Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS STRUKTURAL PUISI

" SENJA DI PELABUHAN KECIL" Karya: Chairil Anwar

Disusun oleh

Wini Dinata Putri (204230251)

Kelas: 1H

Mata kuliah: Teori dan Apresiasi

Dosen pengampu:

Nur Nisai Muslihah M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI


TAHUN AJARAN 2023/2024

I. PUISI “SENJA DI PELABUHAN KECIL"

Karya: Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

diantara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946
II. ANALISIS STRUKTURAL PUISI “SENJA DI PELABUHAN KECIL”

A. Struktur Fisik Puisi

1. Diksi :

Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisi. Diksi dapat
menunjukkan gaya bahasa, suasana hati, sikap, dan maksud penyair. Diksi juga dapat
mempengaruhi makna, keindahan, dan kesan yang ditimbulkan oleh puisi.

Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil menggunakan diksi yang sederhana, lugas, dan
tidak berbunga-bunga. Penyair memilih kata-kata yang sesuai dengan tema puisi, yaitu
kesepian, keputusasaan, dan kematian. Penyair tidak menggunakan kata-kata yang
indah, romantis, atau menyenangkan untuk menggambarkan perasaannya. Penyair juga
tidak menggunakan kata-kata yang rumit, asing, atau sulit dimengerti untuk
menunjukkan kecerdasannya. Penyair menggunakan kata-kata yang sehari-hari, jelas,
dan mudah dipahami oleh pembaca.

• Beberapa contoh diksi yang menunjukkan tema puisi adalah:

o tidak ada yang mencari cinta: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa
tidak ada orang yang peduli atau mencintainya. Penyair merasa sendirian dan
tidak memiliki pasangan atau teman. Frasa ini juga menunjukkan bahwa penyair
tidak tertarik atau berharap untuk menemukan cinta di antara gudang, rumah
tua, pada cerita. Penyair merasa bahwa cinta adalah sesuatu yang sia-sia dan
tidak penting.

o tiada berlaut: kata ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada aktivitas
atau kehidupan di sekitarnya. Penyair merasa bahwa kapal dan perahu yang
biasanya berlayar di laut telah berhenti dan diam. Kata ini juga menunjukkan
bahwa penyair merasa tidak memiliki tujuan atau arah dalam hidupnya. Penyair
merasa bahwa hidupnya adalah seperti kapal atau perahu yang terdampar di
darat.

o menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut: frasa ini menunjukkan


bahwa penyair merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Penyair
merasa bahwa dirinya adalah seperti angin yang menghembus tanpa makna dan
tujuan. Penyair juga merasa bahwa dirinya adalah seperti tali yang ingin berpaut
atau mengikat sesuatu tetapi tidak ada yang mau menerima atau
menghubungkannya. Frasa ini juga menunjukkan bahwa penyair meragukan
keyakinan atau kepercayaan dirinya.

o gerimis mempercepat kelam: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa


suasana di sekitarnya semakin suram dan gelap. Penyair merasa bahwa hujan
gerimis yang biasanya menyegarkan dan mendinginkan malah membuatnya
semakin sedih dan murung. Frasa ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa
waktu berjalan cepat dan mendekatkan dirinya pada kematian.

o muram: kata ini menunjukkan bahwa penyair merasa perasaannya semakin


suram dan muram. Penyair merasa tidak ada harapan atau kebahagiaan dalam
hidupnya. Kata ini juga menunjukkan bahwa penyair melihat dunia dengan
pandangan yang negatif dan pesimis.

o tidak bergerak: kata ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada
perubahan atau kemajuan dalam hidupnya. Penyair merasa bahwa dirinya
terjebak dalam situasi yang stagnan dan monoton. Kata ini juga menunjukkan
bahwa penyair tidak memiliki motivasi atau semangat untuk melakukan sesuatu.

o tidur hilang ombak: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa tanah dan air
di sekitarnya telah mati dan hilang gelombangnya. Penyair merasa bahwa alam
yang biasanya hidup dan bergerak telah diam dan tenang. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair ingin tidur selamanya dan hilang dari dunia.

