“ Kepada Peminta-Minta”
Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran itu begitu
kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema
puisi yang berjudul ”Kepada Peminta-minta” adalah keperihatinan dan ketidak setujuan.
Disini tokoh aku tidak suka melihat pengemis mencari nafkah dengan cara meminta-minta,
walaupun kehidupan sangat rumit namun tokoh aku berharap pengemis mencari nafkah
dengan cara yang lebih baik.
Tipografi
Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, dan baris
Perasaan dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus
dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu
dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya. Perasaan yang terdapat dalam “Kepada
Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu menginginkan
pengemis untuk tidak lagi meminta-minta dan mencari pekerjaan yang lebih baik.
Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang
ingin melihat perubahan terhadap cara untuk mencari nafkah. Dalam kalimat
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Penyair mengungkapkan perasaan yang ingin diutarakan kepada pengemis dimana Tokoh aku
selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang
begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal
dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta.
Nada berkaitan erat dengan suasana. Nada bahagia yang diciptakan penyair dapat
menimbulkan perasaan senang pada pembaca setelah membaca puisi. Nada religius
menimbulkan suasana khusyuk pada pembaca. Nada kritik menimbulkan suasana
pemberontakan pada hati pembaca. Begitulah sangat eratnya hubungan nada dan suasana.
Puisi “Kepada Peminta-minta” bernada terpaksa seperti yang ditunjukkan oleh kalimat
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
“ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya
dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh
pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan
mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.
Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca setuju
bahwa dalam mencari nafkah tidak seharusnya dengan cara meminta-minta selama kita masih
mampu untuk berusaha.
Diksi
Citraan
Citraan atau imagi (imageri) adalah gambaran angan yang timbul setelah seseorang membaca
karya sastra dalam hal ini puisi. Imageri dapat kita pakai sebagai hal untuk memperkuat serta
memperjelas daya bayang pikiran manusia dan nantinya akan menjelmakan gambaran nyata.
Citraan yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” meliputi citraan penglihatan,
citraan pendengaran, dan citraan gerak. Berikut ini citraan yang terdapat pada puisi tersebut:
Gaya bahasa
Bahasa Figuratif
Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat bahasa figuratif yang
muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-
lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul
majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya
yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia.
Verifikasi
Verifikasi adalah berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir);
ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi). Vertifikasi yang terdapat
dalam puisi ”Kepada Peminta-minta” adalah bait pertama dan bait kelima.
Majas
Majas adalah cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam
bentuk puisi. Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” adalah
hiperbola. Berikut ini gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam puisi tersebut:
Amanat atau pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Amanat
puisi “Kepada Peminta-minta” adalah ajakan penyair kepada pembaca agar tetap berusaha
dalam mencari nafkah untuk dirinya sendiri serta keluarganya dan mencari pekerjaan yang
lebihbaik.
Biografi Pengarang
Chairil Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan
ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha,
keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya
adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan
Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu
memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan
apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya. Chairil Anwar mulai mengenyam
pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi
pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil
mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman. Pada usia
19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia
(sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya
tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat
menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman.
Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-
luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam. Rakannya, Jassin pun punya
kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia
tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu
kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat,
dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan
masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah
menikahinya. Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya
hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan,
Chairil pun menjadi duda. Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil
meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan
sipilis.Umur Chairil memang pendek, 27 tahun.
Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia.
Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam
menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang
notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999,
“Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia
Chairil Anwar.”
Unsur nilai dalam cerita meliputi nilai ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya,
dan lain-lain.
1. Nilai ekonomi adalah kita harus berusaha mencari nafkah dan pekerjaan yang lebih
baik, buktinya : tokoh aku menginginkan si pengemis mencari nafkah dengan cara
yang lebih baik, sehingga si pengemis bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih
baik daripada meminta-minta.
2. Nilai sosial adalah kita sesama manusia harus saling membantu dan tolong menolong.
Buktinya : tokoh aku membantu si pengemis dengan cara memberikannya uang dan
nasihat.
3. Nilai politik adalah kita sebagai penerus bangsa harus menjadi orang yang memiliki
kehidupan yang lebih baik untuk dirisendiri, Negara, dan bangsa. Buktinya tokoh aku
ingin melihat Negara Indonesia menjadi maju dengan masyarakat yang terus berusaha
mencari nafkah dengan pekerjaan yang lebih baik dan mengurangi tingkat populasi
pengemis maupun gelandangan.
