Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Arkan Ziyad
Kelas : XII MIA 1

Kritik Karya Sastra, Puisi ‘’Derai-derai Cemara’’


Karya Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh


Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan ditingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan


Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada satu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan


Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Sinopsis

Derai-derai cemara yang digunakan penulis untuk judul puisi merupakan gambaran dari daun-daun
cemara yang berguguran, mempunyai makna tentang harapan penulis yang perlahan meranggas.
Meninggalkan kesenduan di tepi jalan yang sepi. Di awal kalimat menceritakan tentang cemara,
cemara merupakan suatu jenis pepohonan dengan daun yang kecil dan meruncing. Digambarkan
dengan suasana sore hari (hampir malam) dan beberapa dahan merapuh diterjang oleh angin malam.
Merupakan penggambaran diri manusia yang mulai merapuh, dan suasana yang hampir malam
menggambarkan tentang perjalanan hidup yang pasti akan selalu berakhir dan semua yang bernyawa
pasti akan mati.

Bait kedua menggambarkan kedewasaan tokoh aku, yang digambarkan dari kalimat sudah berapa
waktu aku bukan kanak lagi. Penggambaran tentang pandangan si tokoh aku yang terjadi saat dia
masih kanak dan pandangan itu tidak relevan lagi ketika dia telah beranjak dewasa atau meninggalkan
masa kanak-kanaknya.

Bait ketiga merupakan penggambaran si tokoh aku tentang sebuah keterasingan. Kata jauh
menggambarkan tentang cita-cita si tokoh aku yang cemerlang, akan tetapi pada kenyataannya hidup
selalu penuh penderitaan dan jauh dari apa yang diharapkan oleh si tokoh aku. Kalimat ‘Hidup hanya
menunda-nunda kekalahan’ merupakan sebuah penggambaran tentang keputusasaan tokoh, semacam
kesimpulan yang diutarakan dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan
dalam diri manusia yang memisahkannya dari masa lalunya.
Kritik terhadap Isi atau Amanat :

Walaupun kesimpulan daripada puisi ini adalah berserah karena kematian adalah satu hal yang pasti,
tetap saja Manusia harus berbuat kebaikan sepanjang hidupnya. Menggunakan waktu singkat sebaik-
baiknya untuk berusaha, bekerja keras, dan mensyukuri semua hal yang entah itu buruk atau baik.
Segera ambil keputusan, jangan dulu berleha-leha. Seperti pohon cemara, dia tahu kalau pada
akhirnya daun-daunnya akan gugur, tapi ia harus tetap tumbuh. Menaungi apa yang gersang menjadi
teduh.

Hidup bukan hanya berarti menunda kekalahan. Allah SWT pasti memiliki alasan dalam
setiap penciptaan makhluk-Nya. Termasuk manusia yang diciptakan dengan berbagai fungsi
dan tujuannya. Salah satu tujuan manusia hidup selain berbuat kebaikan di bumi adalah
mendapatkan cinta dari Sang Pencipta. Ada banyak usaha yang harus dilakukan untuk meraih
perhatian-Nya. Tetapi kematian bukanlah satu-satunya cara mendapatkan cinta Allah, apalagi
memilih mati karena merasa tertekan dengan kehidupan. Meski demikian, kematian sejatinya
adalah hakikat yang akan terjadi pada manusia. Allah SWT telah berfirman, "Semua yang Ia
ciptakan akan kembali kepada-Nya." Yang perlu dilakukan oleh manusia adalah
mempersiapkan kematian itu, bukannya pasrah menunggu waktu.

Salah satu cara untuk mempersiapkan kematian dan kehidupan setelahnya adalah dengan
menjalankan amanat yang diberikan oleh Allah. Salah satunya adalah dengan beribadah
kepada-Nya. Dalam surat al-Ahzab ayat 72, Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat (ibadah) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, semua nya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia."

Anda mungkin juga menyukai