o tiada lagi: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada lagi hal-hal
yang dapat membuatnya tertarik atau bergairah dalam hidupnya. Penyair merasa
bahwa semua hal telah habis atau lenyap dari hidupnya. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada lagi harapan atau kemungkinan
untuk hidup lebih baik.

o aku sendiri: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa sendirian dan
terisolasi dari orang-orang di sekitarnya. Penyair merasa bahwa dirinya adalah
satu-satunya yang hidup di dunia yang sepi dan sunyi. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada yang mengerti atau mendukung
dirinya.
o pengap harap: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa harapannya telah
menjadi sesak dan sesat. Penyair merasa bahwa harapannya telah menjadi sia-
sia dan tidak tercapai. Frasa ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa
tertekan dan tersiksa oleh harapannya.

o sekali tiba di ujung: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa hidupnya
telah mencapai titik akhir atau puncaknya. Penyair merasa bahwa dirinya telah
berjalan sejauh-jauhnya dan tidak ada lagi yang dapat dilakukannya. Frasa ini
juga menunjukkan bahwa penyair ingin segera mengakhiri hidupnya.

o sekalian selamat jalan: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa ingin
berpisah atau berpisah dari dunia. Penyair merasa bahwa dirinya telah siap
untuk meninggalkan dunia yang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Frasa
ini juga menunjukkan bahwa penyair tidak memiliki rasa sayang atau rindu
terhadap dunia.

o sedu penghabisan: frasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa ingin


mengeluarkan napas terakhirnya. Penyair merasa bahwa dirinya telah
menghabiskan semua tenaga dan nafasnya dalam hidupnya. Frasa ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasakan kesedihan dan penyesalan yang
mendalam dalam hatinya.

2. Imaji

Imaji adalah penggambaran sesuatu yang dapat dirasakan oleh indra manusia
dalam puisi. Imaji dapat menimbulkan kesan, emosi, dan makna yang lebih kuat
dan mendalam dalam puisi. Imaji juga dapat membantu pembaca untuk
membayangkan dan memahami puisi dengan lebih baik.

Puisi Ini Kali menggunakan imaji visual, auditif, dan kinestetik untuk
menggambarkan suasana dan perasaan penyair. Imaji visual adalah imaji yang
menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat oleh mata. Imaji auditif adalah imaji
yang menggambarkan sesuatu yang dapat didengar oleh telinga. Imaji kinestetik
adalah imaji yang menggambarkan sesuatu yang dapat dirasakan oleh tubuh.

Beberapa contoh imaji yang digunakan dalam puisi ini adalah:


