penggunaan tanda baca ini menunjukkan bahwa penyair ingin
menyampaikan gaya bahasa yang lugas dan tidak berbunga-bunga dalam
puisinya. Penyair tidak ingin menggunakan tanda baca yang dapat
mengubah atau mempengaruhi makna atau kesan dari puisinya. Penggunaan
tanda baca ini juga menunjukkan bahwa penyair ingin memberikan
kebebasan atau kewenangan kepada pembaca untuk menginterpretasikan
atau membaca puisinya sesuai dengan pemahaman atau keinginan mereka.
o Huruf kapital: Puisi ini tidak menggunakan huruf kapital kecuali pada kata
pertama pada baris pertama. Penggunaan huruf kapital ini menunjukkan
bahwa penyair ingin menyampaikan sikap yang rendah hati dan tidak
sombong dalam puisinya. Penyair tidak ingin menggunakan huruf kapital
yang dapat menunjukkan kekuatan, kewibawaan, atau penekanan dalam
puisinya. Penggunaan huruf kapital ini juga menunjukkan bahwa penyair
ingin memberikan kesetaraan atau kesamaan kepada semua kata atau unsur
dalam puisinya.
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau pesan yang ingin disampaikan oleh penyair
dalam puisi. Tema dapat bersifat eksplisit atau implisit, yaitu dapat dinyatakan
secara langsung atau tidak langsung oleh penyair. Tema juga dapat bersifat tunggal
atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau lebih gagasan yang saling berkaitan
atau bertentangan.
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki tema yang bersifat implisit dan
majemuk. Penyair tidak menyatakan secara langsung apa tema atau maksud dari
puisinya, tetapi menyiratkan melalui penggunaan diksi, imaji, gaya bahasa, dan
tipografi. Puisi ini memiliki beberapa tema yang saling berkaitan, yaitu:
o Kesepian: Tema ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada yang
mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang menemaninya, dan
hanya sendiri di pelabuhan kecil. Tema ini juga muncul dari penggambaran
suasana pelabuhan yang sepi, kumuh, suram, dan mati. Tema ini menunjukkan
bahwa penyair merasa terasing dan terisolasi dari dunia dan orang-orang di
sekitarnya.
o Keputusasaan: Tema ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada
harapan atau kemungkinan untuk hidup lebih baik. Tema ini juga muncul dari
penggambaran perjalanan si penyair yang menyisir semenanjung dengan harap
yang pengap dan ingin segera tiba di ujung dan mengakhiri hidupnya. Tema ini
menunjukkan bahwa penyair merasa putus asa dan tidak memiliki motivasi atau
tujuan dalam hidupnya.
o Kematian: Tema ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa ingin
menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian selamat jalan, dan sedu
penghabisan. Tema ini juga muncul dari penggambaran senja yang
mempercepat kelam dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan
si penyair. Tema ini menunjukkan bahwa penyair merasa ingin meninggalkan
dunia yang tidak menyenangkan dan menyakitkan.
2. Rasa
Rasa adalah emosi atau perasaan yang ditimbulkan oleh puisi pada pembaca
atau pendengar. Rasa dapat bersifat subjektif atau objektif, yaitu dapat berbeda-
beda tergantung pada pengalaman, latar belakang, atau sudut pandang pembaca atau
pendengar. Rasa juga dapat bersifat tunggal atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari
satu atau lebih emosi atau perasaan yang saling berkaitan atau bertentangan.
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki rasa yang bersifat objektif dan
majemuk. Penyair ingin menimbulkan emosi atau perasaan yang sama pada semua
pembaca atau pendengar, tanpa memandang perbedaan individu. Penyair
menggunakan diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi yang dapat menimbulkan rasa
yang kuat dan mendalam pada pembaca atau pendengar. Puisi ini memiliki
beberapa rasa yang saling berkaitan, yaitu:
o Sedih: Rasa ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada yang
mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang menemaninya, dan
hanya sendiri di pelabuhan kecil. Rasa ini juga muncul dari penggambaran
suasana pelabuhan yang sepi, kumuh, suram, dan mati. Rasa ini menunjukkan
bahwa penyair merasa terpukul dan kehilangan semangat dalam hidupnya.
o Putus asa: Rasa ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada
harapan atau kemungkinan untuk hidup lebih baik. Rasa ini juga muncul dari
penggambaran perjalanan si penyair yang menyisir semenanjung dengan harap
yang pengap dan ingin segera tiba di ujung dan mengakhiri hidupnya. Rasa ini
menunjukkan bahwa penyair merasa frustasi dan tidak memiliki motivasi atau
tujuan dalam hidupnya.
o Menyesal: Rasa ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa ingin
menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian selamat jalan, dan sedu
penghabisan. Rasa ini juga muncul dari penggambaran senja yang mempercepat
kelam dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan si penyair.
Rasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa bersalah dan menyesal atas apa
yang telah atau tidak telah ia lakukan dalam hidupnya.