4. Nilai agama adalah kita sebagai umat islam harus selalu berusaha dengan segenap
kemampuan sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah SWT. Butinya : tokoh aku
tidak suka melihat seorang pengemis yang meminta-minta, sedangkan dalam agama
Allah SWT menganjurkan umatnya untuk berusaha selama ia bisa melakukannya.
5. Nilai budaya adalah kita sebagai generasi penerus harus melestarikan kebiasaan yang
baik dan menjauhi kebiasaan yang buruk. Buktinya : melakukan si pengemis akan
menjadikan pekerjaan meminta-minta sebagai kebiasaan sehingga ia malas untuk
berusaha.
6. Nilai pendidikan adalah kita sebagai penerus bangsa harus berusaha dalam belajar
agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berkecukupan.
Pada puisi ”Kepada Peminta-minta” penyair menggambarkan bahwa ia merasa kecewa serta
marah terhadap pengemis dan ia ingin si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih
baik, sehingga penyair menggambarkan perasaannya melalui puisi ini.
GADIS PEMINTA-MINTA
a. Tema
Cerita ini mengangkat kisah pertemu seseorang dengan seorang gadis kecil
yang selalu membawa kaleng kecil ( pengemis ). Orang tersebut tahu bahwa gadis
kecil itu memendam duka yang sangat mendalam, Dimana kepedulian orang itu
dengan memikirkan keadaanya. Seperti dalam penggalan dibawah ini
Puisi ini sangat menarik karena memaparka terhadap pembaca agar peduli
antar sesama.
Yang saya maksud “ KU” Disini bisa disebut pengarang atau pembaca, sedangkan
kata “ KAMU atau MU” sudah jelas ditujukan siapa yaitu “ Gadis kecil itu dengan
kaleng kecil” ( pengemis itu )
c. setting
untuk setting yang dipaparkan memang tidak jelas tetapi saya bias menarik
kesimpulan tempat semua kejadian dalam puisi itu yaitu “ diatas langit di bawah
bumi “ dengan kata lain bahwa tempatnya berpindah-pindah karena menceritakan
seorang gadis yang hidup gelandangan
Terimaksih sudah menyimak kajian diatas, semoga bermanfaat, jika anda ingin
mencari bahan belajar mengenai analisis puis, ikuti saja perjalan admin ini, dan
terkhir kali saya ucapkan jika anda merasa bahwa kajian ini kurang atau ada
kekeliruan, mohon kritik dan sarannya.
A. Analisis struktur fisik puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar
1. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Dalam pemilihan kata Toto Sudarto Bachtiar dalam puisi yang berjudul Gadis Peminta-minta
menggunakan bahasa atau kata-kata yang mudah dipahami dan sering kita jumpai di
kehidupan sehari-hari. Kata-kata tersebut sebagai contoh duka, tengadah, kemayaan, menara,
dan masih banyak yang lain. Walaupun demikian puisi Toto Sudarto Bachtiar tetap indah dan
bagus.
3. Imaji/citraan
Imaji atau pengimajian merupakan kata atau susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, perabaan dan
perasaan. Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata-kata konkret dan khas.
Kata-kata yang bergaris bawah merupakan contoh imaji visual atau citraan
penglihatan. Dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar, pengarang
lebih menonjolkan citraan penglihatan di banding citraan yang lain seperti pendengaran dan
perasaan.
4. Kata kongkret
Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
muncul imaji. Kata konkret yang muncul dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto
Sudarto Bachtiar:
Menjelaskan bahwa senyum gadis kecil itu seolah menggugat kemanusiaan penyair.
Oleh karena itu penyair merasa bahwa gadis kecil itu tengadah tanpa harapan. Maka gadis
kecil itu tidak mudah mrncari belas kasihan. Kota itu jadi hilang tanpa jiwa.
Maksudnya adalah apabila gadis itu mati, penyair merasa kehilangan kehilangan.
Penyair merasa bahwa gadis kecil itu sebagai identitas kota Jakarta, tetapi ia juga ingin
supaya tokoh semacam itu tidak ada lagi. Ia mengharap agar kotanya punya belas kasih untuk
memikirkan gadis kecil berkaleng itu, sehingga hidupnya tidak lagi di bawah jembatan dan ia
tidak perlu mati.
Rima pada bait pertama berada di tengah yaitu (aaaa) yang berakhiran uuuu yaitu
pada huruf yang bergaris bawah