o gudang, rumah tua: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair berada di
tempat yang sepi, kumuh, dan tidak terawat. Penyair merasa bahwa tempat itu
tidak memiliki kehidupan atau kehangatan. Imaji ini juga menunjukkan bahwa
penyair merasa tidak memiliki tempat atau rumah yang nyaman dan aman.
o tiang serta temali: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair melihat kapal
atau perahu yang terdampar di darat. Penyair merasa bahwa kapal atau perahu
itu tidak berfungsi atau berguna lagi. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair
merasa tidak memiliki alat atau sarana untuk berlayar atau berpetualang.
o kapal, perahu: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair melihat kapal atau
perahu yang biasanya berlayar di laut. Penyair merasa bahwa kapal atau perahu
itu telah berhenti dan diam. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa
tidak memiliki tujuan atau arah dalam hidupnya.
o tiada berlaut: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair melihat laut yang
kosong dan tenang. Penyair merasa bahwa laut itu tidak memiliki aktivitas atau
kehidupan. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa tidak memiliki
kesempatan atau tantangan dalam hidupnya.
o menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut: imaji kinestetik ini
menunjukkan bahwa penyair merasakan angin yang bertiup di sekitarnya.
Penyair merasa bahwa dirinya adalah seperti angin yang menghembus tanpa
makna dan tujuan. Penyair juga merasakan tali yang ingin berpaut atau
mengikat sesuatu tetapi tidak ada yang mau menerima atau menghubungkannya.
Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair meragukan keyakinan atau
kepercayaan dirinya.
o gerimis mempercepat kelam: imaji visual dan kinestetik ini menunjukkan
bahwa penyair melihat dan merasakan hujan gerimis yang turun di sekitarnya.
Penyair merasa bahwa hujan gerimis itu membuat suasana semakin suram dan
gelap. Penyair juga merasakan hujan gerimis itu membuat tubuhnya semakin
basah dan dingin. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa waktu
berjalan cepat dan mendekatkan dirinya pada kematian.
o kelepak elang: imaji visual dan auditif ini menunjukkan bahwa penyair melihat
dan mendengar elang yang terbang di langit. Penyair merasa bahwa elang itu
adalah satu-satunya makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Penyair juga merasa
iri dan kagum dengan elang itu yang memiliki kebebasan dan kekuatan untuk
terbang tinggi. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa rendah dan
lemah dibandingkan dengan elang itu.
o desir hari lari berenang: imaji auditif dan kinestetik ini menunjukkan bahwa
penyair mendengar dan merasakan suara air yang mengalir di sekitarnya.
Penyair merasa bahwa air itu adalah simbol dari waktu yang terus berjalan tanpa
henti. Penyair juga merasakan air itu sebagai sesuatu yang menyegarkan dan
menyenangkan. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair merasa ingin
mengikuti aliran air itu dan berenang bersamanya.
o menemu bujuk pangkal akanan: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair
melihat ujung dari semenanjung yang ia sisir. Penyair merasa bahwa ujung itu
adalah tujuan atau akhir dari perjalanan hidupnya. Penyair juga merasa bahwa
ujung itu adalah tempat yang menarik dan menjanjikan. Imaji ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa ingin mencapai ujung itu dan melihat apa
yang ada di sana.
o tidak bergerak: imaji visual dan kinestetik ini menunjukkan bahwa penyair
melihat dan merasakan tanah dan air yang diam dan tenang di sekitarnya.
Penyair merasa bahwa tanah dan air itu tidak memiliki perubahan atau kemajuan.
Penyair juga merasakan tanah dan air itu sebagai sesuatu yang mati dan sepi.
Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair ingin tidur selamanya dan hilang
dari dunia.
o tiada lagi: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair melihat kekosongan dan
ketiadaan di sekitarnya. Penyair merasa bahwa tidak ada lagi hal-hal yang dapat
membuatnya tertarik atau bergairah dalam hidupnya. Penyair juga merasa
bahwa semua hal telah habis atau lenyap dari hidupnya. Imaji ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada lagi harapan atau kemungkinan
untuk hidup lebih baik.
o aku sendiri: imaji visual ini menunjukkan bahwa penyair melihat dirinya sendiri
sebagai satu-satunya yang hidup di dunia yang sepi dan sunyi. Penyair merasa
sendirian dan terisolasi dari orang-orang di sekitarnya. Penyair juga merasa
tidak ada yang mengerti atau mendukung dirinya. Imaji ini juga menunjukkan
bahwa penyair merasa tidak memiliki teman atau sahabat dalam hidupnya.
o berjalan menyisir semenanjung: imaji visual dan kinestetik ini menunjukkan
bahwa penyair melihat dan merasakan dirinya berjalan di sepanjang
semenanjung yang panjang dan sempit. Penyair merasa bahwa dirinya sedang
melakukan perjalanan hidup yang sulit dan melelahkan. Penyair juga merasakan
semenanjung itu sebagai sesuatu yang menantang dan memikat. Imaji ini juga
menunjukkan bahwa penyair merasa ingin mencari tahu apa yang ada di ujung
semenanjung itu.
o pengap harap: imaji kinestetik ini menunjukkan bahwa penyair merasakan
harapannya telah menjadi sesak dan sesat. Penyair merasa bahwa harapannya
telah menjadi sia-sia dan tidak tercapai. Penyair juga merasakan harapannya
sebagai sesuatu yang tertekan dan tersiksa. Imaji ini juga menunjukkan bahwa
penyair merasa ingin melepaskan harapannya dan bebas dari beban.
o sekali tiba di ujung: imaji visual dan kinestetik ini menunjukkan bahwa penyair
melihat dan merasakan dirinya telah sampai di ujung dari semenanjung yang ia
sisir. Penyair merasa bahwa dirinya telah mencapai titik akhir atau puncak dari
perjalanan hidupnya. Penyair juga merasakan ujung itu sebagai sesuatu yang
memuaskan dan mengagumkan. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair
ingin segera mengakhiri hidupnya.
o sekalian selamat jalan: imaji auditif ini menunjukkan bahwa penyair mendengar
suara dirinya sendiri yang mengucapkan selamat jalan kepada dunia. Penyair
merasa ingin berpisah atau berpisah dari dunia yang tidak menyenangkan dan
menyakitkan. Penyair juga merasa tidak memiliki rasa sayang atau rindu
terhadap dunia. Imaji ini juga menunjukkan bahwa penyair siap untuk
meninggalkan dunia dan masuk ke alam lain.

3. Gaya Bahasa :

Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
makna sebenarnya atau harfiahnya untuk menambah makna dan keindahan dalam
puisi. Gaya bahasa dapat membantu penyair untuk mengekspresikan perasaan,
pikiran, atau imajinasinya dengan lebih kreatif dan menarik.

Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil menggunakan beberapa gaya bahasa atau majas
untuk menunjukkan tema, suasana, dan maksud penyair. Beberapa contoh gaya
bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah:

o Metafora: yaitu perbandingan dua hal yang berbeda secara langsung tanpa
menggunakan kata penghubung seperti bagai atau seperti. Contohnya adalah:
gerimis mempercepat kelam (baris 5), tanah dan air tidur hilang ombak (baris
8). Metafora ini digunakan untuk menunjukkan betapa sepi dan sunyinya
suasana di sekitar penyair. Penyair membandingkan gerimis dengan kegelapan
dan tanah serta air dengan kematian. Metafora ini juga menunjukkan bahwa
penyair menggunakan bahasa yang tidak harfiah atau literal untuk
menggambarkan perasaannya.
o Personifikasi: yaitu memberikan sifat-sifat manusia kepada benda mati atau
makhluk hidup lainnya. Contohnya adalah: desir hari lari berenang (baris 6),
tanah dan air tidur hilang ombak (baris 8). Personifikasi ini digunakan untuk
menunjukkan bahwa penyair merasa sendirian dan tidak ada yang
menemaninya. Penyair memberikan sifat-sifat manusia seperti lari, berenang,
dan tidur kepada hari, tanah, dan air. Personifikasi ini juga menunjukkan bahwa
penyair menggunakan bahasa yang tidak logis atau rasional untuk
menggambarkan situasinya.
o Hiperbola: yaitu pernyataan yang berlebihan untuk menegaskan sesuatu.
Contohnya adalah: sekali tiba di ujung (baris 9). Hiperbola ini digunakan untuk
menunjukkan bahwa penyair merasa tidak ada harapan lagi dan ingin segera
mengakhiri hidupnya. Penyair menggunakan kata sekali untuk menekankan
bahwa ia hanya memiliki satu kesempatan atau peluang dalam hidupnya.
Hiperbola ini juga menunjukkan bahwa penyair menggunakan bahasa yang
tidak realistis atau proporsional untuk menggambarkan keputusannya.

4. Rima/Ritme

Rima adalah persamaan bunyi akhir kata atau suku kata pada akhir baris puisi.
Rima dapat menambah irama, musikalitas, dan keindahan dalam puisi. Rima juga
dapat menunjukkan hubungan, keselarasan, atau kontras antara baris-baris puisi.

o Pada bait pertama, terdapat pola rima a-b-a-b pada 4 baris pertama. Baris 1 dan
3 berakhir dengan kata "cinta", baris 2 dan 4 berakhir dengan kata "tua". Selain
itu, terdapat pola ritme yang teratur pada 4 baris pertama dengan jumlah suku
kata 8-8-8-8.
o Pada baris berikutnya, pola rima berubah menjadi c-d-c-d. Baris 5 dan 7
berakhir dengan kata "berlaut", baris 6 dan 8 berakhir dengan kata
"mempercaya". Pola ritme juga teratur 8-8-8-8 suku kata.
o Bait kedua diawali dengan pola rima e-f-e-f. Baris 9 dan 11 berakhir dengan
kata "kelam", baris 10 dan 12 berakhir dengan kata "muram". Pola ritme masih
teratur 8-8-8-8 suku kata.
o Pada baris 13, terjadi perubahan pola rima menjadi g-g. Baris 13 dan 14 sama-
sama berakhir dengan kata "ombak". Jumlah suku kata juga berkurang menjadi
7-7.
o Bait ketiga pola rimanya kembali berubah menjadi h-h-i-i. Baris 15 dan 16
sama-sama berakhir dengan kata "sendiri". Baris 17 dan 18 sama-sama berakhir
dengan kata "ujung". Pola ritme agak bervariasi pada bait ini dengan pola 5-5-
8-8 suku kata.
o Akhirnya pada bait keempat pola rima kembali ke pola awal a-b-a-b. Baris 19
dan 21 berakhir dengan kata "jalan". Baris 20 dan 22 berakhir dengan kata
"pantai". Pola ritme juga kembali teratur 8-8-8-8 suku kata.