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap atau pandangan penyair terhadap objek, peristiwa, atau
situasi yang ia gambarkan dalam puisi. Nada dapat bersifat positif atau negatif, yaitu
dapat menunjukkan rasa suka, hormat, kagum, atau puas, atau menunjukkan rasa
tidak suka, hina, cemooh, atau tidak puas. Nada juga dapat bersifat tunggal atau
majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau lebih sikap atau pandangan yang saling
berkaitan atau bertentangan.
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki nada yang bersifat negatif dan
majemuk. Penyair menunjukkan sikap atau pandangan yang tidak suka, hina,
cemooh, atau tidak puas terhadap objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi. Penyair menggunakan diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi yang
dapat menimbulkan nada yang kuat dan mendalam pada pembaca atau pendengar.
Puisi ini memiliki beberapa nada yang saling berkaitan, yaitu:
o Sinis: Nada ini muncul dari sikap atau pandangan penyair yang mengejek atau
mencibir objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan dalam puisi. Nada ini
juga muncul dari penggunaan kata-kata yang memiliki makna berlawanan atau
bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Contohnya adalah: tidak ada
yang mencari cinta (baris 1), menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
(baris 4), menemu bujuk pangkal akanan (baris 7), sekalian selamat jalan (baris
9). Nada ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak percaya atau tidak setuju
dengan objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan dalam puisi.
o Marah: Nada ini muncul dari sikap atau pandangan penyair yang menunjukkan
rasa kesal atau jengkel terhadap objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi. Nada ini juga muncul dari penggunaan kata-kata yang memiliki
makna keras atau tajam untuk mengungkapkan perasaannya. Contohnya adalah:
tiada berlaut (baris 3), gerimis mempercepat kelam (baris 5), tidak bergerak
(baris 7), tiada lagi (baris 8). Nada ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak
puas atau tidak sabar dengan objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi.
o Sedih: Nada ini muncul dari sikap atau pandangan penyair yang menunjukkan
rasa sedih atau pilu terhadap objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi. Nada ini juga muncul dari penggunaan kata-kata yang memiliki
makna menyedihkan atau menyayat hati untuk menggambarkan perasaannya.
Contohnya adalah: tiang serta temali (baris 2), kelepak elang (baris 5), aku
sendiri (baris 9), sedu penghabisan (baris 10). Nada ini menunjukkan bahwa
penyair merasa terpukul atau kehilangan semangat dengan objek, peristiwa,
atau situasi yang ia gambarkan dalam puisi.
Suasana adalah efek emosional atau psikologis yang ditimbulkan oleh puisi
pada pembaca atau pendengar. Suasana dapat bersifat positif atau negatif, yaitu
dapat menimbulkan rasa senang, tenang, nyaman, atau bahagia, atau menimbulkan
rasa sedih, gelisah, tidak nyaman, atau tidak bahagia. Suasana juga dapat bersifat
tunggal atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau lebih efek emosional atau
psikologis yang saling berkaitan atau bertentangan.
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki suasana yang bersifat negatif dan
majemuk. Penyair menimbulkan efek emosional atau psikologis yang sedih, gelisah,
tidak nyaman, atau tidak bahagia pada pembaca atau pendengar. Penyair
menggunakan diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi yang dapat menimbulkan
suasana yang kuat dan mendalam pada pembaca atau pendengar. Puisi ini memiliki
beberapa suasana yang saling berkaitan, yaitu:
o Sepi: Suasana ini muncul dari penggambaran pelabuhan yang sepi, kumuh, dan
tidak terawat. Suasana ini juga muncul dari perasaan si penyair yang merasa
tidak ada yang mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang
menemaninya, dan hanya sendiri di pelabuhan kecil. Suasana ini menimbulkan
rasa kesunyian dan ketidakberartian pada pembaca atau pendengar.
o Suram: Suasana ini muncul dari penggambaran senja yang mempercepat kelam
dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan si penyair. Suasana
ini juga muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada harapan atau
kemungkinan untuk hidup lebih baik. Suasana ini menimbulkan rasa kegelapan
dan ketakutan pada pembaca atau pendengar.
o Menyedihkan: Suasana ini muncul dari penggambaran perjalanan si penyair
yang menyisir semenanjung dengan harap yang pengap dan ingin segera tiba di
ujung dan mengakhiri hidupnya. Suasana ini juga muncul dari perasaan si
penyair yang merasa ingin menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian
selamat jalan, dan sedu penghabisan. Suasana ini menimbulkan rasa sedih dan
pilu pada pembaca atau pendengar.
4. Amanat
Amanat adalah pesan moral atau nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh penyair
kepada pembaca atau pendengar melalui puisi. Amanat dapat bersifat eksplisit atau
implisit, yaitu dapat dinyatakan secara langsung atau tidak langsung oleh penyair.
Amanat juga dapat bersifat tunggal atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau
lebih pesan moral atau nilai-nilai yang saling berkaitan atau bertentangan.
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki amanat yang bersifat implisit dan
majemuk. Penyair tidak menyatakan secara langsung apa amanat atau pesan moral
yang ingin disampaikannya melalui puisi, tetapi menyiratkan melalui penggunaan
diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi. Puisi ini memiliki beberapa amanat yang
saling berkaitan, yaitu: