Kalimat diatas menggunakan majas personifikasi karena yang sifatnya bisa memukul adalah manusia
bukan angin.
Angin digambarkan tentang segala cobaan dan kepahitan hidup yang dialami oleh pengarang. Dipukul
angin yang terpendam, mungkin disini maksutnya pengarang ingin mengatakan sesuatu pada seseorang
tetapi tidak pernah bisa dikatakan, seperti tertahan ditenggorokannya. Pengarang hanya bisa
memendam perasaannya, hal ini menyebabkan pertentangan batin yang memukul dahan (keyakinan)
yang merapuh dari dalam diri pengarang.
b.) Majas Alegori (menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran)
Kalimat diatas menggunaan majas alegori karena memiliki makna bahwa hidup itu berarti sia-sia.
Kekalahan adalah penggambaran suatu kepasrahan dan sangat identik dengan keputusasaan,
penderitaan bahkan kematian. Pengarang menyadari bahwa kehidupan manusia pasti akan berakhir.
Kematian merupakan bentuk kekalahan manusia. Manusia tidak bisa mengelak, karena kematian
merupakan ketentuan yang harus diterima dari Tuhan
kata dahan, yaitu metafora dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah. Yang berarti Tingkap sendiri
artinya jendela yang berada di atap (di dinding dan sebagainya). Sedangkan dahan bermakna sebagai
keyakinan pengarang yang ingin hidup lebih lama dan melawan kematian. Sementara merapuh karena
dahan itu (keyakinan) pengarang yang ingin hidup lebih lama semakin merapuh.