Jadi secara keseluruhan, puisi senja di pelabuhan kecil menggunakan pola


rima silang (a-b-a-b) pada bait 1, 3 dan 4. Sementara pada bait 2 pola rimanya
e-f-e-f. Ritme cenderung teratur 8 suku kata pada setiap baris, kecuali baris 15-
18 yang agak bervariasi. Pergantian pola rima dan perubahan jumlah suku kata
pada beberapa bagian menimbulkan variasi dan irama yang menarik secara
keseluruhan.

5. Tipografi

Tipografi adalah perwajahan atau penampilan visual dari teks dalam puisi.
Tipografi dapat mempengaruhi keterbacaan, estetika, dan kesan yang ditimbulkan
oleh puisi. Tipografi juga dapat menunjukkan struktur, ritme, atau makna dalam
puisi.

Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil menggunakan tipografi yang sederhana dan rapi
dalam puisinya. Penyair tidak menggunakan tipografi yang aneh, unik, atau
mencolok untuk menarik perhatian pembaca. Penyair menggunakan tipografi yang
standar, bersih, dan mudah dibaca oleh pembaca.

• Beberapa ciri tipografi yang digunakan dalam puisi ini adalah:


o Jumlah bait: Puisi ini terdiri dari empat bait dengan masing-masing dua
baris. Jumlah bait ini menunjukkan bahwa penyair ingin menyampaikan
pesan atau maksudnya secara singkat dan padat. Penyair tidak ingin menulis
puisi yang panjang atau berlebihan. Jumlah bait ini juga menunjukkan
bahwa penyair memiliki empat tahap atau fase dalam hidupnya yang ia
gambarkan dalam puisi ini.

o Jumlah baris: Puisi ini memiliki sepuluh baris dengan jumlah suku kata yang
sama untuk setiap barisnya. Jumlah baris ini menunjukkan bahwa penyair
ingin menyampaikan perasaan atau pikirannya secara teratur dan harmonis.
Penyair tidak ingin menulis puisi yang tidak beraturan atau tidak seimbang.
Jumlah baris ini juga menunjukkan bahwa penyair memiliki sepuluh hal
atau aspek yang ia anggap penting atau berpengaruh dalam hidupnya yang
ia ungkapkan dalam puisi ini.

o Jumlah suku kata: Puisi ini memiliki sepuluh suku kata untuk setiap
barisnya dengan pola aksentuasi 2-2-2-2-2. Jumlah suku kata ini
menunjukkan bahwa penyair ingin menyampaikan irama atau alunan yang
lancar dan serasi dalam puisinya. Penyair tidak ingin menulis puisi yang
memiliki irama atau alunan yang kasar atau tidak cocok. Jumlah suku kata
ini juga menunjukkan bahwa penyair memiliki keterbatasan atau kendala
dalam mengekspresikan dirinya dalam puisi ini.

o Tanda baca: Puisi ini tidak menggunakan tanda baca kecuali titik pada akhir
puisi. Penggunaan tanda baca ini menunjukkan bahwa penyair ingin
menyampaikan gaya bahasa yang lugas dan tidak berbunga-bunga dalam
puisinya. Penyair tidak ingin menggunakan tanda baca yang dapat
mengubah atau mempengaruhi makna atau kesan dari puisinya. Penggunaan
tanda baca ini juga menunjukkan bahwa penyair ingin memberikan
kebebasan atau kewenangan kepada pembaca untuk menginterpretasikan
atau membaca puisinya sesuai dengan pemahaman atau keinginan mereka.

o Huruf kapital: Puisi ini tidak menggunakan huruf kapital kecuali pada kata
pertama pada baris pertama. Penggunaan huruf kapital ini menunjukkan
bahwa penyair ingin menyampaikan sikap yang rendah hati dan tidak
sombong dalam puisinya. Penyair tidak ingin menggunakan huruf kapital
yang dapat menunjukkan kekuatan, kewibawaan, atau penekanan dalam
puisinya. Penggunaan huruf kapital ini juga menunjukkan bahwa penyair
ingin memberikan kesetaraan atau kesamaan kepada semua kata atau unsur
dalam puisinya.

B. Struktur Batin Puisi

1. Tema

Tema adalah gagasan pokok atau pesan yang ingin disampaikan oleh penyair
dalam puisi. Tema dapat bersifat eksplisit atau implisit, yaitu dapat dinyatakan
secara langsung atau tidak langsung oleh penyair. Tema juga dapat bersifat tunggal
atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau lebih gagasan yang saling berkaitan
atau bertentangan.

Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki tema yang bersifat implisit dan
majemuk. Penyair tidak menyatakan secara langsung apa tema atau maksud dari
puisinya, tetapi menyiratkan melalui penggunaan diksi, imaji, gaya bahasa, dan
tipografi. Puisi ini memiliki beberapa tema yang saling berkaitan, yaitu:

o Kesepian: Tema ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada yang
mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang menemaninya, dan
hanya sendiri di pelabuhan kecil. Tema ini juga muncul dari penggambaran
suasana pelabuhan yang sepi, kumuh, suram, dan mati. Tema ini menunjukkan
bahwa penyair merasa terasing dan terisolasi dari dunia dan orang-orang di
sekitarnya.
o Keputusasaan: Tema ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada
harapan atau kemungkinan untuk hidup lebih baik. Tema ini juga muncul dari
penggambaran perjalanan si penyair yang menyisir semenanjung dengan harap
yang pengap dan ingin segera tiba di ujung dan mengakhiri hidupnya. Tema ini
menunjukkan bahwa penyair merasa putus asa dan tidak memiliki motivasi atau
tujuan dalam hidupnya.
o Kematian: Tema ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa ingin
menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian selamat jalan, dan sedu
penghabisan. Tema ini juga muncul dari penggambaran senja yang
mempercepat kelam dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan
si penyair. Tema ini menunjukkan bahwa penyair merasa ingin meninggalkan
dunia yang tidak menyenangkan dan menyakitkan.

2. Rasa

Rasa adalah emosi atau perasaan yang ditimbulkan oleh puisi pada pembaca
atau pendengar. Rasa dapat bersifat subjektif atau objektif, yaitu dapat berbeda-
beda tergantung pada pengalaman, latar belakang, atau sudut pandang pembaca atau
pendengar. Rasa juga dapat bersifat tunggal atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari
satu atau lebih emosi atau perasaan yang saling berkaitan atau bertentangan.

Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki rasa yang bersifat objektif dan
majemuk. Penyair ingin menimbulkan emosi atau perasaan yang sama pada semua
pembaca atau pendengar, tanpa memandang perbedaan individu. Penyair
menggunakan diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi yang dapat menimbulkan rasa
yang kuat dan mendalam pada pembaca atau pendengar. Puisi ini memiliki
beberapa rasa yang saling berkaitan, yaitu:

o Sedih: Rasa ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada yang
mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang menemaninya, dan
hanya sendiri di pelabuhan kecil. Rasa ini juga muncul dari penggambaran
suasana pelabuhan yang sepi, kumuh, suram, dan mati. Rasa ini menunjukkan
bahwa penyair merasa terpukul dan kehilangan semangat dalam hidupnya.
o Putus asa: Rasa ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada
harapan atau kemungkinan untuk hidup lebih baik. Rasa ini juga muncul dari
penggambaran perjalanan si penyair yang menyisir semenanjung dengan harap
yang pengap dan ingin segera tiba di ujung dan mengakhiri hidupnya. Rasa ini
menunjukkan bahwa penyair merasa frustasi dan tidak memiliki motivasi atau
tujuan dalam hidupnya.
o Menyesal: Rasa ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa ingin
menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian selamat jalan, dan sedu
penghabisan. Rasa ini juga muncul dari penggambaran senja yang mempercepat
kelam dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan si penyair.
Rasa ini menunjukkan bahwa penyair merasa bersalah dan menyesal atas apa
yang telah atau tidak telah ia lakukan dalam hidupnya.
3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap atau pandangan penyair terhadap objek, peristiwa, atau
situasi yang ia gambarkan dalam puisi. Nada dapat bersifat positif atau negatif, yaitu
dapat menunjukkan rasa suka, hormat, kagum, atau puas, atau menunjukkan rasa
tidak suka, hina, cemooh, atau tidak puas. Nada juga dapat bersifat tunggal atau
majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau lebih sikap atau pandangan yang saling
berkaitan atau bertentangan.

Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki nada yang bersifat negatif dan
majemuk. Penyair menunjukkan sikap atau pandangan yang tidak suka, hina,
cemooh, atau tidak puas terhadap objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi. Penyair menggunakan diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi yang
dapat menimbulkan nada yang kuat dan mendalam pada pembaca atau pendengar.
Puisi ini memiliki beberapa nada yang saling berkaitan, yaitu:

o Sinis: Nada ini muncul dari sikap atau pandangan penyair yang mengejek atau
mencibir objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan dalam puisi. Nada ini
juga muncul dari penggunaan kata-kata yang memiliki makna berlawanan atau
bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Contohnya adalah: tidak ada
yang mencari cinta (baris 1), menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
(baris 4), menemu bujuk pangkal akanan (baris 7), sekalian selamat jalan (baris
9). Nada ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak percaya atau tidak setuju
dengan objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan dalam puisi.
o Marah: Nada ini muncul dari sikap atau pandangan penyair yang menunjukkan
rasa kesal atau jengkel terhadap objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi. Nada ini juga muncul dari penggunaan kata-kata yang memiliki
makna keras atau tajam untuk mengungkapkan perasaannya. Contohnya adalah:
tiada berlaut (baris 3), gerimis mempercepat kelam (baris 5), tidak bergerak
(baris 7), tiada lagi (baris 8). Nada ini menunjukkan bahwa penyair merasa tidak
puas atau tidak sabar dengan objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi.
o Sedih: Nada ini muncul dari sikap atau pandangan penyair yang menunjukkan
rasa sedih atau pilu terhadap objek, peristiwa, atau situasi yang ia gambarkan
dalam puisi. Nada ini juga muncul dari penggunaan kata-kata yang memiliki
makna menyedihkan atau menyayat hati untuk menggambarkan perasaannya.
Contohnya adalah: tiang serta temali (baris 2), kelepak elang (baris 5), aku
sendiri (baris 9), sedu penghabisan (baris 10). Nada ini menunjukkan bahwa
penyair merasa terpukul atau kehilangan semangat dengan objek, peristiwa,
atau situasi yang ia gambarkan dalam puisi.

Suasana adalah efek emosional atau psikologis yang ditimbulkan oleh puisi
pada pembaca atau pendengar. Suasana dapat bersifat positif atau negatif, yaitu
dapat menimbulkan rasa senang, tenang, nyaman, atau bahagia, atau menimbulkan
rasa sedih, gelisah, tidak nyaman, atau tidak bahagia. Suasana juga dapat bersifat
tunggal atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau lebih efek emosional atau
psikologis yang saling berkaitan atau bertentangan.

Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki suasana yang bersifat negatif dan
majemuk. Penyair menimbulkan efek emosional atau psikologis yang sedih, gelisah,
tidak nyaman, atau tidak bahagia pada pembaca atau pendengar. Penyair
menggunakan diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi yang dapat menimbulkan
suasana yang kuat dan mendalam pada pembaca atau pendengar. Puisi ini memiliki
beberapa suasana yang saling berkaitan, yaitu:

o Sepi: Suasana ini muncul dari penggambaran pelabuhan yang sepi, kumuh, dan
tidak terawat. Suasana ini juga muncul dari perasaan si penyair yang merasa
tidak ada yang mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang
menemaninya, dan hanya sendiri di pelabuhan kecil. Suasana ini menimbulkan
rasa kesunyian dan ketidakberartian pada pembaca atau pendengar.
o Suram: Suasana ini muncul dari penggambaran senja yang mempercepat kelam
dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan si penyair. Suasana
ini juga muncul dari perasaan si penyair yang merasa tidak ada harapan atau
kemungkinan untuk hidup lebih baik. Suasana ini menimbulkan rasa kegelapan
dan ketakutan pada pembaca atau pendengar.
o Menyedihkan: Suasana ini muncul dari penggambaran perjalanan si penyair
yang menyisir semenanjung dengan harap yang pengap dan ingin segera tiba di
ujung dan mengakhiri hidupnya. Suasana ini juga muncul dari perasaan si
penyair yang merasa ingin menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian
selamat jalan, dan sedu penghabisan. Suasana ini menimbulkan rasa sedih dan
pilu pada pembaca atau pendengar.

4. Amanat

Amanat adalah pesan moral atau nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh penyair
kepada pembaca atau pendengar melalui puisi. Amanat dapat bersifat eksplisit atau
implisit, yaitu dapat dinyatakan secara langsung atau tidak langsung oleh penyair.
Amanat juga dapat bersifat tunggal atau majemuk, yaitu dapat terdiri dari satu atau
lebih pesan moral atau nilai-nilai yang saling berkaitan atau bertentangan.

Puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki amanat yang bersifat implisit dan
majemuk. Penyair tidak menyatakan secara langsung apa amanat atau pesan moral
yang ingin disampaikannya melalui puisi, tetapi menyiratkan melalui penggunaan
diksi, imaji, gaya bahasa, dan tipografi. Puisi ini memiliki beberapa amanat yang
saling berkaitan, yaitu:

o Hidup adalah pilihan: Amanat ini muncul dari penggambaran perjalanan si


penyair yang menyisir semenanjung dengan harap yang pengap dan ingin segera
tiba di ujung dan mengakhiri hidupnya. Amanat ini juga muncul dari perasaan
si penyair yang merasa ingin menghembus diri, tidur hilang ombak, sekalian
selamat jalan, dan sedu penghabisan. Amanat ini menunjukkan bahwa penyair
ingin menyampaikan bahwa hidup adalah pilihan yang harus diambil oleh setiap
individu. Penyair ingin menyampaikan bahwa setiap individu memiliki hak dan
tanggung jawab untuk menentukan nasib dan tujuan hidupnya sendiri. Penyair
ingin menyampaikan bahwa setiap individu harus berani mengambil risiko dan
konsekuensi dari pilihan hidupnya.
o Cinta adalah anugerah: Amanat ini muncul dari perasaan si penyair yang merasa
tidak ada yang mencari cinta, tidak ada yang mau berpaut, tidak ada yang
menemaninya, dan hanya sendiri di pelabuhan kecil. Amanat ini juga muncul
dari penggambaran suasana pelabuhan yang sepi, kumuh, suram, dan mati.
Amanat ini menunjukkan bahwa penyair ingin menyampaikan bahwa cinta
adalah anugerah yang harus disyukuri dan dijaga oleh setiap individu. Penyair
ingin menyampaikan bahwa cinta adalah sumber kebahagiaan dan kehangatan
dalam hidup. Penyair ingin menyampaikan bahwa cinta adalah sesuatu yang
berharga dan langka dalam dunia yang penuh dengan kesepian dan
keputusasaan.
o Kematian adalah misteri: Amanat ini muncul dari penggambaran senja yang
mempercepat kelam dan ujung semenanjung yang menjadi akhir dari perjalanan
si penyair. Amanat ini juga muncul dari perasaan si penyair yang merasa ingin
meninggalkan dunia yang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Amanat ini
menunjukkan bahwa penyair ingin menyampaikan bahwa kematian adalah
misteri yang tidak dapat diprediksi atau dimengerti oleh manusia. Penyair ingin
menyampaikan bahwa kematian adalah sesuatu yang menakutkan dan menarik
bagi manusia. Penyair ingin menyampaikan bahwa kematian adalah sesuatu
yang harus dihadapi dengan sikap yang bijak dan berani.

Anda mungkin juga menyukai